Rekomendasi Itinerary 2 Minggu di China: Beijing–Xi'an–Lhasa–Shanghai
Hanifam
9/19/20257 min read


Panduan Berwisata ke China Selama Musim Semi
Liburan musim semi ke Tiongkok selalu punya daya tarik khusus. Suhu mulai hangat setelah musim dingin panjang, taman kota dipenuhi bunga mekar, dan suasana jalanan terasa lebih hidup. Ini waktu yang pas untuk menjelajah karena cuaca nyaman untuk berjalan kaki, langit sering cerah, dan banyak spot ikonik terlihat lebih cantik dengan latar hijau segar.
Kalau punya waktu sekitar dua minggu, kombinasi Beijing, Xi’an, Lhasa, dan Shanghai bisa jadi pilihan sempurna. Keempat kota ini berbeda karakter: Beijing megah dengan sejarah kekaisarannya, Xi’an penuh misteri lewat Terracotta Army, Lhasa memberi pengalaman spiritual di atap dunia, sementara Shanghai memadukan taman klasik dan skyline modern yang berkilau di malam hari. Perpaduan ini bikin perjalanan terasa seimbang antara budaya, alam, dan gaya hidup kota.
Perjalanan 13 hari ini juga cukup fleksibel. Ada waktu untuk mengunjungi ikon besar seperti Tembok Besar, Potala Palace, dan The Bund, tapi tetap ada ruang untuk pengalaman kecil yang lebih personal: mencicipi dumpling panas di pasar malam, berjalan santai di gang-gang bersejarah, atau sekadar duduk di kafe sambil mengamati kehidupan lokal. Itinerary ini bukan sekadar daftar tempat, tapi semacam alur cerita yang membuat tiap kota terasa punya babnya sendiri.
Musim semi di Tiongkok juga memberi keuntungan ekstra: jumlah turis belum seramai musim panas, harga tiket pesawat dan hotel cenderung lebih ramah, dan suasananya lebih rileks. Jadi kalau kamu memang mencari waktu yang pas untuk trip panjang pertama ke Tiongkok, musim semi adalah salah satu taruhan terbaik.
1. Hari ke 1-3: Menyusuri Pesona Beijing
Hari-hari pertama perjalanan dimulai di Beijing, kota yang sejak lama menjadi pusat sejarah sekaligus politik Tiongkok. Setibanya di sana, sebaiknya gunakan hari pertama untuk menyesuaikan diri dengan suasana kota. Sore bisa diisi dengan berjalan santai di kawasan Wangfujing Street, sebuah jalan yang ramai dengan toko dan kuliner lokal. Di sana Anda bisa mencicipi dumpling panas atau sekadar melihat-lihat deretan kios makanan unik yang membuat kawasan ini selalu hidup. Untuk tempat beristirahat, pilihan seperti Novotel Beijing Peace atau Park Plaza Wangfujing cukup nyaman dan lokasinya strategis untuk menjelajah pusat kota.
Hari kedua adalah waktu terbaik untuk menyelami sejarah Beijing. Forbidden City tentu menjadi tujuan utama, kompleks istana kekaisaran yang begitu luas dan penuh detail menarik. Berkunjung pada musim semi memberi suasana berbeda karena pepohonan di dalam area mulai menghijau, membuat latar bangunan megah terasa lebih hidup. Setelah puas menjelajah, Anda bisa berjalan ke Jingshan Park yang terletak tepat di belakang istana. Dari bukit kecil di taman ini, panorama atap-atap kuno Forbidden City terlihat jelas. Menutup sore, Temple of Heaven bisa menjadi pilihan terakhir, sebuah kompleks tempat kaisar pada masa lalu melakukan ritual untuk memohon hasil panen.
Hari ketiga sebaiknya Anda sisihkan untuk menjelajahi Tembok Besar, salah satu ikon dunia yang rasanya wajib dilihat sekali seumur hidup. Bagian Mutianyu sering direkomendasikan karena lebih tenang dibanding Badaling dan jalur pendakiannya relatif ramah. Suasana musim semi membuat udara sejuk, cahaya matahari tidak terlalu terik, dan pemandangan pegunungan sekitar terlihat lebih jernih. Setelah lelah berjalan di atas tembok, Anda bisa mampir ke salah satu restoran desa di sekitar Mutianyu yang menyajikan hidangan sederhana seperti ayam panggang atau sayur tumis, pengalaman kuliner sederhana namun pas untuk melengkapi hari.


