Rekomendasi 15 Makanan Lokal di Shanghai yang Wajib Dicoba saat Berkunjung

Hanifam

9/10/202516 min read

TOURCHINA - TOUR CHINA - SHANGHAI LOCAL FOOD - MAKANAN LOKAL SHANGHAI
TOURCHINA - TOUR CHINA - SHANGHAI LOCAL FOOD - MAKANAN LOKAL SHANGHAI

Berbagai Makanan Lokal di Shanghai, Cina

Shanghai terkenal sebagai “mutiara timur” karena bangunan pencakar langitnya serta kekayaan kuliner yang menggoda. Kota metropolitan ini merupakan tempat pertemuan tradisi dan modernitas di mana budaya Tiongkok klasik menyatu dengan gaya hidup kosmopolitan. Saat berkunjung, bukan hanya panorama Bund atau pesona Pudong yang patut dikagumi, dimana lidah Anda pun akan juga akan dimanjakan oleh ragam hidangan lokal yang punya cerita panjang di balik rasanya.

Makanan di Shanghai memiliki ciri khas unik yang memadukan rasa manis dengan bahan segar dan rasa yang kaya. Setiap suapan mengandung jejak sejarah perdagangan dan pengaruh budaya serta kreativitas lokal yang terus berinovasi sambil menghormati tradisi. Semua makanan di Shanghai mulai dari jajanan pinggir jalan yang sederhana hingga sajian klasik yang sering hadir di meja jamuan memberikan pengalaman berbeda yang sulit dilupakan.

Orang yang suka menjelajah kuliner dapat mengerti Shanghai dengan cara paling otentik melalui makan makanan lokal Shanghai. Setiap mangkuk sup panas dan setiap gigitan dim sum menyimpan potongan kisah tentang pertumbuhan dan perubahan Shanghai serta perayaannya terhadap kehidupan. Orang mengatakan bahwa belum sah ke Shanghai jika belum mencicipi makanan khasnya.

Pada artikel ini, kami akan membawa Anda menelusuri deretan kuliner lokal di Shanghai yang wajib untuk dicoba: mulai dari yang banyak ditemukan dimana-mana, hingga makanan yang menjadi paling favorit untuk turis mancanegara. Tertarik dengan daftar-daftarnya? Berikut penjelasannya di bawah ini!

1. Xiaolongbao (小笼包)

Setiap kali orang membahas makanan tradisional Shanghai maka Xiaolongbao selalu menjadi pilihan utama. Setiap kali Anda membuka mulut untuk menggigit dumpling mungil ini Anda akan langsung jatuh hati dengan kaldu panas yang tersembunyi di dalamnya. Kulit dumpling ini menampilkan keseimbangan sempurna antara ketipisan dan kekuatan untuk menjaga isian daging serta kaldu panas yang meleleh di dalam mulut Anda. Shanghai memuji Xiaolongbao sebagai "dumpling berkuah" yang menjadi simbol utama kota tersebut.

Sejarah Xiaolongbao memiliki kisah yang menarik. Menurut cerita sejarah makanan ini pertama kali muncul di kawasan Nanxiang yang merupakan bagian dari Shanghai pada abad ke-19. Toko kecil pertama kali memperkenalkan Xiaolongbao namun hidangan tersebut segera mendapatkan popularitas hingga menyebar ke seluruh Tiongkok dan seluruh dunia. Setiap sudut Shanghai menawarkan Xiaolongbao mulai dari restoran legendaris hingga gerai modern yang menyajikan varian kreatif dengan aneka isian.

Ada teknik khusus yang harus diikuti saat menikmati Xiaolongbao. Kuah panas dalam dumpling akan membakar lidah jika Anda langsung menggigit seluruh dumpling tersebut. Orang biasanya meletakkan Xiaolongbao di sendok mereka sebelum mereka menggigit sedikit bagian kulit dumpling untuk menikmati kuah kaldu di dalamnya. Setelah itu Anda dapat menikmati sisa dumpling dengan penuh kenikmatan. Setiap suapan memberikan kepuasan hangat berkat kombinasi kulit tipis yang menyatu dengan daging gurih dan kaldu kaya rasa.

