Rekomendasi Itinerary: 5 Hari Menyusuri Chengdu - Leshan - Gunung Emei
Hanifam
10/15/202511 min read


Pesona Alam di Chengdu
Ada sesuatu yang istimewa dari Chengdu dan daerah sekitarnya. Begitu kamu tiba di kota ini, ritmenya langsung terasa berbeda. Tidak secepat Shanghai, tidak segenting Beijing, namun Chengdu punya tempo yang santai, tapi tetap hidup dengan cara yang unik. Di sini, orang bisa duduk berjam-jam di kedai teh sambil main mahjong, sementara di sudut lain aroma lada Sichuan yang khas menguar dari setiap dapur. Kota ini memadukan tradisi dan kehidupan modern dengan cara yang sangat alami: kuil tua berdiri di antara gedung kaca, dan taman-taman hijau selalu ramai oleh warga yang menari, bernyanyi, atau sekadar berbincang.
Itinerary lima hari ini dirancang untuk kamu yang ingin menyelami sisi budaya dan alam Sichuan dalam waktu singkat tapi berkesan. Mulai dari melihat panda di habitat aslinya, menatap megahnya Leshan Giant Buddha, sampai menjelajahi ketenangan spiritual di Gunung Emei, dimana semuanya dirangkai agar perjalanan terasa mengalir, tanpa terburu-buru tapi tetap padat pengalaman. Chengdu sendiri kini termasuk dalam kebijakan 10 hari bebas visa transit, jadi kamu bisa menikmati perjalanan ini tanpa ribet urusan administrasi tambahan jika sedang transit di Tiongkok.
Yang membuat perjalanan ini menarik bukan hanya atraksi-atraksi besarnya, tapi juga momen-momen kecil yang hanya bisa kamu temukan di sini: menyeruput teh sambil mengobrol dengan warga di taman, mencicipi mi pedas di warung pinggir jalan, atau menyaksikan ritual harian para biksu di kuil pegunungan yang diselimuti kabut. Setiap hari punya cerita, setiap tempat punya karakter sendiri, mulai dari hiruk-pikuk Chengdu sampai keheningan hutan bambu di lereng Emei.
Kalau kamu mencari perpaduan antara keindahan alam, budaya kuno, dan gaya hidup santai khas Tiongkok barat daya, rute ini adalah jawabannya. Lima hari di Chengdu, Leshan, dan Gunung Emei mungkin terasa singkat, tapi dijalani dengan cara yang tepat, pengalaman yang kamu dapat bisa terasa jauh lebih panjang dari sekadar hitungan hari.
1. Hari ke-1: Tiba di Chengdu | Waktu Santai untuk Menyatu dengan Kota
Begitu pesawatmu mendarat di Chengdu, kamu akan langsung merasakan suasana yang berbeda: kota besar, tapi tidak terburu-buru. Bandara Chengdu Shuangliu (atau Tianfu International, jika kamu datang lewat jalur baru) terasa rapi dan modern. Setelah melewati imigrasi, sopir atau pemandu akan menjemputmu di area kedatangan dan mengantar ke hotel di pusat kota. Sebaiknya pilih area sekitar Jinjiang District, Taikoo Li, atau Wide & Narrow Alleys (Kuanzhai Alley), yang merupakan tiga kawasan ini strategis, hidup, tapi tetap nyaman untuk jalan kaki.
Sesampainya di hotel, luangkan waktu untuk istirahat dan menyesuaikan diri. Tidak perlu langsung ke mana-mana. Biarkan tubuhmu beradaptasi dulu setelah penerbangan panjang. Jika sore sudah tiba dan kamu ingin berjalan ringan, People’s Park (Renmin Park) adalah tempat terbaik untuk memulai kenalan dengan Chengdu. Di sini kamu bisa melihat seperti apa kehidupan sehari-hari warga setempat: kakek-nenek bermain mahjong di bawah pohon, pasangan muda minum teh di teahouse terbuka, dan sesekali terdengar suara nyanyian karaoke dari kelompok komunitas yang latihan di taman.