2. Hari ke 4-6: Kota Penuh Sejarah, Xi'an
Setelah puas dengan nuansa kekaisaran di Beijing, perjalanan berlanjut ke Xi’an, salah satu kota tertua di Tiongkok dan titik awal Jalur Sutra yang legendaris. Perjalanan dari Beijing bisa ditempuh dengan kereta cepat sekitar lima jam atau dengan penerbangan singkat sekitar dua jam. Setibanya di Xi’an, Anda bisa memanfaatkan sore untuk berjalan-jalan santai di sekitar City Wall. Tembok kota kuno yang masih berdiri kokoh ini mengelilingi pusat kota lama, dan pengalaman bersepeda di atasnya memberikan perspektif unik melihat Xi’an dari ketinggian. Untuk tempat beristirahat, Sofitel Legend People’s Grand Hotel Xi’an menawarkan pengalaman klasik yang elegan, sementara Citadines Central Xi’an lebih praktis dan ramah anggaran.
Hari berikutnya, fokus perjalanan tentu saja adalah Terracotta Army. Museum besar ini menampilkan ribuan patung prajurit tanah liat yang dibuat lebih dari dua ribu tahun lalu untuk menjaga makam Kaisar Qin Shi Huang. Rasanya sulit untuk tidak terpesona melihat barisan patung dengan detail wajah yang berbeda satu sama lain. Kini, banyak tur yang juga menawarkan pengalaman membuat replika mini warrior di workshop lokal, sehingga Anda tidak hanya melihat sejarah, tetapi juga ikut merasakan proses kreatif yang menghubungkan dengan masa lalu.
Pada hari terakhir di Xi’an, sempatkan diri untuk mengunjungi Muslim Quarter, kawasan yang terkenal dengan kuliner jalanannya. Suasana malam di sini penuh dengan cahaya lampion dan aroma makanan yang menggoda. Anda bisa mencoba roujiamo, roti lapis khas Xi’an yang diisi dengan daging cincang, atau mie biangbiang yang tebal dengan bumbu pedas gurih. Jalan-jalan di Muslim Quarter bukan hanya soal kuliner, tetapi juga pengalaman budaya karena kawasan ini mencerminkan keberagaman yang sudah lama ada di kota Xi’an.


3. Hari ke 7-10: Pusat Budaya Tibet, Lhasa
Dari Xi’an, perjalanan berlanjut ke Lhasa, ibu kota Tibet yang sering disebut sebagai “atap dunia.” Karena letaknya berada di ketinggian lebih dari 3.500 meter, perjalanan ke Lhasa selalu terasa istimewa. Setibanya di sana, hari pertama sebaiknya Anda gunakan untuk menyesuaikan diri dengan udara tipis dan suasana kota. Jalan santai di Barkhor Street bisa menjadi pilihan ringan. Kawasan ini adalah pusat kehidupan lokal, dipenuhi toko-toko kecil, pedagang jalanan, dan peziarah yang berjalan mengelilingi kuil dengan doa-doa mereka. Untuk tempat menginap, Shangri-La Lhasa menjadi pilihan populer karena kenyamanannya, bahkan menyediakan fasilitas oksigen bagi tamu, sementara House of Shambhala menawarkan pengalaman lebih tradisional dengan nuansa Tibet yang kental.
Hari berikutnya, saat tubuh mulai beradaptasi, Anda bisa mengunjungi Potala Palace, ikon megah yang berdiri di atas bukit di tengah kota. Dari kejauhan, bangunan putih dan merah ini terlihat begitu menonjol, dan mendaki tangga menuju pintu utamanya memberi sensasi tersendiri. Dari atas, pemandangan kota Lhasa dan pegunungan sekitarnya begitu memukau, apalagi saat langit musim semi cerah. Tidak hanya indah, Potala Palace juga kaya makna sejarah karena dulu menjadi kediaman Dalai Lama.
Perjalanan kemudian membawa Anda keluar kota menuju Yamdrok Lake, salah satu dari tiga danau suci Tibet. Perjalanan darat menuju danau ini saja sudah menawarkan panorama menakjubkan: pegunungan bersalju, padang rumput, dan desa-desa kecil di sepanjang jalan. Saat tiba, air danau berwarna biru kehijauan dengan latar gunung yang tinggi memberikan suasana damai yang sulit dilupakan. Musim semi biasanya membuat jalannya lebih mudah dilalui, meski angin di tepian danau tetap terasa dingin.
Di hari terakhir di Lhasa, suasana lebih tenang dengan kunjungan ke Sera Monastery. Biara ini terkenal dengan tradisi debat para biksu, yang dilakukan di halaman dengan gerakan dan ekspresi penuh energi. Menyaksikan mereka berdiskusi filsafat sambil bertepuk tangan keras adalah pengalaman yang unik dan berbeda dari kunjungan biara pada umumnya. Sore hari bisa Anda habiskan di kafe lokal yang hangat, mencoba teh mentega yak atau momo, dumpling khas Tibet yang biasanya diisi sayuran atau daging.


