7 Rekomendasi Tempat yang Wajib Dikunjungi di Shangri-La

Hanifam

9/25/202512 min read

Shangri-La
Shangri-La

Shangri-La: Tanah Suci nan Indah

Terletak di jantung kawasan “Three Parallel Rivers”, Shangri-La di Prefektur Otonom Tibet Diqing dikenal sebagai tanah suci dengan latar pegunungan yang menjulang gagah. Nama Shangri-La sendiri sudah lama menjadi simbol dari surga tersembunyi di bumi, tempat di mana alam, budaya, dan spiritualitas berpadu. Maka tidak heran, ada begitu banyak pengalaman seru dan menakjubkan yang bisa dilakukan di tempat yang oleh banyak orang dijuluki sebagai “Lost Horizon” ini.

Bagi Anda yang baru pertama kali datang, ada beberapa destinasi klasik yang hampir wajib masuk dalam rencana perjalanan. Misalnya, melihat langsung keindahan dramatis Tiger Leaping Gorge yang terkenal dengan jurang curam dan arus sungai yang deras, atau menjelajahi Pudacuo National Park yang kaya dengan padang rumput, hutan, dan danau yang menenangkan. Jangan lewatkan pula Songtsam Monastery, sebuah biara indah yang bukan hanya pusat spiritual, tapi juga menawarkan pemandangan luar biasa ke lembah sekitar.

Kalau ingin melangkah sedikit lebih jauh, Deqin County punya pesona lain yang tak kalah magis. Di sini Anda bisa menemukan Meili Snow Mountain yang puncaknya selalu diselimuti salju, salah satu gunung suci paling dihormati oleh masyarakat Tibet. Ada juga Yubeng Village, desa terpencil yang hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki atau menunggang kuda, tapi justru itulah yang membuatnya begitu spesial. Suasana desa yang damai, udara segar, dan keramahan penduduk setempat akan membuat perjalanan Anda semakin berkesan.

Cara terbaik menikmati Shangri-La bukan hanya sekadar mampir ke destinasi populer, tapi juga membuka diri pada pengalaman lokal. Misalnya, berkunjung ke rumah keluarga Tibet, mencicipi hidangan tradisional mereka, dan mendengar cerita langsung dari kehidupan sehari-hari di dataran tinggi ini. Untuk membantu Anda menentukan pilihan, para ahli perjalanan kami telah menyeleksi berbagai aktivitas terbaik agar Anda bisa merasakan Shangri-La dengan cara yang autentik. Anda hanya perlu mulai dengan panduan perjalanan kami, lalu pilih atraksi dan pengalaman yang paling sesuai dengan keinginan Anda.

1. Garden Sumtseling Monastery

Hanya sekitar 5 kilometer dari pusat Shangri-La, berdiri megah Garden Sumtseling Monastery, yang juga dikenal dengan nama Sungtseling atau Guihua Si. Biara ini berada di ketinggian 3.380 meter di atas permukaan laut, dan dibangun pada tahun 1679 atas perintah Dalai Lama ke-5. Tidak hanya menjadi biara terbesar di Yunnan, Sumtseling juga dianggap sebagai biara paling penting di seluruh kawasan barat daya Tiongkok. Karena kemegahan arsitekturnya yang menyerupai kompleks Potala Palace di Lhasa, tempat ini kerap dijuluki sebagai “Potala Kecil”.

Begitu memasuki area biara, Anda akan langsung merasakan suasana sakral yang khas. Di sinilah pengunjung diajak mengenal lebih dekat tradisi dan ajaran Buddha Tibet yang sudah berakar ratusan tahun. Salah satu daya tarik utamanya adalah delapan patung Shakyamuni Buddha yang disepuh emas, berdiri megah sebagai pusat penghormatan umat. Selain itu, ada dua bangunan utama yang menjadi pusat aktivitas keagamaan: Zhacang dan Jikang. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri, baik dari sisi arsitektur maupun fungsinya sebagai tempat belajar dan berdoa para biksu.

