12 Rekomendasi Destinasi Wisata Terpopuler di Xi'an, China
Hanifam
9/23/202513 min read


Xi’an, Kota Tua dengan Pesona yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu
Ada sesuatu yang istimewa dari Xi’an, sebuah kota di barat laut Tiongkok yang namanya mungkin langsung mengingatkan orang pada Tentara Terakota. Namun, pesona Xi’an jauh lebih luas dari sekadar ikon wisata itu. Kota ini pernah menjadi ibu kota bagi 13 dinasti, termasuk Qin dan Tang, dua periode yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Tiongkok. Dari tembok kota yang masih berdiri megah hingga jalan-jalan sempit yang dipenuhi aroma makanan khas, Xi’an adalah tempat di mana masa lalu dan masa kini berjalan berdampingan.
Bagi para pencinta sejarah, Xi’an ibarat sebuah museum hidup. Hampir di setiap sudut kota, ada cerita yang terukir, entah itu pada batu prasasti, pagoda kuno, atau istana megah yang kini menjadi taman publik. Namun jangan salah, kota ini juga sangat dinamis. Malam hari, kawasan Muslim Quarter dipenuhi cahaya lampu dan hiruk pikuk pedagang kaki lima, sementara siang hari, pengunjung bisa menyewa sepeda untuk mengitari tembok kota dengan santai. Ada keseimbangan yang unik antara keanggunan kuno dan energi modern.
Mengunjungi Xi’an bukan hanya soal melihat situs bersejarah, tetapi juga tentang merasakan atmosfer yang sudah bertahan ribuan tahun. Kota ini memberi kesempatan untuk memahami bagaimana Tiongkok kuno tumbuh, berkembang, dan membentuk identitasnya. Dan di sisi lain, Xi’an juga menyajikan pengalaman yang sangat manusiawi: berjalan kaki di jalanan berbatu, mencicipi mie tangan yang kenyal, atau duduk diam di halaman kuil sambil menghirup udara pagi. Semua itu membuat Xi’an lebih dari sekadar destinasi, tapi sebuah perjalanan kembali ke akar peradaban.
1. The Terracotta Army
Kalau ada satu alasan utama orang dari seluruh dunia rela terbang jauh ke Xi’an, jawabannya hampir pasti adalah The Terracotta Army atau Tentara Terakota. Situs arkeologi ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1974 oleh petani lokal yang sedang menggali sumur. Tak ada yang menyangka, di bawah tanah yang mereka pijak ternyata tersimpan ribuan patung prajurit, kuda, dan kereta perang yang dibuat lebih dari dua ribu tahun lalu. Semua ini merupakan bagian dari makam Kaisar Qin Shi Huang, penguasa pertama yang berhasil menyatukan Tiongkok.
Begitu melangkah masuk ke dalam area pit atau ruang penggalian, rasanya seperti kembali ke masa lalu. Barisan prajurit berdiri rapi, masing-masing dengan ekspresi wajah berbeda, detail baju besi, hingga senjata yang mereka genggam. Tidak ada dua patung yang benar-benar sama, seolah para pematung sengaja menciptakan keberagaman untuk menunjukkan keragaman pasukan asli saat itu. Ada yang wajahnya tegas dan serius, ada pula yang tenang dan penuh wibawa. Pemandangan ini membuat kita terkesima sekaligus merinding, membayangkan betapa besar ambisi sang kaisar untuk tetap dilindungi bahkan setelah kematiannya.
Baca juga: Rekomendasi Itinerary ke China: 11 Hari Perjalanan Menjelajah Kota Populer di China
Lebih menarik lagi, kompleks ini bukan hanya sekadar ruang pameran. Di balik patung-patung yang sudah terekspos, para arkeolog masih bekerja menggali sisa-sisa yang belum diungkap. Artinya, apa yang kita lihat sekarang baru sebagian dari keseluruhan cerita. Pengalaman berkunjung ke sini bukan hanya soal mengagumi karya seni kolosal, tapi juga menyadarkan kita tentang betapa luasnya sejarah yang belum sepenuhnya terkuak. Tidak heran kalau Tentara Terakota masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO dan disebut sebagai “Keajaiban Dunia ke-8.”