Xiaolongbao (小笼包)
Xiaolongbao (小笼包)

2. Yellow Croaker Noodle Soup (黄鱼面)

Yellow Croaker Noodle Soup tampil sebagai makanan penghibur yang sangat menggoda setelah Xiaolongbao sebagai ikon kuliner Shanghai. Hidangan ini menyatukan mie tangan halus dengan kaldu jernih yang beraroma dan ikan yellow croaker yang terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya gurih. Tampilannya terlihat sederhana saat melihatnya sebagai semangkuk mie dengan kuah bening dan potongan ikan. Setelah mencicipinya Anda akan menemukan bahwa ikan segar memberikan rasa manis alami yang menyatu dengan kaldu ringan yang menenangkan.

Yellow croaker merupakan ikan yang menjadi populer di wilayah pesisir Tiongkok termasuk Shanghai. Masyarakat setempat mempercayai ikan ini sebagai simbol keberuntungan sehingga mereka menggunakan ikan ini untuk membuat hidangan biasa dan makanan istimewa. Sejarah mie ikan ini bermula ribuan tahun lalu saat para nelayan menciptakan cara mengolah ikan segar menjadi makanan sehat namun mudah dihidangkan.

Hidangan ini menarik karena menawarkan rasa segar sebagai salah satu keunggulannya. Tulang ikan digunakan untuk memasak kuah sehingga menghasilkan rasa ringan yang tidak terlalu berminyak. Daging yellow croaker yang lembut bersama dengan tekstur mie yang kenyal menciptakan rasa menenangkan di setiap suapan yang cocok untuk dinikmati kapan saja baik sebagai sarapan sehat maupun penghangat malam.

Tidaklah sulit menemukan Yellow Croaker Noodle Soup di Shanghai. Restoran tradisional mempertahankan resep asli sambil kedai modern mengeksplorasi inovasi dengan menambahkan sayuran segar dan seafood tambahan sebagai topping. Wisatawan yang mencoba mie ikan ini mendapatkan pengalaman dua hal yaitu menikmati makanan dan memahami kehangatan rumah dalam kuliner Shanghai.

Yellow Croaker Noodle Soup (黄鱼面)
Yellow Croaker Noodle Soup (黄鱼面)

3. Hairy Crab (大闸蟹)

Jika Anda adalah seorang penyuka seafood, maka Anda harus mencoba makanan musiman yang muncul di waktu-waktu tertentu dalam setahun. Yap! Tidak lain adalah Hairy Crab atau Kepiting berbulu, yang berasal dari Danau Yangcheng. Makanan ini dihidangkan biasanya di musim gugur mulai September hingga November saat kepiting mencapai ukuran puncak dengan daging padat dan isi telur melimpah. Kepiting jantan memiliki daging yang manis dan lembut sedangkan kepiting betina memiliki telur oranye keemasan yang creamy dan kaya rasa.

Orang Shanghai menikmati Hairy Crab melalui tradisi yang melampaui sekedar makan makanan. Setelah proses pengukusan utuh kepiting disajikan bersama dengan cuka hitam Zhejiang dan irisan jahe untuk menjaga keseimbangan rasa manis gurih dari daging. Pengalaman makan ini membutuhkan kesabaran karena Anda harus membuka cangkang satu per satu namun itulah yang membuatnya menyenangkan. Setiap gigitan adalah perayaan kecil yang menghadirkan rasa laut yang segar dan kaya.

Piring kepiting tidak hanya memberikan rasa lezat tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Saat musim kepiting berbulu ini tiba, masyarakat Shanghai menunjukkan rasa hormat dengan mengundang teman dan keluarga untuk makan bersama. Berbagai restoran menyediakan menu kepiting lengkap yang mencakup sup dan dim sum serta hidangan kreatif yang menggunakan setiap bagian kepiting untuk menghindari pemborosan.

Hairy Crab yang hanya tersedia pada musim tertentu telah menjadi lambang khas eksklusivitas kuliner di Shanghai. Saat tiba musimnya datang Anda harus segera mencoba peluang ini sebelum berakhir. Setelah duduk Anda harus bersabar saat membuka cangkang sebelum menikmati kelezatan daging kepiting berbulu yang akan menjadi momen terbaik dalam perjalanan Anda ke Shanghai.