Salah satu hal paling menyenangkan yang bisa kamu lakukan di taman ini adalah duduk di kedai teh lokal, pesan satu teko teh melati, lalu nikmati suasana tanpa tergesa. Di Chengdu, minum teh bukan sekadar kebiasaan, namun ini cara hidup. Kadang kamu akan melihat pemandangan unik: seseorang sedang dipijat telinganya dengan batang logam tipis oleh tukang pijat telinga tradisional. Aneh di mata turis, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari di sini.
Untuk makan malam, coba mulai dengan Sichuan hot pot, kuliner legendaris kota ini. Kalau kamu tidak terbiasa dengan rasa pedas ekstrem, minta versi campuran, dimana satu sisi kuah pedas (mala), satu sisi kuah kaldu biasa. Restoran seperti Shu Jiu Xiang atau Haidilao bisa jadi pilihan yang aman dan enak. Setelah itu, berjalan sebentar di sekitar Taikoo Li atau Chunxi Road akan menutup hari pertamamu dengan manis: lampu-lampu kota, aroma makanan jalanan, dan suasana santai yang khas Chengdu.
Kembali ke hotel, nikmati istirahat malam yang tenang. Besok, petualangan sesungguhnya dimulai, dengan makhluk paling menggemaskan di Tiongkok: panda.


2. Hari ke-2: Chengdu | Bertemu Panda & Menyelami Kehidupan Kota
Bangunlah agak pagi hari ini, karena pengalaman terbaik menanti: bertemu dengan panda. Setelah sarapan di hotel, perjalanan sekitar 30 menit akan membawamu ke Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding, pusat konservasi yang menjadi kebanggaan kota ini. Waktu terbaik untuk datang adalah sekitar pukul 8 pagi, ketika para panda sedang sarapan bambu, yang merupakan momen paling aktif mereka sebelum akhirnya tidur siang panjang yang terkenal itu.
Begitu masuk ke area konservasi, kamu akan langsung merasa seperti masuk ke dunia lain. Pepohonan rindang, udara lembap khas pegunungan, dan tentu saja, panda-panda yang tampak seperti boneka hidup, berguling-guling, memanjat, atau duduk santai sambil mengunyah bambu tanpa beban hidup. Ada juga area khusus untuk panda merah, makhluk kecil dengan ekor panjang berbulu tebal dan wajah yang menggemaskan. Pusat ini tidak hanya tempat wisata, tapi juga lembaga penelitian serius yang berperan besar dalam upaya pelestarian panda di dunia.
Menjelang siang, kamu bisa makan di restoran lokal dekat area panda atau kembali ke kota untuk menikmati makan siang khas Chengdu, misalnya: dan dan noodles, mapo tofu, atau kung pao chicken. Makanannya sederhana, tapi cita rasanya luar biasa. Setelah makan, lanjutkan perjalanan ke People’s Park, jika kemarin belum sempat berlama-lama. Di taman ini kamu bisa benar-benar melihat bagaimana orang Chengdu menikmati hidup: santai, ramah, dan selalu punya waktu untuk berbincang.
Luangkan waktu untuk duduk di salah satu teahouse tradisional, mungkin di Heming Teahouse yang legendaris. Duduklah, pesan secangkir teh melati atau teh hijau, dan nikmati alunan musik erhu yang kadang dimainkan oleh musisi jalanan di taman. Jika beruntung, kamu juga bisa menyaksikan hal-hal unik seperti “pasar jodoh”, yaitu papan-papan kecil berisi biodata yang dipasang oleh orang tua yang ingin mencarikan pasangan untuk anaknya.
Sore hari, arahkan langkah ke Kuanzhai Alley (Wide and Narrow Alleys) atau Jinli Ancient Street, dua kawasan bersejarah yang kini disulap menjadi area pejalan kaki penuh toko, kedai makanan, dan kafe. Di Kuanzhai, kamu bisa menemukan bangunan tradisional bergaya Qing yang dipugar dengan indah, sementara Jinli menawarkan suasana lebih hidup, dengan lampion merah bergelantungan dan aroma jajanan seperti tanghulu (buah berlapis gula) dan chuan chuan xiang (sate pedas khas Sichuan).