2. Tembok Kota Xi'an
Tidak banyak kota di dunia yang masih memiliki tembok kuno utuh seperti Xi’an. Tembok Kota Xi’an dibangun pertama kali pada masa Dinasti Ming, sekitar abad ke-14, dan hingga kini tetap berdiri megah mengelilingi pusat kota tua. Panjangnya hampir 14 kilometer, dengan ketinggian rata-rata 12 meter dan lebar 15–18 meter. Kalau berdiri di atasnya, kita bisa langsung merasakan bagaimana dulu tembok ini bukan hanya simbol kekuasaan, tetapi juga benteng pertahanan yang melindungi warga dari serangan luar.
Salah satu cara terbaik menikmati tembok ini adalah dengan bersepeda. Banyak penyewaan sepeda di gerbang utama, dan rasanya menyenangkan berkeliling sambil menikmati pemandangan kota dari ketinggian. Di satu sisi terlihat gedung-gedung modern Xi’an, sementara di sisi lain ada atap-atap rumah tua dan jalanan sempit yang membawa kita membayangkan suasana masa lalu. Kalau tidak ingin capek, berjalan kaki pun cukup memberi pengalaman yang intim, karena kita bisa berhenti di menara pengawas atau sudut-sudut tertentu untuk berfoto.
Suasana di sini juga berbeda tergantung waktu kunjungan. Pagi hari terasa segar dan tenang, cocok untuk menikmati suasana damai kota yang baru saja bangun. Sementara sore menjelang malam, lampu-lampu mulai menyala di sekitar tembok, menciptakan siluet indah yang romantis. Ada juga festival atau acara budaya tertentu yang sering digelar di dekatnya, menjadikan Tembok Kota Xi’an bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga ruang publik yang hidup kembali bersama masyarakat modern.


3. Big Wild Goose Pagoda
Di antara bangunan ikonik Xi’an, Pagoda Angsa Liar Besar atau Big Wild Goose Pagoda menempati tempat yang istimewa. Dibangun pada abad ke-7, pada masa Dinasti Tang, pagoda ini awalnya berfungsi untuk menyimpan sutra, kitab suci, dan relik Buddha yang dibawa oleh biksu Xuanzang dari India. Nama Xuanzang mungkin terdengar familiar bagi sebagian orang, karena kisah perjalanannya menginspirasi cerita klasik Journey to the West. Jadi, berdiri di depan pagoda setinggi 64 meter ini seperti berada langsung di persimpangan antara legenda dan sejarah nyata.
Arsitektur pagoda terlihat sederhana namun anggun, dengan tujuh tingkat yang menjulang ke langit. Saat menaiki tangga ke atas, setiap lantai menawarkan pemandangan berbeda, hingga akhirnya kita bisa menikmati panorama kota dari puncak. Bagi sebagian orang, perjalanan naik ini juga terasa simbolis, seolah-olah sedang menapaki jalan spiritual menuju pencerahan. Di sekeliling pagoda terdapat kompleks kuil dengan taman yang rapi, pepohonan rindang, serta patung Xuanzang yang berdiri megah sebagai penghormatan atas dedikasinya.
Kunjungan ke Big Wild Goose Pagoda juga semakin menarik pada malam hari. Area ini sering menjadi lokasi pertunjukan musik dan tarian dengan latar air mancur yang menari mengikuti irama, sebuah pengalaman modern yang berpadu dengan latar kuno. Banyak wisatawan datang kembali ke sini setelah matahari terbenam hanya untuk melihat suasana berbeda. Tempat ini bukan sekadar bangunan keagamaan, tetapi sebuah ruang budaya yang terus hidup, menghadirkan Xi’an sebagai kota yang tidak hanya merawat sejarahnya, tapi juga merayakannya dengan cara baru.


4. Muslim Quarter
Kalau ingin merasakan Xi’an yang penuh warna dan hiruk pikuk, Muslim Quarter adalah tempat yang tidak boleh dilewatkan. Kawasan ini sudah menjadi pusat komunitas Muslim selama berabad-abad, sejak Xi’an menjadi titik awal Jalur Sutra yang menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tengah dan Timur Tengah. Begitu memasuki jalan utamanya, kita langsung disambut aroma rempah, suara pedagang yang menawarkan makanan, serta cahaya lampu yang memantul dari gerobak dan kios-kios kecil. Ini adalah Xi’an dalam versi paling hidup, sebuah pasar malam yang tidak pernah kehilangan energinya.
Makanan jelas menjadi daya tarik utama di sini. Mulai dari roti panggang, sate domba berbumbu kuat, mie tangan (biang biang mian), hingga sup daging yang disajikan dengan potongan roti pipih yang direndam dalam kaldu hangat. Setiap gigitan terasa seperti menyimpan cerita perjalanan panjang Jalur Sutra. Meski ramai dan sesak, suasana ini justru menjadi bagian dari pesona. Duduk di bangku kayu sederhana sambil menyantap hidangan panas di malam yang sejuk bisa menjadi pengalaman yang membekas lama.
Di tengah hiruk pikuk pasar ini, berdirilah Masjid Agung Xi’an, salah satu masjid tertua dan terbesar di Tiongkok. Uniknya, arsitektur masjid ini berbeda dari kebanyakan masjid di dunia. Bangunannya lebih menyerupai kuil tradisional Tiongkok, dengan atap melengkung, ukiran kayu, dan halaman dalam yang tenang. Hanya ketika masuk ke bagian dalam barulah terasa nuansa Islam yang kental. Kontras ini menjadikannya simbol harmoni antara dua budaya besar yang bertemu di Xi’an. Bagi banyak orang, berjalan dari jalanan ramai ke halaman masjid yang sunyi adalah pengalaman transisi yang indah.


