Itinerary ke China: Rekomendasi Panduan Perjalanan Selama 21 Hari, dari Beijing hingga Shanghai
Hanifam
9/15/202514 min read


Berlibur Panjang ke Negeri Tirai Bambu
China bukan hanya sekadar negara dengan luas wilayah yang mengagumkan, tapi juga sebuah panggung besar tempat sejarah, alam, dan budaya berpadu. Dari Tembok Besar yang berdiri gagah hingga kota-kota kuno yang pernah menjadi simpul Jalur Sutra, setiap sudutnya menyimpan cerita yang bisa membuat kita merasa kecil namun sekaligus terhubung dengan perjalanan panjang peradaban manusia. Banyak orang mengenal China dari potret modernnya: mulai dari gedung pencakar langit Shanghai atau kecanggihan kereta cepatnya, namun jika Anda memberi waktu lebih, akan terbuka lapisan-lapisan lain yang jauh lebih berharga.
Itulah mengapa, itinerary 21 hari ini bukan hanya sekadar daftar tempat wisata, melainkan sebuah perjalanan menyusuri waktu. Dari Beijing yang sarat akan aura kekaisaran, ke Xi’an yang menyimpan ribuan prajurit tanah liat, hingga ke barat jauh menuju oasis Dunhuang dan pasar penuh warna di Kashgar, Anda seakan mengikuti jejak para pedagang Jalur Sutra yang melintas ribuan tahun lalu. Lalu perjalanan ini juga membawa Anda ke sudut-sudut alami paling memesona, seperti pegunungan Zhangjiajie yang seakan keluar dari film fantasi, atau ketenangan Danau Karakul dengan latar Pegunungan Pamir yang megah.
Perjalanan panjang ini juga akan memberi kesempatan merasakan denyut kehidupan lokal: menyeruput teh di taman kota Chengdu bersama warga setempat, berburu jajanan malam di Muslim Quarter Xi’an, hingga mencicipi pedasnya hotpot Sichuan yang mampu membuat Anda berkeringat sekaligus ketagihan. Tidak lupa, kita akan menutup perjalanan di Shanghai, kota yang menjadi simbol modernitas China sekaligus pintu untuk kembali pulang dengan sejuta kenangan.
Singkatnya, ini adalah perjalanan yang memadukan sejarah, kuliner, alam, dan interaksi manusia. Bukan hanya “melihat-lihat”, melainkan ikut meresapi bagaimana China hidup, bernapas, dan berkembang hingga menjadi seperti sekarang. Mari kita mulai menyusun langkah demi langkah, karena setiap kota yang kita singgahi punya cerita untuk diceritakan kembali.
1. Hari ke 1-4: Beijing, Jejak Kekaisaran dan Kehidupan Modern
Mendarat di Beijing ibarat memasuki sebuah panggung raksasa di mana masa lalu dan masa kini berjalan berdampingan. Langkah pertama di kota ini sebaiknya tidak terburu-buru. Setelah perjalanan panjang, nikmati waktu untuk beristirahat di hotel yang nyaman, misalnya Park Plaza Wangfujing, yang lokasinya strategis dekat jalan perbelanjaan sekaligus tidak jauh dari landmark ikonik. Sore hari, berjalan santai di hutong (gang-gang sempit berusia ratusan tahun) akan memberi kesan pertama yang hangat. Saat lapar mulai terasa, tidak ada yang lebih pas daripada mencicipi Peking Duck di restoran klasik seperti Quanjude, yang sudah melegenda sejak masa Dinasti Qing.
Di hari kedua, Anda bisa benar-benar tenggelam dalam sejarah dengan mengunjungi Forbidden City, bekas istana kekaisaran yang begitu luas hingga sulit selesai dijelajahi dalam sehari. Menyusuri halamannya yang simetris dan detail ukirannya membuat kita membayangkan kehidupan di masa lalu, ketika tempat ini hanya boleh dimasuki keluarga kerajaan dan pejabat tinggi. Dari sana, berjalan ke Tiananmen Square, salah satu lapangan terbesar di dunia, memberi perspektif berbeda tentang simbol politik dan kebanggaan bangsa. Malamnya, jika energi masih tersisa, kawasan Sanlitun bisa jadi tempat seru untuk merasakan sisi modern Beijing: bar trendi, musik live, dan suasana kosmopolitan.