Hairy Crab (大闸蟹)
Hairy Crab (大闸蟹)

4. Drunken Crab (醉蟹)

Drunken Crab menyajikan pengalaman yang berbeda dari Hairy Crab karena biasanya dimakan mentah dengan bumbu Shaoxing dan rempah-rempah. Sesuai namanya, kepiting segar ini disajikan dalam keadaan mentah lalu direndam dalam campuran arak Shaoxing, kecap, jahe, dan rempah-rempah khas. Perendaman kepiting menghasilkan rasa yang menarik karena kombinasi manis dan asin dan aroma alkohol yang kompleks dan juga menjaga kesegaran kepiting tanpa memasaknya.

Drunken Crab menggunakan kepiting berbulu kecil karena dagingnya lembut dan telur kepiting bisa menyerap bumbu dengan baik. Rasa gurih manis dari daging segar bertemu dengan sensasi hangat dari arak dalam hidangan ini. Orang Shanghai menganggap mentahnya hidangan ini sebagai makanan otentik terbaik meskipun bagi pendatang baru teksturnya mungkin terasa aneh.

Tradisi kuliner di Jiangnan telah mengadopsinya dengan cara melakukan perendaman dari kepiting ini dengan arak dan fermentasi sebagai bagian dari masakannya sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Drunken Crab dianggap sebagai hidangan lezat dan simbol kemewahan karena biasanya dihidangkan saat acara istimewa dan jamuan khusus.

Menikmati Drunken Crab ini menuntut lebih dari sekadar mencicipi rasa karena ini juga melibatkan keberanian untuk menjajal sesuatu yang berbeda. Oleh karena itu Anda harus menambahkan Drunken Crab ke dalam daftar petualangan kuliner Anda sebagai hidangan yang mewakili sisi eksperimental dan berani dari kuliner Shanghai.

Drunken Crab (醉蟹)
Drunken Crab (醉蟹)

5. Vegetarian Goose (素鹅)

Jangan terkecoh dengan namanya, Vegetarian Goose sama sekali tidak mengandung daging angsa. Hidangan klasik ini justru sepenuhnya berbahan dasar tahu kering (tofu skin) yang digulung rapi menyerupai bentuk daging angsa, lalu dipotong-potong tipis. Teksturnya kenyal di luar, lembut di dalam, dengan cita rasa gurih yang meresap dari bumbu sederhana seperti kecap, minyak wijen, dan rempah khas. Walaupun sederhana, rasa “daging palsu” ini sering kali membuat orang tak menyangka bahwa hidangan tersebut sepenuhnya vegetarian.

Asal-usul Vegetarian Goose cukup erat kaitannya dengan tradisi kuliner vegetarian di Tiongkok, khususnya di wilayah Jiangnan termasuk Shanghai. Banyak biara Buddha di masa lalu menciptakan hidangan “pengganti daging” untuk memenuhi prinsip pantangan, namun tetap menghadirkan rasa yang lezat dan memuaskan. Dari situlah lahir berbagai inovasi makanan vegetarian, dan Vegetarian Goose menjadi salah satu yang paling populer.

Di Shanghai, hidangan ini sering disajikan sebagai menu pembuka (appetizer) dalam jamuan makan, atau disantap sebagai lauk ringan. Keistimewaannya terletak pada tekstur tahu kering yang berlapis-lapis sehingga menyerupai serat daging, membuatnya terasa lebih kompleks dibandingkan tahu biasa. Ditambah aroma harum minyak wijen dan sedikit manis gurih khas bumbu Shanghai, Vegetarian Goose terasa ringan tapi berkesan.

Hidangan ini juga menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat Shanghai begitu kreatif dalam mengolah bahan sederhana menjadi sesuatu yang istimewa. Jadi, jika Anda ingin mencicipi sisi lain dari kuliner Shanghai, Vegetarian Goose adalah pilihan yang tidak boleh terlewatkan.

Vegetarian Goose (素鹅)
Vegetarian Goose (素鹅)

6. Sheng Jian Bao (生煎包)

Kalau pagi hari di Shanghai, ada satu aroma khas yang sering menggoda siapa saja yang lewat di jalanan: wangi gurih Sheng Jian Bao yang baru saja keluar dari wajan besar. Kudapan ini sekilas mirip Xiaolongbao, tapi bedanya dimasak dengan cara dipanggang di atas wajan datar dengan sedikit minyak, sehingga bagian bawahnya renyah kecokelatan sementara bagian atas tetap lembut dan kenyal. Begitu digigit, sensasi kuah hangat dan daging gurih langsung berpadu dengan tekstur garing dari dasar adonannya, membuat sebuah kontras yang bikin ketagihan.