5. Beilin Museum
Beilin Museum, atau yang lebih dikenal sebagai Forest of Stone Steles, adalah surga bagi pencinta sejarah dan kaligrafi. Bayangkan sebuah museum di mana “buku-bukunya” bukan terbuat dari kertas, melainkan lempengan batu besar yang diukir dengan teks kuno. Koleksinya berjumlah ribuan, sebagian besar berasal dari Dinasti Han hingga Qing, menjadikannya salah satu arsip tertulis paling lengkap di Tiongkok. Di sini, kita tidak hanya membaca sejarah, tetapi benar-benar melihatnya terukir secara fisik di atas batu yang telah bertahan selama berabad-abad.
Ruang utama museum penuh dengan stele atau prasasti batu berukuran raksasa. Tulisan di atasnya mencakup hukum, filsafat, puisi, hingga catatan sejarah penting. Kaligrafi yang diukir bukan hanya sarana komunikasi, tetapi juga karya seni. Setiap guratan goresan kuas yang dipahat ke dalam batu menunjukkan gaya dan keindahan berbeda sesuai periode dinasti. Bagi orang yang tertarik pada perkembangan tulisan Tionghoa, berjalan di sini terasa seperti menyusuri galeri seni sekaligus perpustakaan terbuka.
Selain stele, museum ini juga menyimpan ukiran batu dan patung yang menggambarkan kebudayaan dari berbagai era. Ada pula ruang yang didedikasikan untuk karya Konfusius, yang memperlihatkan betapa besar pengaruh ajarannya dalam kehidupan masyarakat Tiongkok kuno. Meski suasananya cenderung tenang dan serius, pengalaman mengunjungi Beilin Museum justru memberi perspektif baru: bahwa ilmu pengetahuan, sastra, dan seni bisa diwariskan tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga melalui batu yang abadi. Tidak berlebihan jika tempat ini disebut “perpustakaan batu” terbesar di dunia.


6. Bell Tower & Drum Tower
Di jantung kota Xi’an berdiri dua bangunan ikonik yang seolah menjadi penanda kehidupan kota: Bell Tower dan Drum Tower. Keduanya dibangun pada masa Dinasti Ming, sekitar abad ke-14, dan awalnya berfungsi sebagai penanda waktu. Lonceng dibunyikan setiap pagi untuk menandai dimulainya aktivitas, sementara genderang dipukul saat malam tiba. Walau kini teknologi modern sudah menggantikan peran praktis mereka, kedua menara ini tetap berdiri megah, menjadi simbol Xi’an yang klasik sekaligus penuh daya tarik.
Bell Tower berada tepat di pusat simpang jalan utama kota, sehingga hampir mustahil melewatkannya. Dari luar, bangunannya menjulang dengan atap berlapis hijau dan hiasan kayu yang detail. Begitu naik ke lantai atas, kita bisa melihat pemandangan kota ke segala arah. Drum Tower terletak tidak jauh dari situ, hanya sekitar beberapa menit berjalan kaki. Seperti namanya, menara ini menyimpan deretan drum besar, beberapa di antaranya masih dipakai dalam pertunjukan budaya yang rutin digelar untuk wisatawan.
Baca juga: Rekomendasi Itinerary 2 Minggu di China: Beijing–Xi'an–Lhasa–Shanghai
Kedua menara ini paling indah dikunjungi pada malam hari. Saat cahaya lampu sorot menyoroti struktur kayu dan gentengnya, siluetnya tampak kontras dengan langit malam. Ditambah lagi dengan suasana sekitar yang ramai oleh toko, restoran, dan kerumunan orang, Bell Tower dan Drum Tower benar-benar memberi kesan Xi’an sebagai kota yang hidup siang dan malam. Bagi banyak pelancong, duduk di kafe sekitar menara sambil menikmati pemandangan ikonik ini adalah cara sederhana namun berkesan untuk merasakan denyut nadi kota.