Hari ketiga sebaiknya Anda dedikasikan untuk salah satu ikon dunia: Great Wall of China. Pilihan terbaik adalah Mutianyu, yang lebih tenang dibanding Badaling, tapi tetap memiliki pemandangan spektakuler. Rasanya menapak di atas tembok ini sulit digambarkan, dimana dipenuhi dengan bukit hijau bergelombang sejauh mata memandang. Jangan lupa bawa bekal ringan atau makan siang sederhana di restoran lokal sekitar pintu masuk, karena perjalanan mendaki tangga dan berjalan di atas tembok bisa cukup menguras tenaga.
Di hari keempat, saat tubuh sudah terbiasa dengan ritme perjalanan, nikmatilah Summer Palace. Istana musim panas kekaisaran ini lebih mirip taman raksasa dengan danau, bukit, dan arsitektur klasik yang memanjakan mata. Duduk di tepi Danau Kunming atau naik perahu sambil melihat refleksi paviliun dan jembatan batu di atas air akan membuat Anda merasa seakan melompat ke lukisan kuno. Menutup empat hari di Beijing, Anda akan sadar bahwa kota ini bukan sekadar ibu kota, melainkan juga wajah besar dari perjalanan panjang bangsa China.


2. Hari ke 5-6: Xi'an, Kota Tua yang Dipenuhi Sejarah
Dari Beijing, perjalanan ke Xi’an dengan kereta cepat akan terasa seperti sebuah transisi alami dari pusat kekuasaan ke pusat peradaban Jalur Sutra. Begitu tiba, Anda akan langsung merasakan atmosfer berbeda, dimana terasa lebih tenang, lebih hangat, tetapi tetap menyimpan energi dari sejarah panjangnya. Untuk menginap, Sofitel Legend People’s Grand Hotel adalah pilihan mewah dengan sentuhan klasik Eropa yang berpadu apik dengan nuansa lokal.
Hari pertama di Xi’an bisa dimulai dengan menjelajahi Ancient City Wall. Dinding kota yang masih utuh ini adalah salah satu yang terbesar dan terpelihara di dunia. Cara paling menyenangkan untuk menikmatinya adalah dengan menyewa sepeda dan berkeliling sepanjang tembok. Dari atas, Anda bisa melihat lanskap kota lama bertemu dengan bangunan modern: pemandangan yang merefleksikan bagaimana Xi’an menjaga keseimbangan antara masa lalu dan masa kini. Sore menjelang malam, arahkan langkah ke pusat kota, di mana lampion-lampion mulai menyala dan suasana semakin hidup.
Hari kedua adalah momen besar: Terracotta Army. Ribuan prajurit tanah liat berwajah unik berdiri dalam barisan, menjaga makam Kaisar Qin Shi Huang selama lebih dari dua milenium. Rasanya seperti masuk ke sebuah teater raksasa yang membekukan waktu. Untuk menghindari keramaian, datanglah pagi hari ketika rombongan tur belum memadati area. Setelah puas berkeliling, kembali ke pusat kota untuk pengalaman yang lebih ringan, yaitu menyusuri Muslim Quarter.
Di kawasan ini, jalanan sempit dipenuhi aroma makanan: roujiamo (roti isi daging), mie tarik tangan yang dimasak langsung di depan mata, hingga camilan manis kacang wijen. Tidak perlu ragu untuk mencoba, karena inilah inti dari Xi’an: kota yang menjadi persinggahan ribuan pedagang dan budaya, yang kini diwariskan melalui rasa di lidah. Menutup hari di sini, sambil menikmati segelas teh melati di kafe lokal, akan membuat Anda sadar betapa Xi’an bukan hanya tempat melihat sejarah, tetapi juga tempat merasakannya secara langsung.