Menjelang malam, kamu bisa makan di salah satu restoran modern yang menyajikan interpretasi baru masakan Sichuan, misalnya di area Taikoo Li yang lebih modern. Kalau masih punya tenaga, tonton pertunjukan Sichuan Opera Face Changing, yaitu seni teater klasik di mana aktor mengganti topeng dalam sekejap mata tanpa terlihat. Pertunjukan ini biasanya berlangsung sekitar satu jam dan jadi cara yang sempurna untuk menutup hari penuh warna di Chengdu.
Kembali ke hotel, rasanya seperti pulang dari pesta budaya kecil. Besok pagi kamu akan meninggalkan kota menuju Leshan, yaitu tempat di mana seni, spiritualitas, dan sejarah berpadu dalam wujud patung Buddha terbesar di dunia.


3. Hari ke-3: Chengdu ke Leshan | Menatap Wajah Sang Buddha Raksasa
Pagi ini, suasana Chengdu mulai terasa lebih akrab. Setelah sarapan dan check-out dari hotel, kamu akan berangkat menuju Leshan, sebuah kota kecil yang berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Chengdu. Jalannya halus dan pemandangannya menarik, yaitu pemandangan kota berganti menjadi ladang hijau, lalu deretan bukit yang mulai terlihat di kejauhan. Kamu bisa tidur sejenak di mobil atau sekadar menikmati pemandangan sambil membayangkan seberapa besar patung Buddha yang akan kamu lihat sebentar lagi.
Begitu tiba di Leshan, kamu akan makan siang lebih dulu di restoran lokal. Leshan terkenal dengan kuliner khasnya, jadi jangan lewatkan kesempatan mencoba Leshan Boboji (semacam sate sayuran dan daging yang direbus lalu disajikan dengan saus pedas kental) atau Doufu nao, tahu lembut dengan kuah asin yang hangat dan gurih. Sederhana tapi nikmat.
Setelah makan, perjalanan dilanjutkan ke ikon utama kota ini: Leshan Giant Buddha. Patung ini bukan sekadar besar, patung ini luar biasa megah. Ukurannya mencapai lebih dari 70 meter, diukir langsung di tebing batu merah tempat tiga sungai besar bertemu. Dibangun pada abad ke-8, tujuannya adalah untuk menenangkan arus sungai yang sering memakan korban. Legenda mengatakan bahwa setelah Buddha ini selesai dibangun, arus sungai benar-benar menjadi lebih tenang. Entah kebetulan atau mukjizat, yang jelas pemandangan ini akan membuatmu terpana.
Kamu bisa menjelajahi situs ini dengan dua cara. Pertama, menuruni tangga di sisi tebing untuk melihat detail patung dari dekat, dari ujung kepala hingga kaki yang sebesar rumah. Tapi perlu dicatat, jalurnya cukup sempit dan bisa ramai, jadi gunakan sepatu yang nyaman. Opsi kedua, yang tak kalah menarik, adalah naik perahu di sungai untuk melihat Buddha dari kejauhan. Dari atas air, kamu bisa menangkap keseluruhan patung dalam satu pandangan, lengkap dengan latar tebing dan pepohonan hijau di sekitarnya. Waktu terbaik biasanya sore, ketika cahaya matahari mulai hangat dan memantul di permukaan batu.
Setelah puas menikmati keagungan Leshan Giant Buddha, perjalanan dilanjutkan ke kaki Gunung Emei, yaitu sekitar 45 menit berkendara. Di sinilah kamu akan bermalam sebelum menjelajah gunung esok hari. Udara di kawasan ini terasa lebih sejuk dan bersih, dengan suasana pegunungan yang tenang. Pilih hotel yang dekat dengan Baoguo Temple, seperti Holiday Inn Express Emei Mountain atau penginapan lokal bergaya tradisional jika ingin suasana lebih autentik.
Makan malam bisa dinikmati di restoran hotel atau di kedai sekitar, di mana kamu bisa mencoba masakan rumahan seperti tumis sayuran gunung, ayam rebus jahe, atau sup jamur segar dari daerah pegunungan. Setelah makan, mungkin berjalan sebentar di sekitar hotel, hirup udara malam yang lembap dan segar, lalu kembali ke kamar. Malam ini sebaiknya tidur lebih awal, karena besok kamu akan menapaki salah satu gunung paling suci dan menawan di Tiongkok: Gunung Emei.