Bagi warga lokal, Sheng Jian Bao bukan sekadar camilan, tapi sarapan favorit yang sudah jadi tradisi turun-temurun. Banyak orang rela antre di kedai kecil hanya untuk mendapatkan sekotak Sheng Jian Bao panas yang baru matang. Makan di tempat sambil menyeruput sup kaldu di dalamnya, atau membawanya pulang untuk dinikmati bersama teh hangat di rumah, dimana dua-duanya punya pesona tersendiri.

Uniknya, setiap toko biasanya punya resep dan trik khusus. Ada yang kulitnya dibuat lebih tebal agar tahan lama, ada juga yang menambahkan taburan biji wijen dan daun bawang di atasnya untuk memberi aroma harum saat disantap. Tapi apa pun versinya, Sheng Jian Bao selalu menawarkan rasa “rumahan” yang membuat siapa pun merasa dekat dengan kehidupan sehari-hari orang Shanghai.

Bisa dibilang, belum lengkap mencicipi kuliner jalanan di Shanghai kalau belum mencoba Sheng Jian Bao. Harganya terjangkau, porsinya pas, dan rasanya. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk merasakan Shanghai dalam bentuk paling otentik: sederhana, hangat, dan penuh rasa.

Sheng Jian Bao (生煎包)
Sheng Jian Bao (生煎包)

7. Shanghai Wonton (馄饨)

Di antara sekian banyak makanan khas Shanghai, wonton punya tempat khusus di hati warga lokal. Hidangan ini biasanya berupa pangsit mungil berisi daging babi cincang atau udang, dibungkus kulit tipis lalu direbus dan disajikan dalam kuah bening yang gurih. Sekilas memang mirip dengan pangsit di daerah lain Tiongkok, tapi versi Shanghai dikenal dengan kuahnya yang ringan, jernih, dan sering kali diberi tambahan rumput laut kering serta daun bawang yang harum.

Wonton di Shanghai juga punya peran istimewa sebagai makanan “penghibur hati.” Banyak orang mengaitkannya dengan masa kecil, karena sering dimasak oleh orang tua atau nenek di rumah saat cuaca dingin. Satu mangkuk wonton panas bisa langsung menghadirkan rasa nyaman, seolah mengingatkan kembali pada hangatnya rumah. Tidak heran, hingga sekarang, banyak warga Shanghai yang menjadikan wonton sebagai menu sarapan cepat atau makan malam sederhana.

Menariknya, wonton di Shanghai hadir dalam dua ukuran: yang kecil disebut xiaohuntun dengan isian sederhana dan kulit lebih tipis, sementara yang lebih besar dikenal sebagai dahuntun dengan isian lebih padat, kadang ditambah sayuran cincang. Keduanya sama-sama enak, tinggal pilih sesuai selera dan seberapa besar nafsu makan Anda.

Bagi wisatawan, menikmati Shanghai Wonton adalah kesempatan untuk merasakan sisi sederhana tapi autentik dari kuliner kota ini. Tidak ada bumbu rumit, tidak ada tampilan mewah; hanya semangkuk pangsit hangat dengan kuah bening yang menenangkan. Justru kesederhanaan itulah yang membuatnya begitu berkesan.

Shanghai Wonton (馄饨)
Shanghai Wonton (馄饨)

8. Hong Shao Rou (红烧肉)

Sulit membicarakan kuliner khas Shanghai tanpa menyebut Hong Shao Rou, atau braised pork belly ala Shanghai. Hidangan ini terbuat dari potongan perut babi yang dimasak perlahan dengan kecap manis asin, gula batu, arak Shaoxing, dan aneka rempah hingga menghasilkan warna merah kecokelatan yang menggoda. Teksturnya lembut, berlemak tapi tidak enek, dengan rasa manis gurih yang kaya dan dalam. Setiap potongannya seakan meleleh di mulut, meninggalkan jejak rasa karamel yang begitu khas.