3. Hari ke 7-8: Zhangye & Jiayuguan, Tempat dengan Warna Alam Indah dan Benteng Terakhir
Perjalanan makin seru saat kita bergerak ke arah barat, menuju Zhangye. Kota kecil ini mungkin tidak seterkenal Beijing atau Xi’an, tapi justru di sinilah salah satu lanskap alam paling unik di China berada: Danxia Rainbow Mountains. Begitu tiba, check-in di Zhangye Hotel atau penginapan lokal sederhana, lalu langsung bersiap untuk berburu momen matahari terbenam. Saat cahaya sore menyentuh bukit-bukit berlapis warna merah, kuning, oranye, dan hijau, pemandangannya seperti kanvas raksasa yang tidak bisa ditiru oleh kuas manusia. Rasanya mustahil menahan diri untuk tidak terus memotret, meski pada akhirnya mata telanjanglah yang paling bisa menikmatinya.
Hari berikutnya, perjalanan berlanjut ke Jiayuguan, kota yang identik dengan benteng legendaris di ujung barat Tembok Besar: Jiayuguan Pass. Berbeda dengan bagian Tembok Besar di Beijing yang megah di tengah hutan dan pegunungan, Jiayuguan menawarkan nuansa yang lebih dramatis, dimana terdapat tembok kuno berdiri di tengah lanskap gurun yang tandus. Saat berdiri di atas menara, Anda bisa merasakan betapa strategisnya lokasi ini di masa lalu: pintu gerbang Jalur Sutra, tempat pertemuan para pedagang, sekaligus benteng pertahanan dari serangan luar.
Menginap di Jiayuguan biasanya lebih sederhana, dengan hotel bisnis atau guesthouse lokal. Namun yang membuat pengalaman di sini berkesan adalah atmosfernya: terasa lebih sunyi, lebih dekat dengan langit malam berbintang. Jika beruntung dan cuaca cerah, berjalan keluar sebentar setelah makan malam akan memberi hadiah berupa pemandangan milky way yang jarang terlihat di kota-kota besar.
Dua hari ini terasa seperti jeda yang unik: dari hiruk pikuk kota besar ke keheningan gurun, dari warna pelangi pegunungan hingga kelamnya sejarah perbatasan kekaisaran. Inilah momen perjalanan yang sering membuat kita berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan merasa betapa luasnya dunia yang sedang kita jelajahi.


4. Hari ke 9-10: Dunhuang, Tempat dari Oasis Jalur Sutra
Dunhuang adalah salah satu titik paling ikonik di Jalur Sutra, sebuah oasis yang telah menjadi persinggahan ribuan pedagang selama berabad-abad. Begitu tiba di kota ini, suasana gurun langsung terasa: langit luas, udara kering, dan siluet bukit pasir yang menjulang di kejauhan. Untuk pengalaman yang lebih istimewa, Anda bisa menginap di Silk Road Dunhuang Hotel, sebuah penginapan bergaya tradisional yang menghadap ke padang pasir. Dari balkon kamar, pemandangan matahari terbenam di balik bukit pasir akan menyambut Anda dengan cara yang sederhana tapi sangat berkesan.
Hari pertama di Dunhuang sebaiknya didedikasikan untuk mengunjungi Mogao Caves. Kompleks gua ini menyimpan ribuan lukisan mural Buddha dan patung kuno yang berasal dari abad ke-4. Setiap gua seperti sebuah kapsul waktu, menceritakan bagaimana agama, seni, dan budaya bertemu di simpul Jalur Sutra. Ada rasa kagum sekaligus kerendahan hati saat berdiri di depan dinding penuh lukisan yang masih bertahan setelah ribuan tahun. Tur resmi biasanya dipandu dengan baik, sehingga Anda bisa memahami lebih dalam makna setiap detailnya.
Hari kedua, saat matahari mulai tinggi, saatnya menuju Singing Sand Dunes dan Crescent Lake. Bayangkan hamparan bukit pasir raksasa yang menghasilkan bunyi bergemuruh halus ketika angin bertiup atau saat pasir bergerak. Di tengah padang pasir itu, sebuah danau berbentuk bulan sabit berdiri tenang, seperti sebuah keajaiban kecil di gurun luas. Anda bisa naik unta, mencoba sandboarding, atau sekadar berjalan kaki hingga mencapai puncak bukit untuk menyaksikan panorama 360 derajat. Sore menjelang senja adalah waktu terbaik, saat cahaya emas membuat pasir seakan menyala.