4. Hari ke-4: Gunung Emei | Langit, Kabut, dan Kedamaian
Pagi di kaki Gunung Emei terasa berbeda. Udara di sini segar, lembap, dan sedikit beraroma tanah basah, tanda kamu sudah jauh dari hiruk-pikuk kota. Setelah sarapan ringan di hotel, bersiaplah untuk sehari penuh petualangan dan ketenangan spiritual. Gunung Emei bukan sekadar tempat wisata; ia adalah salah satu dari empat gunung suci umat Buddha di Tiongkok, dan setiap sudutnya memancarkan rasa damai yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Perjalanan dimulai dari Baoguo Temple, kuil besar di kaki gunung yang menjadi titik awal bagi para peziarah. Dari sini, kamu bisa naik bus wisata menuju area tengah gunung, lalu melanjutkan dengan kereta gantung atau trekking santai. Banyak pengunjung memilih untuk berhenti di Wannian Temple, sebuah kuil tua yang sudah berdiri sejak Dinasti Ming dan dikenal sebagai salah satu yang paling berpengaruh di Emei. Jalannya menanjak tapi pemandangannya luar biasa: hutan bambu yang rapat, jembatan kecil di atas sungai jernih, dan kadang suara monyet liar yang meloncat di pepohonan.
Ya, kamu mungkin akan bertemu penghuni tetap Gunung Emei: monyet-monyet liar yang terkenal cerdas sekaligus usil. Mereka sering mendekat untuk meminta makanan, jadi simpan barang-barangmu rapat-rapat. Tapi jangan takut, selama kamu tenang dan tidak memberi makan, mereka akan tetap menjaga jarak.
Setelah mengunjungi Wannian Temple, lanjutkan dengan berjalan menuju Monkey Eco-Area, area hutan tropis lembap yang dipenuhi air terjun kecil dan jalan setapak batu yang sejuk. Suara air, gemerisik daun, dan kabut tipis yang turun dari puncak menciptakan suasana yang hampir mistis. Inilah salah satu bagian terbaik dari perjalanan, dan bukan karena spektakulernya pemandangan, tapi karena rasa tenang yang datang tanpa disadari.
Bagi yang ingin pengalaman lebih menantang, kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Golden Summit (Jin Ding), puncak terkenal Gunung Emei. Dari sini, pada hari cerah, kamu bisa melihat hamparan awan putih di bawah kaki dan, jika beruntung, matahari terbit yang legendaris. Di puncak berdiri patung Buddha berwarna emas menjulang tinggi, berkilau terkena cahaya matahari, sebuah pemandangan yang sering disebut sebagai “lautan awan Emei”. Tapi jika cuaca berkabut (yang sering terjadi), jangan kecewa. Kabut di sini justru menambah suasana magis, seolah gunung ini sedang bersembunyi dalam doa.
Setelah makan siang sederhana di salah satu restoran gunung atau di kuil, kamu akan mulai turun dan kembali ke Chengdu pada sore hari. Perjalanan turun memakan waktu beberapa jam, dan di sepanjang jalan kamu bisa tidur atau sekadar menikmati pemandangan desa yang perlahan kembali muncul. Malam nanti, kamu akan tiba lagi di Chengdu, walaupun sedikit lelah, tapi hati terasa penuh.
Makan malam bisa kamu nikmati di restoran yang lebih santai, mungkin di area Wide & Narrow Alleys yang kini terasa lebih familiar. Pesan sesuatu yang menenangkan, mungkin semangkuk noodle soup atau tumis sayur lokal. Nikmati dengan tenang sambil memutar kembali ingatan tentang hari ini: kabut di lereng gunung, suara lonceng kuil, dan rasa damai yang entah bagaimana masih terasa sampai sekarang.


5. Hari ke-5: Chengdu | Waktu Tenang Sebelum Pulang
Pagi terakhir di Chengdu. Setelah beberapa hari menjelajahi alam, kuil, dan jalanan penuh warna, kini saatnya menurunkan tempo. Tak perlu buru-buru hari ini. Nikmati sarapan di hotel, lalu duduk sejenak di dekat jendela sambil menyeruput kopi atau teh, beri waktu untuk tubuh dan pikiranmu mencerna semua hal yang baru saja terjadi.