Baca juga: 15 Rekomendasi Tempat Terbaik di China untuk Dikunjungi pada Musim Gugur 2025

Yang membuat kunjungan ke Sumtseling semakin istimewa adalah kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para Lama muda. Jika beruntung, Anda bisa bercakap ringan dengan mereka, mendengar cerita kehidupan sehari-hari di biara, atau bahkan belajar sedikit tentang filsafat sederhana yang mereka jalani. Pengalaman semacam ini memberi dimensi yang lebih dalam, bukan sekadar melihat bangunan bersejarah, melainkan juga menyentuh sisi kemanusiaan dan spiritualitas yang hidup hingga hari ini.

Selain itu, ada momen tahunan yang selalu dinantikan, yaitu Gedong Festival. Setiap tanggal 29 November, halaman biara berubah menjadi pusat keramaian. Ribuan umat dari berbagai wilayah datang untuk beribadah sekaligus menyaksikan tarian topeng sakral yang dikenal sebagai Cham. Dalam tarian ini, para biksu mengenakan kostum berwarna-warni dan topeng yang menggambarkan dewa, hewan, atau roh. Pertunjukan ini bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari ritual keagamaan yang sarat makna, dipercaya mampu mengusir roh jahat dan membawa berkah bagi komunitas. Bagi kami, menyaksikan langsung festival ini adalah pengalaman yang benar-benar tak terlupakan, karena Anda bisa merasakan energi spiritual dan budaya Tibet dalam satu waktu.

Garden Sumtseling Monastery
Garden Sumtseling Monastery

2. Dukezong Ancient Town

Tepat di pusat Shangri-La, Anda akan menemukan sebuah kota tua yang penuh sejarah: Dukezong Ancient Town. Kota ini sudah berdiri selama lebih dari 1.300 tahun, menjadikannya salah satu pemukiman Tibet tertua sekaligus yang paling terawat di antara 147 county Tibet di Tiongkok. Pada masa kejayaannya, Dukezong bukan hanya pusat kehidupan masyarakat, tapi juga titik penting di Jalur Kuda-Teh Kuno, jalur dagang legendaris yang menghubungkan Tibet dengan dunia luar. Di sinilah berbagai pertemuan budaya antara bangsa Han dan Tibet berlangsung, meninggalkan jejak yang bisa kita lihat hingga hari ini.

Dukezong tidak hanya dikenal karena usianya yang panjang, tapi juga karena suasananya yang otentik. Rumah-rumah bergaya Tibet berdiri berjejer, dipadu dengan aula doa dan pagoda yang megah, sementara lorong-lorong kecil berliku seakan mengajak setiap pengunjung untuk melangkah pelan dan meresapi ketenangan. Bagi siapa pun yang mencari suasana damai, jauh dari hiruk pikuk kota modern, berjalan-jalan di Dukezong bisa terasa seperti kembali ke masa lalu. Tak heran jika kota ini dijuluki dengan berbagai nama puitis: “Jejak Shangri-La”, “Kota Batu Putih”, dan “Kota Cahaya Bulan”.

Namun sejarah panjang Dukezong juga diwarnai dengan masa-masa kelam. Pada Januari 2014, kebakaran besar melanda kota tua ini, melahap sebagian besar bangunan bersejarah, karya seni Thangka, dan peninggalan Buddha yang tak ternilai. Bagi masyarakat setempat, kehilangan ini terasa amat berat, karena bukan hanya bangunan yang terbakar, melainkan juga bagian dari identitas budaya mereka. Untungnya, sejak April di tahun yang sama, proses pemulihan dimulai. Dengan kerja keras pemerintah lokal dan dukungan masyarakat, perlahan-lahan wajah Dukezong dibangun kembali tanpa menghilangkan keaslian yang membuatnya begitu berharga.

Kini, meski sebagian adalah hasil pemugaran, Dukezong tetap memancarkan daya tarik yang sulit ditolak. Ada perasaan tenang sekaligus magis saat matahari sore jatuh di balik atap-atap kayu, atau ketika lonceng doa bergema dari kejauhan. Bagi kami, kunjungan ke kota tua ini bukan hanya soal melihat bangunan bersejarah, tapi juga merasakan semangat sebuah komunitas yang mampu bangkit dari bencana. Dukezong adalah simbol ketahanan, tempat di mana masa lalu dan masa kini berpadu, dan di situlah letak keindahannya yang sejati.