Bagi masyarakat Shanghai, Hong Shao Rou bukan sekadar hidangan rumah makan, tapi juga masakan rumahan yang sarat nostalgia. Banyak orang mengingatnya sebagai menu spesial yang dimasak ibu atau nenek untuk makan malam keluarga. Resepnya pun bervariasi: ada yang menambahkan telur rebus atau tahu kering agar bumbunya lebih meresap, ada juga yang membuat versi lebih manis atau lebih ringan sesuai selera keluarga.

Hidangan ini konon juga merupakan favorit banyak tokoh besar Tiongkok, termasuk Mao Zedong, meski versi Shanghai biasanya lebih manis dibanding versi Hunan yang pedas gurih. Ciri khas gaya Shanghai memang terletak pada penggunaan gula dalam jumlah pas, yang membuat kuahnya kental berkilau dan memberikan rasa lembut yang unik.

Menikmati sepiring Hong Shao Rou dengan nasi putih hangat bisa dibilang salah satu pengalaman kuliner paling otentik di Shanghai. Sederhana, penuh rasa, dan menggambarkan dengan tepat filosofi masakan Shanghai: memadukan kelembutan rasa dengan sentuhan manis yang menenangkan.

Hong Shao Rou (红烧肉)
Hong Shao Rou (红烧肉)

9. Guotie (锅贴)

Kalau Anda pencinta dumpling, Guotie atau pan-fried dumplings pasti langsung masuk daftar favorit. Bentuknya memanjang dengan kulit tipis yang diisi daging cincang, biasanya babi atau campuran babi dan sayuran, lalu dimasak dengan teknik khusus: direbus sebentar dengan sedikit air di wajan, kemudian dibiarkan hingga bagian bawahnya garing kecokelatan. Hasilnya adalah dumpling dengan kombinasi tekstur renyah di bawah, lembut di atas, dan isian juicy di dalam.

Di Shanghai, Guotie sering dijadikan camilan sore atau teman ngobrol bersama teh hangat. Banyak penjual kaki lima yang memasaknya langsung di depan pelanggan, membuat aroma harum dari wajan panas sulit untuk diabaikan. Ada kepuasan tersendiri saat mendengar bunyi “kress” di setiap gigitan, disusul semburan rasa gurih dari isian daging yang hangat.

Meski sederhana, Guotie punya daya tarik universal: siapa pun, baik wisatawan maupun warga lokal, mudah jatuh cinta pada dumpling ini. Beberapa restoran bahkan berkreasi dengan isian berbeda: seperti udang, ayam, atau sayuran, tanpa meninggalkan ciri khas kulitnya yang renyah. Biasanya Guotie disajikan dengan cuka hitam dan sedikit cabai minyak untuk menambah rasa segar sekaligus pedas.

Bisa dibilang, Guotie adalah “comfort food” versi jalanan Shanghai. Tidak terlalu berat, tapi cukup mengenyangkan. Rasanya bersahabat bagi semua orang, sehingga cocok dijadikan salah satu menu andalan saat menjelajahi kuliner lokal kota ini.

Guotie (锅贴)
Guotie (锅贴)

10. Cold Dressed Jellyfish (凉拌海蜇)

Di antara beragam hidangan hangat khas Shanghai, ada satu menu yang cukup unik dan sering jadi kejutan bagi wisatawan: Cold Dressed Jellyfish. Seperti namanya, makanan ini menggunakan ubur-ubur yang diolah khusus hingga teksturnya kenyal dan renyah, lalu disajikan dingin dengan bumbu sederhana berupa minyak wijen, cuka, kecap, dan bawang putih cincang. Saat disantap, rasa segar berpadu dengan aroma gurih dan sedikit asam, membuatnya jadi hidangan pembuka yang ringan namun berkesan.

Bagi orang Shanghai, hidangan ini bukan sesuatu yang aneh, melainkan bagian dari tradisi kuliner sehari-hari. Cold Dressed Jellyfish sering muncul di jamuan makan besar, terutama saat musim panas, karena sensasi dinginnya memberi efek menyegarkan. Teksturnya memang bisa terasa tak biasa bagi yang pertama kali mencoba, tapi justru itulah yang membuatnya menarik: renyah, elastis, dan berbeda dari bahan makanan laut pada umumnya.