7. Huaqing Palace
Sekitar 30 menit berkendara dari pusat kota Xi’an, berdirilah Huaqing Palace, sebuah kompleks istana yang dahulu menjadi tempat peristirahatan para kaisar. Lokasinya berada di kaki Gunung Lishan, lengkap dengan pemandian air panas alami yang dipercaya sudah dimanfaatkan sejak ribuan tahun lalu. Tempat ini terkenal bukan hanya karena keindahan alam dan arsitekturnya, tapi juga karena kisah cinta legendaris antara Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang dengan selirnya, Yang Guifei. Kisah mereka yang penuh romantisme dan tragedi membuat Huaqing Palace terasa seperti panggung sejarah hidup.
Begitu masuk, pengunjung disambut oleh taman luas dengan kolam, paviliun, serta jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang. Ada juga kolam pemandian yang konon digunakan langsung oleh Yang Guifei. Melihatnya membuat kita seakan bisa membayangkan suasana zaman dulu, ketika sang selir mandi dengan air panas alami sementara musik dan tarian dipersembahkan untuk menghiburnya. Keindahan tempat ini memang berpadu erat dengan narasi cinta yang dikenang sepanjang sejarah.
Selain pemandangan taman dan bangunan, Huaqing Palace juga menawarkan pertunjukan budaya berskala besar, salah satunya drama musikal “Song of Everlasting Sorrow.” Pertunjukan ini diadakan pada malam hari di ruang terbuka, dengan latar pegunungan dan air sebagai panggung alami. Cahaya, musik, dan tarian menceritakan ulang kisah cinta Xuanzong dan Yang Guifei dengan cara yang megah sekaligus menyentuh. Inilah yang membuat Huaqing Palace bukan sekadar situs bersejarah, tapi juga pengalaman budaya yang memikat semua indera.


8. Gunung Huashan
Bagi pecinta alam dan petualangan, Gunung Huashan adalah destinasi yang wajib masuk daftar saat berada di Xi’an. Gunung ini termasuk salah satu dari lima gunung suci dalam tradisi Taoisme dan terkenal karena jalur pendakiannya yang curam sekaligus menantang. Dari kejauhan saja, bentuknya sudah tampak dramatis, dengan lima puncak yang menjulang tajam seolah menusuk langit. Setiap puncak memiliki julukan dan daya tarik sendiri, namun semuanya menjanjikan panorama luar biasa yang membuat lelah perjalanan terbayar lunas.
Pengalaman mendaki Huashan bisa sangat beragam, mulai dari jalur biasa hingga yang lebih ekstrem. Salah satu bagian paling terkenal adalah “Plank Walk in the Sky,” jalur kayu sempit yang menempel di tebing curam. Dengan hanya sabuk pengaman sederhana, wisatawan berjalan menyusuri papan kayu dengan jurang ratusan meter di bawahnya. Meski menegangkan, banyak orang menganggap ini sebagai pengalaman sekali seumur hidup. Bagi yang ingin menikmati pemandangan tanpa mendaki terlalu berat, tersedia juga kereta gantung yang membawa pengunjung langsung ke area dekat puncak.
Selain tantangan fisiknya, Huashan juga sarat nilai spiritual. Selama berabad-abad, gunung ini menjadi tempat meditasi bagi para biksu Tao. Di jalurnya terdapat kuil-kuil kecil, patung, dan prasasti yang mengingatkan kita bahwa gunung ini lebih dari sekadar objek wisata alam, tapi juga ruang perenungan. Saat matahari terbit atau terbenam dari puncaknya, suasana terasa magis, membuat siapa pun yang berdiri di sana merasa kecil sekaligus terhubung dengan sesuatu yang lebih besar. Huashan bukan hanya tentang ketinggian, tapi juga tentang perjalanan batin yang menyertainya.