Menutup dua hari di Dunhuang, Anda akan merasa seperti benar-benar kembali ke masa lalu, membayangkan para pedagang karavan dengan unta-unta mereka yang melintas membawa sutra, rempah, dan cerita. Di sini, sejarah bukan hanya ada di museum, tetapi masih hidup di pasir, angin, dan danau kecil yang setia bertahan.


5. Hari ke 11-12: Turpan & Urumqi, Tampat dari Gurun dan Perkebunan Anggur
Dari Dunhuang, perjalanan berlanjut ke Turpan, sebuah oasis lain yang dikelilingi padang gurun tandus namun penuh kejutan. Begitu tiba, Anda akan merasakan iklim yang lebih panas dan kering, dimana Turpan dikenal sebagai salah satu kota terpanas di China. Meski begitu, kota ini justru terkenal dengan anggurnya yang manis. Di musim panas, pergilah ke Grape Valley, sebuah kebun anggur raksasa di tengah padang pasir. Jalan setapak rindang dipenuhi terowongan tanaman merambat, tempat Anda bisa mencicipi anggur segar langsung dari pohonnya.
Selain anggur, Turpan menyimpan jejak sejarah yang tak kalah menakjubkan. Jiaohe Ancient City, reruntuhan kota kuno dari tanah liat, berdiri sunyi di atas tebing sungai kering. Begitu Anda berjalan di antara jalan-jalan kota tua itu, mudah membayangkan bagaimana ribuan orang pernah tinggal, berdagang, dan beribadah di sana. Di tengah panas yang menyengat, reruntuhan ini seolah menjadi saksi bisu betapa gigihnya manusia bertahan hidup di lingkungan ekstrem.
Hari kedua, perjalanan bisa dilanjutkan ke Flaming Mountains, sebuah bukit merah oranye yang tampak seolah terbakar ketika disinari matahari. Tempat ini bahkan disebut dalam kisah klasik Journey to the West. Tak jauh dari sana, Anda bisa melihat Karez Irrigation System, sebuah sistem irigasi bawah tanah berusia ribuan tahun yang masih berfungsi hingga kini. Menyadari betapa cerdiknya cara orang kuno mengelola air di padang pasir memberi rasa kagum tersendiri.
Sore hari, lanjutkan ke Urumqi, ibu kota Xinjiang. Kota ini jauh lebih modern, dengan hotel internasional seperti Hilton Urumqi yang nyaman untuk beristirahat. Malamnya, cobalah kuliner khas Xinjiang seperti lamb kebab yang dibakar dengan rempah, atau pilaf (nasi berbumbu daging dan wortel) di restoran lokal. Perpaduan aroma daging panggang dan musik Uighur yang meriah sering kali membuat makan malam terasa seperti sebuah perayaan kecil.
Dua hari di Turpan dan Urumqi memberi keseimbangan antara alam tandus yang penuh kejutan, reruntuhan kuno yang membangkitkan imajinasi, dan kehidupan modern yang dinamis. Dari sini, perjalanan akan membawa kita semakin jauh ke barat, menuju jantung budaya Uighur di Kashgar.


6. Hari ke 13-14: Kashgar, Tempat Terlahirnya Budaya Uighur
Dari Urumqi, perjalanan menuju Kashgar terasa seperti melintasi dimensi lain. Kota ini berada jauh di barat, lebih dekat ke Asia Tengah dibanding Beijing, dan begitu tiba Anda akan merasakan atmosfer yang benar-benar berbeda. Arsitektur bercorak Islam, wajah-wajah dengan campuran etnis, serta aroma rempah yang menguar dari pasar membuat Kashgar seakan sebuah dunia tersendiri. Menginap di hotel bergaya lokal seperti Qinibagh Hotel akan menambah kesan autentik.