Dukezong Ancient Town
Dukezong Ancient Town

3. Tortoise Hill & Golden Prayer Wheel

Di jantung Dukezong Ancient Town, terdapat sebuah bukit kecil yang dikenal dengan nama Tortoise Hill. Dari puncaknya, Anda bisa menikmati pemandangan indah yang membentang ke seluruh kota tua Shangri-La. Posisi bukit ini benar-benar strategis, sehingga banyak orang menjadikannya titik favorit untuk melihat keunikan rumah-rumah bergaya Tibet, jalan-jalan sempit, hingga suasana damai kota yang sudah berusia lebih dari seribu tahun.

Yang membuat Tortoise Hill semakin istimewa adalah sebuah roda doa raksasa berwarna emas yang berdiri di atasnya. Roda doa ini berukuran sangat besar, dengan tinggi sekitar 21 meter dan berat mencapai 60 ton. Awalnya roda doa ini dibangun sebagai bagian dari pengembangan pariwisata, namun seiring waktu, justru mendapat tempat yang sakral di hati masyarakat. Kini, para penganut Buddha setempat rutin mendaki bukit ini untuk memutar roda doa tersebut sebagai wujud pengabdian dan doa mereka. Kehadiran roda doa raksasa ini akhirnya menjadi simbol baru yang menyatu dengan tradisi lama.

Bagi pengunjung, pengalaman memutar roda doa emas ini punya daya tarik tersendiri. Karena ukurannya yang luar biasa besar, roda ini tidak bisa digerakkan seorang diri. Diperlukan tenaga sekitar sepuluh orang untuk memutarnya sekaligus, itupun harus diputar searah jarum jam sesuai aturan keagamaan. Saat roda perlahan berputar, dentingan dan ukiran mantranya menciptakan suasana yang khidmat, seakan menghubungkan langit, bumi, dan doa manusia menjadi satu.

Bagi kami, naik ke Tortoise Hill bukan sekadar soal mendapatkan pemandangan cantik dari atas kota, tapi juga kesempatan untuk menyaksikan bagaimana sebuah simbol modern bisa berpadu dengan tradisi spiritual Tibet. Ada momen tertentu ketika matahari senja menyinari roda doa emas hingga berkilauan, dan saat itu, Anda akan mengerti mengapa tempat ini begitu disukai pengunjung maupun penduduk lokal. Bukit kecil ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana budaya, agama, dan pariwisata bisa berjalan bersama, tetap menjaga makna, sambil memberi pengalaman yang mengesankan bagi siapa pun yang datang.

Tortoise Hill & Golden Prayer Wheel
Tortoise Hill & Golden Prayer Wheel

4. Pudacuo National Park

Sekitar 22 kilometer dari pusat Shangri-La, terdapat Pudacuo National Park, taman nasional pertama di Tiongkok. Kawasan ini bukan sekadar destinasi wisata alam, tapi juga bagian penting dari upaya pelestarian ekosistem di dataran tinggi Tibet. Di sini, Anda bisa menemukan lanskap klasik wilayah barat daya Tiongkok yang berpadu dengan kehidupan tradisional masyarakat nomaden Tibet. Hamparan padang rumput, hutan pegunungan, dan danau biru jernih membentuk panorama yang begitu menenangkan. Tidak heran jika Pudacuo disebut sebagai permata tersembunyi Shangri-La yang memperlihatkan sisi alamiah dari kehidupan di dataran tinggi.

Pudacuo terdiri dari dua danau utama, yaitu Shudu Lake dan Bitahai Lake, yang masing-masing punya pesona berbeda. Shudu Lake terkenal sebagai padang penggembalaan alami, terutama di musim semi dan musim panas. Saat itu, kawanan yak dan kambing terlihat merumput santai di tepi danau, sementara gubuk-gubuk sederhana para penggembala tersebar di padang rumput. Kadang, suara seruling menggema dari kejauhan, menambah nuansa romantis khas dataran tinggi. Duduk tenang di tepi danau, Anda bisa merasakan betapa damainya kehidupan masyarakat lokal, jauh dari hiruk pikuk dunia modern.