9. Xingqinggong Park
Di tengah hiruk pikuk Xi’an modern, Xingqinggong Park hadir sebagai ruang hijau luas yang menyimpan jejak kejayaan Dinasti Tang. Dahulu, kawasan ini adalah lokasi Istana Xingqing, salah satu kediaman mewah kaisar. Kini, sebagian besar bangunannya memang sudah hilang ditelan waktu, namun sisa-sisanya dipadukan dengan taman, danau, serta paviliun yang membuat tempat ini menjadi salah satu ruang publik favorit warga lokal.
Begitu masuk ke dalam taman, suasana langsung berubah tenang. Jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang membawa pengunjung menuju danau besar di tengah area, tempat perahu bisa disewa untuk berkeliling santai. Di sekitarnya berdiri paviliun-paviliun klasik dengan arsitektur khas Tiongkok, menjadi tempat orang duduk, bercengkerama, atau sekadar menikmati udara sore. Ada juga patung-patung dan monumen yang menceritakan kisah kejayaan Dinasti Tang, memberi kesan bahwa kita tidak sedang berjalan di taman biasa, melainkan di ruang sejarah terbuka.
Yang menarik, Xingqinggong Park juga berfungsi sebagai ruang sosial. Setiap pagi, warga Xi’an berkumpul di sini untuk berolahraga, menari, atau berlatih tai chi. Sementara sore hingga malam, suasananya lebih ramai dengan keluarga, anak-anak, dan pasangan yang berjalan-jalan. Bagi wisatawan, berkunjung ke sini adalah kesempatan untuk melihat kehidupan sehari-hari warga Xi’an sekaligus menyelami sisa-sisa warisan Tang. Tempat ini menghadirkan kombinasi yang unik antara sejarah, budaya, dan keseharian yang hidup berdampingan secara alami.


10. Xingjiao Temple
Di antara banyak kuil di Xi’an, Xingjiao Temple punya keunikan yang membuatnya istimewa. Kuil ini dibangun pada abad ke-7 untuk menyimpan relik dan abu dari biksu terkenal Xuanzang, tokoh legendaris yang melakukan perjalanan ke India demi membawa kitab-kitab suci Buddha kembali ke Tiongkok. Perjalanannya kelak menginspirasi karya sastra klasik Journey to the West. Maka, bagi umat Buddha maupun pencinta sejarah, Xingjiao Temple bukan sekadar bangunan suci, melainkan monumen penghormatan bagi sosok yang berani menempuh ribuan kilometer demi ilmu dan keyakinan.
Kompleks kuilnya relatif sederhana dibandingkan pagoda besar lain di Xi’an, tetapi justru kesederhanaan itu yang memberi suasana damai. Di dalamnya terdapat Xingjiao Pagoda, tempat abu Xuanzang disemayamkan. Bangunan tua ini dikelilingi pepohonan dan halaman luas yang tenang, jauh dari keramaian kota. Suasana hening ini membuat banyak orang datang bukan hanya untuk berziarah, tetapi juga untuk bermeditasi atau sekadar merenung. Ada perasaan khidmat yang sulit dijelaskan ketika berdiri di hadapan pagoda bersejarah tersebut.
Selain nilai spiritual, Xingjiao Temple juga menjadi saksi perjalanan budaya. Di dinding-dindingnya terdapat ukiran dan prasasti yang menggambarkan penyebaran ajaran Buddha dari India ke Tiongkok. Tempat ini juga sering dijadikan lokasi penelitian oleh para akademisi yang tertarik pada hubungan lintas budaya di Asia kuno. Dengan atmosfernya yang sunyi dan penuh makna, Xingjiao Temple menawarkan pengalaman berbeda: bukan sekadar melihat peninggalan bersejarah, tapi juga merasakan ketenangan batin yang sejalan dengan semangat Xuanzang.
11. Yangling Mausoleum of Han
Sekitar 20 kilometer dari pusat kota Xi’an, terdapat Makam Yangling, tempat peristirahatan Kaisar Jing dari Dinasti Han dan permaisurinya. Berbeda dengan makam Kaisar Qin yang terkenal dengan Tentara Terakota raksasa, makam ini justru menampilkan sesuatu yang lebih halus: ribuan patung miniatur manusia, hewan, dan benda sehari-hari. Ukurannya kecil, namun detailnya sangat mengagumkan, seolah-olah memberi kita gambaran nyata tentang kehidupan masyarakat Dinasti Han lebih dari dua ribu tahun lalu.
Kompleks makam ini luas dan terdiri dari beberapa ruang pemakaman serta museum bawah tanah yang modern. Saat berjalan melewati lorong-lorong kaca, pengunjung bisa melihat langsung lubang penggalian yang masih menyimpan artefak di dalamnya. Ada patung prajurit, pejabat, musisi, bahkan binatang ternak yang menggambarkan betapa komprehensifnya kehidupan yang ingin “dibawa” sang kaisar ke alam baka. Rasanya seperti mengintip potret miniatur sebuah peradaban yang terhenti dalam waktu.
Yang membuat Makam Yangling istimewa adalah atmosfernya yang lebih tenang dibandingkan situs-situs besar lainnya di Xi’an. Karena tidak terlalu padat wisatawan, pengalaman di sini terasa lebih intim dan reflektif. Alih-alih hanya fokus pada kejayaan militer, kompleks ini justru menunjukkan sisi manusiawi dari masa lalu: tentang pekerjaan, seni, dan kehidupan sehari-hari rakyat Han. Dari sini, kita bisa memahami bahwa sejarah bukan hanya tentang perang dan kekuasaan, tetapi juga tentang keseharian yang membentuk wajah sebuah dinasti.