Hari pertama, luangkan waktu untuk mengunjungi Id Kah Mosque, salah satu masjid terbesar di China yang berdiri di alun-alun pusat kota. Di sekitarnya, jalan-jalan sempit kota tua masih dipenuhi rumah bata kuno, bengkel tukang kayu, hingga toko-toko rempah. Berjalan kaki di sini rasanya seperti masuk ke sebuah buku cerita lama. Sore harinya, jangan lewatkan Sunday Bazaar (meski kini buka hampir setiap hari). Pasar ini dipenuhi kain sutra, karpet, peralatan logam, hingga ternak. Suasananya ramai, penuh warna, dan terkadang agak kacau.
Hari kedua bisa didedikasikan untuk perjalanan menuju Karakul Lake, sekitar 3–4 jam dari Kashgar. Danau ini terletak di kaki Pegunungan Pamir, dengan pemandangan gunung salju yang menjulang di belakangnya. Warna biru tenang danau, berpadu dengan padang rumput luas tempat para penggembala yak dan domba merumput, menciptakan lanskap yang menenangkan sekaligus megah. Banyak traveler memilih membawa bekal untuk piknik sederhana di tepi danau, sambil menikmati udara segar pegunungan.
Malam harinya kembali ke Kashgar, inilah saatnya mencicipi kuliner khas Uighur. Cobalah laghman (mie tebal dengan saus daging sapi atau kambing), da pan ji (ayam tumis dengan kentang dan cabai), atau roti naan hangat yang dipanggang dalam oven tanah liat. Jangan lupa menutup makan malam dengan teh hitam atau yogurt khas lokal. Suasana restoran biasanya meriah, sering kali ditemani musik tradisional dan orang-orang yang menari dengan penuh semangat.
Kashgar adalah puncak dari perjalanan ke barat, sebuah kota yang membuat kita sadar betapa luas dan beragamnya China. Dua hari di sini akan meninggalkan kesan mendalam: bahwa perjalanan bukan hanya soal tempat, tapi juga tentang manusia, budaya, dan cerita yang mereka wariskan.


7. Hari ke 15-16: Chengdu, Kota yang Dipenuhi Panda
Setelah petualangan panjang di barat, kini perjalanan membawa kita kembali ke tengah China, tepatnya ke Chengdu. Kota ini terkenal sebagai rumah bagi panda raksasa, tapi lebih dari itu, Chengdu punya jiwa yang unik: santai, ramah, dan penuh cita rasa kuliner pedas yang legendaris. Begitu tiba, check-in di The Temple House Chengdu, sebuah hotel butik dengan desain modern yang tetap menyisakan nuansa tradisional. Lokasinya strategis, dekat area belanja dan kuliner.
Hari pertama tentu saja harus dimulai dengan kunjungan ke Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding. Melihat panda-panda yang berguling, makan bambu dengan santai, atau anak panda yang bermain-main akan membuat siapa pun tersenyum. Waktu terbaik datang adalah pagi hari, ketika panda sedang paling aktif. Setelah itu, luangkan waktu untuk jalan-jalan ringan di sekitar pusat kota, mungkin mampir ke Wide and Narrow Alleys (Kuanzhai Xiangzi), area klasik penuh kafe, toko suvenir, dan rumah teh tradisional.
Hari kedua di Chengdu sebaiknya lebih santai, mengikuti ritme hidup penduduk lokal. Pergilah ke People’s Park, di mana warga kota berkumpul untuk bernyanyi, bermain catur, atau sekadar duduk minum teh. Tidak ada yang terburu-buru di sini, Chengdu mengajarkan kita untuk melambat dan menikmati momen. Jika ingin pengalaman yang lebih mendalam, cobalah layanan “ear cleaning” khas Sichuan di rumah teh, sesuatu yang mungkin terdengar aneh tapi sebenarnya bagian dari budaya santai lokal.