Baca juga: Berlibur ke Beijing Selama Musim Gugur! Rekomendasi Itinerary 6 Hari yang Cocok untuk Anda

Berbeda dengan Shudu, Bitahai Lake sering dijuluki “mutiara di dataran tinggi”. Danau ini masih sangat alami, airnya begitu jernih hingga memantulkan langit biru dan pepohonan di sekelilingnya. Kawasan sekitarnya adalah cagar alam dengan flora yang tumbuh subur. Jika Anda datang pada bulan Mei, tepian danau akan diselimuti bunga azalea yang bermekaran sejauh beberapa kilometer. Bayangkan berjalan di antara hutan azalea yang berwarna-warni, dengan danau berkilauan di sisi lain, dimana suasana ini membuat siapa pun merasa seakan berada di dunia lain.

Pudacuo National Park adalah tempat yang memperlihatkan keseimbangan antara keindahan alam dan cara hidup sederhana masyarakat Tibet. Berjalan di jalur kayu yang sudah disediakan, atau sekadar menikmati udara segar sambil memandang pegunungan di kejauhan, memberi pengalaman yang menyentuh hati. Di sinilah Anda bisa benar-benar memahami mengapa Shangri-La sering digambarkan sebagai “surga yang hilang”: sebuah tempat di mana alam, budaya, dan spiritualitas masih berpadu dengan indah.

Pudacuo National Park
Pudacuo National Park

5. Napa Lake

Hanya sekitar 8 kilometer dari pusat Shangri-La, terdapat sebuah danau cantik yang dikenal sebagai Napa Lake. Terletak di ketinggian 3.270 meter di atas permukaan laut, danau ini menempati sebuah lembah luas yang dikelilingi pegunungan di tiga sisinya. Napa bukan sekadar danau biasa, melainkan kawasan lahan basah yang dilindungi negara karena pentingnya ekosistem yang ada di dalamnya. Tempat ini benar-benar surga bagi para pecinta burung, terutama karena menjadi habitat bagi berbagai jenis unggas air, termasuk bangau berleher hitam yang langka dan sangat dihormati oleh masyarakat Tibet.

Keunikan Napa Lake terletak pada sifatnya yang musiman. Saat musim kemarau, air danau menyusut drastis hingga berubah menjadi lahan rawa. Di masa ini, padang terbuka di sekitar danau sering dimanfaatkan sebagai jalur menunggang kuda, sekaligus menjadi tempat persinggahan burung-burung migran. Suasana damai dengan kawanan kuda yang bebas berlari di padang rumput memberi pengalaman visual yang sulit dilupakan. Namun ketika musim hujan tiba, lembah kembali dipenuhi air jernih yang berkilauan, memantulkan birunya langit dan hijaunya pegunungan. Pemandangan ini menjadikan Napa Lake salah satu lokasi terbaik untuk berfoto di Shangri-La.

Selain keindahan alamnya, kehidupan masyarakat di sekitar Napa Lake juga menarik untuk diamati. Terdapat sejumlah desa kecil bergaya Tibet yang masih mempertahankan cara hidup tradisional. Di sinilah Anda bisa melihat lebih dekat bagaimana keseharian warga dijalani, mulai dari bertani, menggembala, hingga menjalankan upacara keagamaan sederhana. Suasana desa yang hangat dan ramah membuat kunjungan terasa lebih personal, seolah Anda diajak masuk ke dalam ritme kehidupan di dataran tinggi Tibet.

Bagi kami, berkunjung ke Napa Lake adalah pengalaman yang memadukan keindahan lanskap dan budaya lokal. Entah Anda datang di musim kering untuk menunggang kuda di padang luas, atau di musim hujan untuk menikmati pemandangan dramatis danau penuh air, tempat ini selalu punya sesuatu yang menakjubkan untuk ditawarkan. Dan yang paling penting, Napa Lake memberi kesempatan untuk melihat bagaimana manusia dan alam bisa hidup berdampingan dalam harmoni.