Meski sederhana, hidangan ini menyimpan filosofi khas masakan Shanghai: mengutamakan keseimbangan rasa dan tekstur. Tidak ada bumbu yang mendominasi; semuanya hadir secukupnya untuk menonjolkan keaslian bahan utama. Banyak restoran tradisional tetap mempertahankan cara penyajian klasik ini, sementara tempat-tempat modern terkadang menambahkan sayuran segar atau cabai untuk memberi sentuhan baru.

Bagi wisatawan yang berani mencoba sesuatu di luar kebiasaan, Cold Dressed Jellyfish bisa menjadi pengalaman kuliner yang unik. Ringan, segar, dan penuh kejutan, dimana hidangan ini membuktikan bahwa kuliner Shanghai tak melulu soal kuah panas atau makanan berat, tapi juga tentang kesederhanaan yang menyenangkan di setiap gigitan.

Cold Dressed Jellyfish (凉拌海蜇)
Cold Dressed Jellyfish (凉拌海蜇)

11. Ci Fan Tuan (粢饭团)

Pagi hari di Shanghai sering kali diwarnai dengan pemandangan orang-orang yang bergegas sambil menggenggam sarapan praktis, dan salah satu yang paling populer adalah Sticky Rice Rolls, atau ci fan tuan. Hidangan sederhana ini terbuat dari ketan hangat yang dipadatkan lalu dibentuk seperti gulungan besar. Di dalamnya diisi berbagai macam bahan, mulai dari youtiao (cakwe goreng renyah), daging cincang, acar sayuran, hingga bubuk kedelai manis. Kombinasi rasa gurih, manis, dan asin bercampur dalam satu gigitan, menciptakan sarapan yang padat energi dan bikin kenyang tahan lama.

Bagi warga lokal, ci fan tuan bukan hanya makanan praktis, tapi bagian dari nostalgia masa kecil. Banyak orang mengingat momen dibelikan gulungan ketan hangat ini oleh orang tua sebelum berangkat sekolah. Teksturnya yang lengket dan isian yang kaya rasa membuatnya jadi pilihan favorit lintas generasi. Hingga kini, kios-kios kecil yang menjual sticky rice rolls di pagi hari masih selalu ramai antrean.

Menariknya, ada dua versi yang sama-sama populer: versi gurih dengan daging dan sayuran, serta versi manis dengan gula atau bubuk kacang manis sebagai isiannya. Keduanya sama-sama memuaskan, tergantung selera dan mood di pagi hari. Karena porsinya cukup besar, satu gulungan saja sudah cukup untuk membuat Anda siap beraktivitas seharian.

Mencoba Sticky Rice Rolls adalah cara terbaik untuk merasakan rutinitas pagi khas Shanghai. Tidak perlu ke restoran mewah, dimana cukup mampir ke penjual sarapan di pinggir jalan, beli satu gulungan hangat, lalu nikmati sambil menyusuri jalan-jalan sibuk kota. Sederhana, autentik, dan benar-benar Shanghai.

Ci Fan Tuan (粢饭团)
Ci Fan Tuan (粢饭团)

12. Cong You Bing (蔥油餅)

Kalau bicara soal jajanan sederhana tapi bikin nagih, Cong You Bing alias pancake daun bawang wajib ada dalam daftar. Hidangan ini terbuat dari adonan tepung tipis yang diuleni, ditaburi daun bawang cincang segar, lalu dipanggang di atas wajan hingga bagian luarnya garing dan bagian dalamnya tetap lembut. Hasilnya adalah pancake gurih dengan aroma harum bawang yang begitu khas, terdengar sederhana, tapi rasanya bisa bikin susah berhenti makan.

Di Shanghai, Cong You Bing sering dijual di warung kecil atau gerobak pinggir jalan. Banyak orang membelinya sebagai camilan sore, atau bahkan sebagai pengganjal perut saat pagi hari. Sensasi menikmatinya paling pas ketika baru matang: panas, renyah, dan wangi bawangnya masih mengepul. Beberapa penjual menambahkan variasi seperti telur atau saus pedas, tapi versi klasik tetap jadi primadona.

Meski terlihat biasa, Cong You Bing sebenarnya menunjukkan kreativitas orang Shanghai dalam mengolah bahan sederhana. Dengan hanya tepung, air, sedikit minyak, dan daun bawang, terciptalah jajanan jalanan yang bisa bertahan populer dari generasi ke generasi. Teksturnya yang berlapis-lapis, gurih namun ringan, membuatnya cocok dinikmati oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang tua.