Untuk makan malam, jangan lewatkan Sichuan hotpot. Restoran seperti Shu DaXia Hotpot atau Haidilao menawarkan pengalaman makan yang bukan hanya soal rasa, tapi juga suasana. Kuah pedas penuh cabai dan lada Sichuan membuat lidah kesemutan, keringat bercucuran, tapi justru bikin ketagihan. Menutup dua hari di Chengdu, Anda akan membawa pulang bukan hanya memori tentang panda, tapi juga filosofi hidup sederhana: pelan-pelan saja, nikmati apa adanya.


8. Hari ke 17-19: Zhangjiajie, Alam yang Terasa Seperti di Film-Film
Dari Chengdu, perjalanan dilanjutkan ke Zhangjiajie, sebuah kota kecil yang namanya mendunia berkat lanskap batu karst yang menjadi inspirasi film Avatar. Begitu sampai, Anda akan merasakan atmosfer yang berbeda: lebih sejuk, lebih alami, dan dikelilingi pegunungan berkabut. Untuk menginap, Pullman Zhangjiajie Hotel bisa jadi pilihan nyaman dengan akses mudah ke taman nasional.
Hari pertama di sini biasanya masih dipakai untuk orientasi. Jalan-jalan sore di sekitar kota kecil Zhangjiajie cukup menyenangkan, dimana pasar malamnya ramai dengan jajanan lokal seperti sate daging panggang dan ubi manis rebus. Malam ini bisa dijadikan pemanasan sebelum petualangan besar esok hari.
Hari kedua adalah momen puncak: menjelajahi Zhangjiajie National Forest Park. Tebing-tebing batu menjulang tinggi dengan pepohonan di puncaknya tampak seperti pilar raksasa yang mencakar langit. Salah satu spot terkenal adalah Avatar Hallelujah Mountain, yang memang menyerupai dunia Pandora. Jangan lupa juga menyeberangi Golden Whip Stream, jalur trekking yang teduh dengan sungai jernih di sampingnya. Suasana hutan di sini begitu damai sehingga Anda mungkin lupa sedang berada di salah satu taman paling ramai dikunjungi di dunia.
Hari ketiga, saat tenaga sudah siap lagi, waktunya menaklukkan Tianmen Mountain. Perjalanan naik cable car menuju puncak gunung adalah pengalaman tersendiri, konon salah satu jalur terpanjang dan paling indah di dunia. Setibanya di atas, cobalah berjalan di Glass Skywalk, jalur kaca yang menempel di tebing curam. Sensasinya cukup menegangkan, tapi pemandangan pegunungan yang terbentang membuat rasa takut perlahan tergantikan dengan rasa kagum. Sebelum turun, sempatkan singgah di Tianmen Cave, lengkungan alami raksasa yang dijuluki “Pintu Surga”.
Tiga hari di Zhangjiajie akan membuat Anda merasa seperti keluar dari dunia nyata, masuk ke sebuah negeri dongeng yang penuh tebing melayang dan kabut mistis. Inilah salah satu highlight perjalanan di China yang tak akan mudah dilupakan.


9. Hari ke 20-21: Shanghai, Pusat Budaya Modern di China
Setelah rangkaian panjang perjalanan yang penuh sejarah, budaya, dan alam liar, kini tibalah waktunya menutup petualangan di kota paling kosmopolitan di China: Shanghai. Begitu tiba, Anda akan langsung merasakan kontras; dari tenangnya Zhangjiajie ke hiruk pikuk metropolis dengan gedung-gedung pencakar langit. Untuk akomodasi, Waldorf Astoria Shanghai on the Bund menghadirkan perpaduan elegan antara sejarah kolonial dan kemewahan modern, dengan lokasi yang tak tertandingi.
Hari pertama di Shanghai sebaiknya Anda manfaatkan untuk menyerap pesonanya dari tepian The Bund. Di satu sisi, gedung-gedung kolonial bergaya Eropa berdiri megah; di sisi lain, Pudong menampilkan siluet futuristik dengan menara kaca menjulang. Sore hari, naiklah ke Shanghai Tower, gedung tertinggi di China dan kedua tertinggi di dunia. Dari observatorium, Anda akan melihat bagaimana kota ini berdenyut 24 jam tanpa henti. Malamnya, nikmati makan malam di restoran rooftop seperti Char Bar & Grill, sambil menatap lampu kota yang berkilau.