Napa Lake
Napa Lake

6. White Water Terraces

Sekitar 103 kilometer dari pusat Shangri-La, di kaki Haba Snow Mountain, terdapat salah satu keajaiban alam yang paling memikat: White Water Terrace, atau dalam bahasa Tiongkok dikenal sebagai Baishuitai. Tempat ini sering dianggap sebagai salah satu destinasi paling ikonik di Shangri-La karena pemandangannya yang unik dan penuh nuansa mistis. White Water Terrace juga tercatat sebagai teras kapur terbesar di seluruh Tiongkok, sehingga menjadikannya daya tarik utama bagi para pelancong yang ingin melihat keindahan geologi sekaligus budaya yang hidup berdampingan di kawasan ini.

Pemandangan di Baishuitai benar-benar berbeda dari destinasi alam lainnya. Teras-teras putih susu terbentuk secara alami selama ribuan tahun, hasil dari aliran air yang kaya kapur menuruni lereng gunung. Proses alamiah ini menciptakan undakan-undakan berlapis yang tampak seperti tangga menuju langit, berkilau saat terkena cahaya matahari. Air yang mengalir di atasnya menambah kesan tenang, menghadirkan suasana yang memikat hati siapa pun yang berdiri di hadapannya. Tidak hanya indah dipandang, Baishuitai juga menyimpan nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat lokal.

Yang membuat tempat ini semakin istimewa adalah perannya dalam budaya Dongba, tradisi spiritual dan kepercayaan masyarakat etnis Naxi. Baishuitai dipercaya sebagai mata air suci, sehingga di sekelilingnya Anda akan melihat patok kayu berwarna yang ditanam sebagai bentuk penghormatan. Setiap tahun, tepat pada hari kedelapan bulan kedua dalam kalender lunar, masyarakat Naxi berkumpul di sini untuk mengadakan upacara tradisional. Mereka menari, bernyanyi, dan mempersembahkan doa, dengan keyakinan bahwa ritual tersebut dapat menghibur para dewa sekaligus membawa keberkahan bagi komunitas mereka.

Bagi kami, kunjungan ke White Water Terrace bukan hanya soal menikmati lanskap menakjubkan, tapi juga kesempatan untuk menyelami warisan budaya yang masih lestari hingga kini. Melihat perpaduan alam dan spiritualitas di Baishuitai membuat kita semakin paham mengapa Shangri-La sering digambarkan sebagai tanah penuh misteri dan kedamaian. Di sini, keindahan geologi dan kekayaan budaya berjalan beriringan, memberi pengalaman yang tidak hanya indah untuk difoto, tetapi juga membekas di hati.

White Water Terraces
White Water Terraces

7. Haba Snow Mountain

Sekitar 120 kilometer dari pusat Shangri-La, berdiri megah Haba Snow Mountain di sisi barat laut Tiger Leaping Gorge. Gunung ini menjulang berhadapan langsung dengan Jade Dragon Snow Mountain yang lebih tinggi di seberangnya, menciptakan pemandangan dramatis seolah dua raksasa alam saling berhadapan. Dengan puncak utama setinggi 5.396 meter yang selalu tertutup salju, Haba Snow Mountain menjadi salah satu ikon pegunungan paling memikat di kawasan ini. Dari tepi sungai, gunung ini tampak seperti dinding putih raksasa yang menjulang lebih dari 3.500 meter ke langit.

Baca juga: Punya Waktu Singkat? Berikut Rekomendasi Itinerary Mengelilingi China Selama 4 Hari!

Selain keindahan lanskapnya, Haba Snow Mountain juga dikenal sebagai “Kerajaan Tumbuhan”. Julukan ini tidak berlebihan, karena dari bulan April hingga Juni, lereng-lereng gunung dipenuhi hamparan bunga azalea. Lebih dari 200 jenis azalea tumbuh di berbagai ketinggian, mulai dari kaki gunung hingga hampir ke puncak. Ketika musim semi tiba, gunung ini seolah berubah menjadi taman raksasa berwarna-warni yang hidup, dengan kombinasi merah, kuning, ungu, dan putih menghiasi pemandangan. Bagi pecinta alam dan fotografi, momen ini adalah surga yang tidak boleh dilewatkan.