Jika penerbanganmu masih sore atau malam, luangkan beberapa jam terakhir untuk berjalan santai di kota. Kamu bisa mengunjungi Sichuan Museum, yang menampilkan koleksi arkeologi dan karya seni klasik dari berbagai dinasti. Atau kalau kamu ingin sesuatu yang lebih ringan, pergilah ke Tianfu Art Park, sebuah taman baru yang luas dengan galeri modern dan danau buatan yang cantik. Tempat ini sempurna untuk sekadar duduk di bangku taman, memandangi langit Chengdu, dan menikmati momen tenang sebelum kembali ke rutinitas.
Menjelang siang, carilah makan siang terakhir yang berkesan. Mungkin di Chen Mapo Tofu, restoran legendaris yang sudah berdiri sejak abad ke-19 dan terkenal dengan mapo tofu otentiknya, memiliki rasa yang lembut, pedas, dan aromatik. Atau kalau kamu ingin suasana lebih modern, Yu’s Family Kitchen menawarkan versi elegan dari masakan Sichuan yang disajikan seperti karya seni. Apa pun pilihanmu, biarkan santapan terakhir ini menjadi penutup yang manis untuk perjalananmu.
Setelah makan, kembali ke hotel untuk mengambil koper dan bersiap menuju bandara atau stasiun. Dalam perjalanan keluar kota, lihat lagi sekeliling: papan nama berhuruf Mandarin, orang-orang yang berjalan santai, aroma lada Sichuan yang masih samar tercium di udara. Chengdu tidak akan memintamu untuk terburu-buru; ia akan membiarkanmu pergi dengan tenang, sama tenangnya seperti saat kamu datang.
Dan mungkin, di tengah hiruk-pikuk perjalanan pulang, kamu akan menyadari bahwa dari semua tempat yang kamu kunjungi, yang paling berkesan bukan hanya pemandangan atau makanan, tapi cara kota ini mengajarkanmu untuk melambat, menikmati, dan hadir sepenuhnya dalam setiap detik perjalanan.


Penutup: Lebih dari Sekadar Perjalanan
Lima hari di Chengdu, Leshan, dan Gunung Emei mungkin terasa singkat di kalender, tapi meninggalkan kesan yang panjang di hati. Dari tawa kecil melihat panda yang berguling di rerumputan, sampai rasa tenang di bawah kabut Gunung Emei, setiap tempat seperti berbicara dengan caranya sendiri. Chengdu menunjukkan bahwa kota besar tak selalu harus terburu-buru. Leshan mengingatkan bahwa tangan manusia bisa menciptakan sesuatu yang abadi. Dan Emei… mengajarkan bahwa kedamaian sejati sering kali datang dari langkah-langkah pelan di tengah alam.
Perjalanan ini bukan cuma tentang melihat tempat baru, tapi juga tentang menemukan ritme baru — ritme yang lebih lambat, lebih sadar, dan lebih penuh makna. Mungkin itu sebabnya Chengdu begitu dicintai para pelancong: bukan karena kemegahannya, tapi karena cara halusnya membuat orang betah tanpa alasan yang jelas.
Saat kamu meninggalkan kota ini, aroma lada Sichuan dan suara cangkir teh yang beradu di kedai kecil akan tetap teringat. Dan entah kapan, kamu mungkin akan kembali — bukan untuk sekadar berlibur, tapi untuk merasakan lagi cara hidup yang santai, hangat, dan tulus seperti Chengdu itu sendiri.
Nah! Setelah melihat itinerary di atas, apakah Anda sudah siap untuk mengunjungi Negeri Tirai Bambu ini? Tourchina.co.id punya pilihan paket terbaik untuk Anda yang ingin mengunjungi China yang telah kami siapkan dengan baik, mulai dari rencana perjalanan hingga akomodasi Anda selama berliburan ke sana. Tertarik untuk memakai jasa kami? Anda dapat mengunjungi link berikut untuk mendapatkan paket-paket unggulan dari kami!
Paket Open Trip Tour China 8D New Super Sale Bejing and Shanghai (Start Jakarta) 2025
Paket Open Trip Tour China 8D Wonderful China Zhangjiajie and Fenghuang Plus Shanghai 2025
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