Bagi wisatawan, mencoba Cong You Bing adalah cara mudah untuk merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Shanghai. Tidak perlu ke restoran mewah; cukup beli di kios kecil di sudut jalan, nikmati sambil berjalan, dan Anda sudah merasakan bagian kecil tapi otentik dari budaya kuliner kota ini.

Cong You Bing (蔥油餅)
Cong You Bing (蔥油餅)

13. Da Bing (大饼)

Di Shanghai, sarapan pagi sering kali sederhana tapi mengenyangkan, dan salah satu pilihan klasiknya adalah Sesame Flatbread atau da bing. Roti pipih ini biasanya dipanggang hingga permukaannya kecokelatan dan ditaburi biji wijen yang harum. Teksturnya sedikit renyah di luar, namun tetap lembut di dalam, sehingga cocok disantap begitu saja atau dijadikan pendamping sup maupun bubur.

Yang menarik, da bing punya banyak variasi. Ada yang dibuat tipis dan lebar, ada juga yang tebal dengan isian gurih seperti daging cincang, daun bawang, atau pasta kacang merah untuk versi manis. Rasanya tidak terlalu kuat, justru itu yang membuatnya fleksibel: bisa dimakan sebagai camilan ringan, atau jadi pelengkap hidangan lain tanpa menutupi rasa utama.

Bagi warga Shanghai, sesame flatbread bukan sekadar roti biasa. Banyak orang mengaitkannya dengan momen pagi yang sibuk, dimana Anda dapat mampir sebentar ke penjual roti di pinggir jalan, membeli sepotong da bing hangat, lalu menikmatinya sambil berjalan menuju tempat kerja atau sekolah. Sederhana, cepat, tapi memuaskan.

Untuk wisatawan, mencoba sesame flatbread berarti ikut merasakan rutinitas khas orang lokal. Tidak heboh, tidak rumit, tapi justru di situlah letak keistimewaannya: sepotong roti pipih yang membawa kehangatan dan aroma wijen, memberi energi untuk memulai hari di tengah hiruk-pikuk kota Shanghai.

Da Bing (大饼)
Da Bing (大饼)

14. Eight-Treasure Rice Pudding (八宝饭)

Kalau sebagian besar kuliner Shanghai identik dengan rasa gurih dan berkuah, maka Eight-Treasure Rice Pudding hadir sebagai penutup manis yang anggun sekaligus penuh makna. Hidangan tradisional ini terbuat dari ketan yang lengket dan lembut, disusun bersama delapan macam bahan manis yang dianggap membawa keberuntungan, dimana rasanya seperti kurma merah, kacang polong manis, kismis, biji lotus, buah kering, dan kacang-kacangan. Disajikan dengan bentuk bulat mengkilap, puding ini bukan hanya makanan, tapi juga simbol kebahagiaan dan kemakmuran.

Biasanya, Eight-Treasure Rice Pudding hadir dalam perayaan penting seperti Tahun Baru Imlek atau pesta keluarga besar. Warna-warni bahan yang menghiasi bagian atasnya membuat puding ini terlihat meriah, seolah mewakili harapan akan rezeki yang berlimpah dan kehidupan yang harmonis. Rasanya manis, sedikit lengket, dengan kombinasi tekstur renyah, lembut, dan kenyal yang membuat setiap suapan terasa istimewa.

Yang menarik, meski namanya “delapan harta karun,” jumlah bahan pelengkapnya tidak selalu harus delapan. Angka delapan dipilih karena dianggap sebagai angka keberuntungan dalam budaya Tiongkok. Jadi, variasi isi bisa berbeda di setiap keluarga atau restoran, yang penting tetap ada paduan rasa manis alami dari buah kering dengan lembutnya ketan.

Bagi wisatawan, mencicipi Eight-Treasure Rice Pudding bukan hanya soal mencoba makanan penutup, tapi juga ikut merasakan bagian kecil dari tradisi masyarakat Shanghai. Satu mangkuk puding ketan manis ini bisa menjadi penutup sempurna setelah perjalanan panjang menjelajahi kota, sekaligus memberikan pengalaman kuliner yang manis untuk dikenang.