12. Small Wild Goose Pagoda & Kuil Jianfu
Jika Big Wild Goose Pagoda terkenal ramai dan monumental, maka Small Wild Goose Pagoda menawarkan suasana yang jauh lebih tenang. Pagoda ini dibangun pada abad ke-8, di era Dinasti Tang, dan terletak di dalam kompleks Kuil Jianfu. Dengan tinggi sekitar 43 meter dan gaya arsitektur yang sederhana, bangunan ini sering dianggap sebagai saudara kecil dari pagoda besar. Namun justru kesederhanaan itu yang membuat tempat ini terasa lebih intim, seolah-olah kita diajak merasakan sejarah secara lebih pribadi.
Pagoda ini pernah mengalami beberapa gempa bumi besar, termasuk yang cukup dahsyat pada tahun 1556. Retakan-retakan di dindingnya masih terlihat hingga sekarang, menjadi saksi bisu betapa kuatnya struktur kuno ini. Meski sebagian sempat rusak, keutuhan pagoda tetap terjaga, bahkan menambah daya tarik bagi pengunjung yang ingin melihat bagaimana arsitektur Tiongkok klasik mampu bertahan melawan waktu. Di dalamnya, terdapat tangga sempit yang bisa dinaiki untuk menikmati pemandangan kota, meski tidak setinggi saudaranya yang besar.
Baca juga: Mau Healing? Berikut 10 Rekomendasi Tempat dengan Pemandangan Tercantik di China
Suasana di kompleks kuil Jianfu lebih mirip taman budaya yang damai. Pepohonan rindang, halaman luas, serta lonceng perunggu besar yang sering dipukul pada acara tertentu menambah nuansa spiritual. Tidak banyak keramaian turis di sini, sehingga cocok bagi mereka yang ingin melarikan diri sejenak dari kebisingan kota dan mencari ruang refleksi. Small Wild Goose Pagoda menunjukkan sisi lain Xi’an: bahwa warisan sejarah tidak selalu harus megah untuk menginspirasi, kadang justru kesederhanaanlah yang meninggalkan kesan mendalam.


Penutup: Xi’an, Kota yang Mengajarkan Cara Melihat Waktu
Menjelajahi Xi’an seperti membuka buku sejarah yang halamannya masih hidup. Dari Tentara Terakota yang monumental, tembok kota yang masih kokoh, hingga pagoda dan kuil yang menyimpan cerita spiritual, setiap tempat menawarkan potongan waktu yang berbeda. Kota ini mengajarkan bahwa sejarah bukan hanya catatan di buku, melainkan sesuatu yang bisa disentuh, dirasakan, bahkan dihirup dalam udara yang sama dengan yang pernah dinikmati orang-orang ribuan tahun lalu.
Namun Xi’an juga bukan kota yang hanya menoleh ke masa lampau. Kawasan Muslim Quarter yang riuh, pertunjukan budaya di Huaqing Palace, atau keceriaan warga di taman kota menunjukkan bagaimana warisan lama bisa berdampingan dengan kehidupan modern. Xi’an adalah kota yang mampu menjaga keseimbangan: merawat ingatan masa lalu, sekaligus membiarkan kehidupan hari ini terus berkembang.
Bagi siapa pun yang datang, Xi’an menawarkan lebih dari sekadar destinasi wisata. Ia adalah pengalaman yang membuat kita merenung tentang waktu, merenungkan tentang bagaimana sesuatu bisa bertahan, berubah, atau hilang. Dan mungkin, itulah alasan kota ini terus memikat hati, dari para kaisar di masa lalu hingga para pelancong di era sekarang.
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