Namun, daya tarik Haba Snow Mountain tidak hanya berhenti pada keindahan bunganya. Gunung ini juga menjadi tujuan favorit para pendaki, baik pemula maupun mereka yang sudah berpengalaman. Jalur pendakiannya relatif lebih ramah dibandingkan beberapa puncak lain di wilayah Tibet, sehingga memberi kesempatan bagi lebih banyak orang untuk merasakan sensasi menaklukkan gunung bersalju. Waktu terbaik untuk mendaki biasanya pada bulan November hingga Desember, ketika cuaca cerah, langit biru, dan pemandangan dari puncak benar-benar menakjubkan. Dari atas, Anda bisa melihat jurang curam Tiger Leaping Gorge, hamparan pegunungan bersalju, hingga lanskap luas dataran tinggi yang seolah tak berujung.

Bagi kami, Haba Snow Mountain bukan sekadar gunung untuk dikagumi dari kejauhan. Ia adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam, kekayaan hayati, dan tantangan petualangan. Apakah Anda ingin sekadar menikmati bunga-bunga di musim semi, atau mencoba mendaki hingga ketinggian yang menantang, gunung ini selalu punya sesuatu untuk ditawarkan. Haba Snow Mountain adalah bukti nyata mengapa Shangri-La kerap dianggap sebagai tanah impian: megah, indah, dan penuh kejutan di setiap sudutnya.

Haba Snow Mountain
Haba Snow Mountain

Penutup: Menemukan Shangri-La yang Sesungguhnya

Shangri-La bukan hanya sekadar destinasi wisata, tapi sebuah pengalaman menyeluruh yang menggabungkan alam, budaya, dan spiritualitas. Dari biara agung seperti Songzanlin yang menyimpan kisah Dalai Lama, hingga kota tua Dukezong dengan lorong-lorong bersejarahnya, setiap sudut menghadirkan cerita yang membuat kita merasa seolah melangkah ke dunia lain. Ditambah dengan pesona alam luar biasa seperti Pudacuo National Park, Napa Lake, atau White Water Terrace, Shangri-La benar-benar menawarkan lanskap yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga kaya makna.

Keistimewaan Shangri-La terletak pada keseimbangannya. Di satu sisi, Anda bisa menemukan ketenangan mendalam saat memutar roda doa raksasa di Tortoise Hill atau menyaksikan tarian sakral di Gedong Festival. Di sisi lain, ada pula energi petualangan ketika menapaki jalur menantang Tiger Leaping Gorge atau mendaki Haba Snow Mountain. Perpaduan inilah yang membuat Shangri-La bukan hanya tempat untuk dikunjungi, melainkan tempat untuk dialami sepenuh hati.

Selain pemandangan dan atraksi, kehangatan masyarakat lokal juga menjadi bagian penting dari perjalanan. Menginap di desa Tibet, mencicipi makanan tradisional, atau sekadar berbincang dengan para penggembala di padang rumput memberi perspektif yang tidak bisa ditemukan di buku panduan. Di sini, Anda akan menyadari bahwa “surga yang hilang” bukan sekadar mitos, tapi nyata dalam bentuk hubungan manusia dengan alam dan budaya yang mereka rawat.

Pada akhirnya, Shangri-La adalah tujuan yang memberi lebih dari sekadar foto indah. Ia mengajarkan kita arti sederhana dari harmoni: hidup selaras dengan alam, menghargai tradisi, dan merayakan keberagaman. Jadi, apakah Anda seorang pencari petualangan, penikmat budaya, atau sekadar ingin menemukan ketenangan batin, Shangri-La siap membuka pintunya. Dan ketika tiba waktunya kembali, bagian dari ketenangan dan keindahan Shangri-La akan tetap tinggal bersama Anda.

Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!

Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!