Eight-Treasure Rice Pudding (八宝饭)
Eight-Treasure Rice Pudding (八宝饭)

15. Shanghai Mooncakes (上海月饼)

Ketika musim gugur tiba, Shanghai punya tradisi kuliner yang tidak bisa dilewatkan: mooncakes. Namun berbeda dengan versi khas Beijing atau Kanton yang biasanya punya kulit halus dan isian manis tebal, Shanghai Mooncakes justru dikenal dengan kulitnya yang renyah berlapis-lapis, mirip pastry, dengan rasa gurih mentega yang khas. Isian tradisionalnya bisa berupa daging babi cincang yang dibumbui manis-gurih, membuatnya cukup berbeda dari mooncake manis yang sering dikenal luas.

Bagi masyarakat Shanghai, mooncake bukan hanya camilan, tapi simbol kebersamaan. Hidangan ini selalu hadir saat Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid-Autumn Festival), ketika keluarga berkumpul untuk menikmati bulan purnama sambil berbagi makanan. Bentuk bulat mooncake melambangkan persatuan dan keutuhan keluarga, sementara rasanya yang berlapis menghadirkan kehangatan dalam setiap gigitan.

Sekarang, variasi Shanghai Mooncakes semakin beragam. Selain versi klasik daging babi, banyak toko modern menawarkan isian inovatif seperti kacang hitam, keju, bahkan cokelat. Meski begitu, para penggemar setia tetap menganggap versi tradisional dengan kulit gurih renyah sebagai representasi asli dari cita rasa Shanghai.

Dengan mencicipi Shanghai Mooncakes, akan memberikan Anda pengalaman yang tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga memperkenalkan pada salah satu tradisi budaya paling berharga di Tiongkok. Menyantapnya sambil menikmati suasana malam di bawah cahaya lampion dan bulan purnama akan membuat Anda benar-benar merasakan nuansa perayaan khas Shanghai.

Shanghai Mooncakes (上海月饼)
Shanghai Mooncakes (上海月饼)

Penutup: Jelajahi Kuliner Lokal yang Unik dan Menarik di Shanghai

Menjelajahi kuliner lokal Shanghai memang seperti membuka buku cerita yang penuh kejutan. Dari semangkuk wonton hangat yang sederhana, kepiting berbulu musiman yang megah, hingga manisnya Eight-Treasure Rice Pudding yang sarat simbol keberuntungan, dimana setiap hidangan punya kisahnya sendiri. Rasanya seakan setiap gigitan membawa kita lebih dekat dengan cara hidup dan budaya masyarakat kota ini, yang selalu tahu bagaimana memadukan tradisi dengan sentuhan modern.

Yang membuat kuliner Shanghai istimewa bukan hanya rasa, tapi juga pengalaman yang menyertainya. Menyantap Sheng Jian Bao di warung kecil sambil berdiri di pinggir jalan, menyeruput kuah wonton saat malam mulai dingin, atau berbagi mooncake dengan orang-orang terdekat di bawah cahaya bulan. Di situlah kita bisa merasakan bahwa makanan bukan sekadar pengisi perut, melainkan bahasa universal yang menghubungkan orang-orang.

Jika Anda adalah seorang wisatawan, maka mencicipi makanan khas Shanghai adalah cara paling jujur untuk memahami kota ini. Anda bisa mengagumi gedung-gedung tinggi dan suasana modernnya, tapi justru lewat kuliner-lah Shanghai memperlihatkan jati dirinya yang sesungguhnya: hangat, penuh warna, dan tak pernah berhenti berinovasi. Dari hidangan jalanan yang terjangkau hingga masakan klasik yang mewah, semuanya punya peran dalam membentuk identitas kuliner Shanghai yang begitu kaya.

Jadi, saat Anda berkesempatan berkunjung ke Shanghai, jangan hanya menjelajahi atraksi wisata atau berbelanja di pusat perbelanjaan megah. Luangkan waktu untuk duduk di kedai kecil, mencoba hidangan yang mungkin asing di lidah, dan biarkan pengalaman itu membekas. Karena pada akhirnya, kenangan terbaik dari sebuah perjalanan sering kali lahir dari hal-hal sederhana—seperti rasa hangat sup, renyahnya roti wijen, atau manisnya puding ketan yang dinikmati di tengah hiruk-pikuk kota yang selalu hidup.

Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!

Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!

Baca juga: 7 Rekomendasi Kafe dengan Konsep Terunik di Shanghai