4. Hari ke 11-13: Titik Kumpul Budaya Modern, Shanghai
Dari Lhasa, perjalanan dilanjutkan ke Shanghai, kota modern yang menjadi pusat finansial Tiongkok sekaligus rumah bagi kawasan klasik yang masih terjaga. Begitu tiba, suasana langsung terasa berbeda: gedung pencakar langit menjulang di Pudong, lampu neon menyala sejak sore, dan ritme kota jauh lebih cepat dibandingkan tiga kota sebelumnya. Pada malam pertama, tidak ada yang lebih pas selain berjalan di sepanjang The Bund. Dari tepian sungai, Anda bisa menyaksikan pemandangan skyline Shanghai yang ikonik dengan Oriental Pearl Tower dan deretan gedung futuristik yang bercahaya. Untuk menginap, Waldorf Astoria Shanghai on the Bund menawarkan pengalaman mewah tepat di tepi sungai, sementara Campanile Shanghai Bund Hotel memberikan kenyamanan dengan harga lebih ramah.
Hari berikutnya bisa Anda mulai dengan kunjungan ke Yu Garden, taman klasik yang sudah berdiri sejak abad ke-16. Musim semi memberi sentuhan indah karena pepohonan dan bunga mulai bermekaran, membuat suasana taman semakin hidup. Arsitektur khas Tiongkok dengan jembatan batu, kolam koi, dan paviliun berornamen rumit menghadirkan ketenangan di tengah hiruk pikuk kota modern. Tepat di luar taman, terdapat Yuyuan Bazaar, kawasan ramai yang cocok untuk mencari suvenir dan mencicipi xiaolongbao, dumpling isi kuah yang merupakan salah satu kuliner paling terkenal dari Shanghai.
Hari terakhir bisa Anda habiskan di French Concession, sebuah kawasan dengan jalan teduh yang dipenuhi pohon rindang, kafe bergaya Eropa, dan butik kecil yang unik. Tempat ini sering menjadi favorit untuk berjalan santai atau duduk menikmati kopi sambil memperhatikan kehidupan sehari-hari penduduk lokal. Suasana yang lebih tenang dan intim menjadikannya penutup perjalanan yang manis, seakan memberi jeda setelah serangkaian pengalaman besar di kota-kota sebelumnya. Dari sini, Anda bisa kembali ke hotel untuk bersiap pulang, membawa pulang cerita panjang yang dimulai dari sejarah kekaisaran di Beijing, petualangan arkeologi di Xi’an, kedamaian spiritual di Lhasa, hingga modernitas yang gemerlap di Shanghai.


Penutup: Pesona Beijing Selama Musim Semi
Perjalanan 13 hari melintasi Beijing, Xi’an, Lhasa, dan Shanghai bukan hanya soal melihat tempat-tempat ikonik, tetapi juga merasakan perbedaan karakter di setiap kota. Dari istana megah dan tembok bersejarah di Beijing, lalu kisah masa lalu yang hidup di Xi’an, hingga ketenangan spiritual Tibet di Lhasa, dan akhirnya modernitas Shanghai yang berpadu dengan taman klasik, semuanya seperti potongan cerita yang membentuk gambaran besar tentang Tiongkok.
Musim semi menjadikan perjalanan ini semakin istimewa. Cuaca yang bersahabat membuat eksplorasi lebih nyaman, bunga yang bermekaran memberi warna pada setiap destinasi, dan suasana kota-kota besar terasa lebih hidup tanpa keramaian berlebihan. Di sela-sela kunjungan ke ikon wisata, selalu ada momen kecil yang bisa dinikmati, secangkir teh hangat di kafe lokal, sepotong dumpling dari jalanan sibuk, atau sekadar duduk di taman sambil mengamati kehidupan sehari-hari.
Bagi Anda yang ingin mengenal Tiongkok lebih dari sekadar satu kota, itinerary ini bisa menjadi inspirasi awal. Tidak perlu terburu-buru, biarkan setiap destinasi memberi kesannya masing-masing. Pada akhirnya, perjalanan ini bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat terkenal, tetapi juga tentang menemukan ritme yang pas antara sejarah, budaya, alam, dan kehidupan modern yang membentuk wajah Tiongkok hari ini.
Nah! Setelah melihat itinerary di atas, apakah Anda sudah siap untuk mengunjungi Negeri Tirai Bambu ini? Tourchina.co.id punya pilihan paket terbaik untuk Anda yang ingin mengunjungi China yang telah kami siapkan dengan baik, mulai dari rencana perjalanan hingga akomodasi Anda selama berliburan ke sana. Tertarik untuk memakai jasa kami? Anda dapat mengunjungi link berikut untuk mendapatkan paket-paket unggulan dari kami!
Paket Open Trip Tour China 8D New Super Sale Bejing and Shanghai (Start Jakarta) 2025
Paket Open Trip Tour China 8D Wonderful China Zhangjiajie and Fenghuang Plus Shanghai 2025
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
Baca juga: Rekomendasi Itinerary China: 18 Hari Perjalanan Mengunjungi Tempat-Tempat Populer di China