Hari kedua adalah kesempatan untuk merasakan sisi tradisional Shanghai. Kunjungi Yu Garden, taman klasik bergaya Dinasti Ming dengan kolam koi, jembatan zigzag, dan paviliun indah. Jangan lupa mampir ke bazar di sekitarnya untuk mencoba jajanan khas seperti xiaolongbao (dumpling berisi kuah daging) yang terkenal di kota ini. Setelah itu, arahkan langkah ke Shanghai Museum East, tempat Anda bisa memahami sejarah seni dan budaya China melalui koleksi kaligrafi, keramik, dan perunggu kuno.
Sebelum berangkat ke bandara, sempatkan makan siang santai di Din Tai Fung, restoran populer dengan hidangan dim sum yang konsisten enak dan ramah turis. Sambil menyeruput teh hangat, Anda bisa mengulang kembali kilasan 21 hari perjalanan: dari dinding kota Xi’an hingga gurun Dunhuang, dari panda di Chengdu hingga tebing fantastis Zhangjiajie. Shanghai menjadi penutup sempurna: sebuah kota yang menegaskan bagaimana China bergerak maju, tanpa melupakan akarnya.
Dengan itu, berakhirlah petualangan tiga minggu yang membawa Anda melintasi sejarah ribuan tahun, alam luar biasa, dan keragaman budaya yang menakjubkan. Dan mungkin, saat pesawat tinggal landas dari Pudong, Anda akan sadar: 21 hari rasanya hanya pembuka dari perjalanan panjang untuk mengenal China yang sesungguhnya.


Penutup: Berlibur ke China Bukan Hanya Sekedar Liburan Biasa
Dua puluh satu hari mungkin terdengar panjang, tetapi ketika dipakai untuk menjelajahi China, rasanya justru singkat. Dari gemerlap Beijing hingga ketenangan Danau Karakul, dari aroma rempah di pasar Kashgar hingga gigitan pedas hotpot di Chengdu, setiap kota memberi cerita berbeda yang membentuk mozaik pengalaman tak terlupakan. Perjalanan ini bukan hanya tentang melihat tempat wisata terkenal, tapi juga tentang menyelami kehidupan sehari-hari, berbincang dengan penduduk lokal, mencicipi makanan khas, hingga merasakan denyut ritme yang berbeda di tiap daerah.
China adalah negeri kontras; modern sekaligus tradisional, ramai namun juga penuh ruang hening, besar dalam skala tapi detail dalam nuansa. Itinerary ini dirancang agar Anda bisa merasakan harmoni itu: sejarah yang agung, lanskap yang menakjubkan, dan budaya yang terus hidup di tengah arus modernisasi.
Dan ketika akhirnya Anda berdiri di tepi The Bund, menatap langit Shanghai yang dihiasi gedung-gedung futuristik, mungkin Anda akan tersenyum sambil mengingat kembali saat-saat mendaki Great Wall, bersepeda di Xi’an, atau berjalan di padang pasir Dunhuang. Semua potongan itu menyatu, memberi pemahaman baru bahwa sebuah perjalanan sejati tidak berhenti di tiket pesawat pulang, melainkan terus hidup dalam ingatan, percakapan, dan mungkin, dorongan untuk kembali lagi suatu hari nanti.
Nah! Setelah melihat itinerary di atas, apakah Anda sudah siap untuk mengunjungi Negeri Tirai Bambu ini? Tourchina.co.id punya pilihan paket terbaik untuk Anda yang ingin mengunjungi China yang telah kami siapkan dengan baik, mulai dari rencana perjalanan hingga akomodasi Anda selama berliburan ke sana. Tertarik untuk memakai jasa kami? Anda dapat mengunjungi link berikut untuk mendapatkan paket-paket unggulan dari kami!
Paket Open Trip Tour China 8D New Super Sale Bejing and Shanghai (Start Jakarta) 2025
Paket Open Trip Tour China 8D Wonderful China Zhangjiajie and Fenghuang Plus Shanghai 2025
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
