Rekomendasi 7 Kota Kuno yang Wajib Anda Kunjungi di China

Hanifam

10/13/202514 min read

TOUR CHINA - TOURCHINA - ANCIENT CITY IN CHINA
TOUR CHINA - TOURCHINA - ANCIENT CITY IN CHINA

Ibu Kota Kuno di China

China dikenal sebagai negeri dengan peradaban yang sangat tua—lebih dari lima ribu tahun sejarahnya telah diakui di seluruh dunia. Selama perjalanan panjang itu, ibu kota negara sering berpindah, baik karena perubahan politik, ekonomi, maupun alasan strategis pada masanya. Setiap kali pusat pemerintahan bergeser, lahirlah kota-kota besar baru yang menjadi pusat kekuasaan, budaya, dan ekonomi di zamannya. Dari utara ke selatan, dari timur ke barat, pergerakan ibu kota ini membentuk jejak sejarah yang luar biasa luas di daratan China. Tak heran jika kota-kota seperti Beijing, Xi’an, Luoyang, Nanjing, Hangzhou, Kaifeng, dan Anyang kini dikenal sebagai tujuh ibu kota kuno paling bersejarah di negeri itu.

Dari semua kota tersebut, empat di antaranya—Beijing, Xi’an, Luoyang, dan Nanjing—sering disebut sebagai cerminan terbaik dari kejayaan berbagai dinasti. Di sanalah sisa-sisa peninggalan budaya kuno masih bisa ditemukan dalam bentuk paling autentik. Setiap sudutnya seperti membawa kita kembali ke masa ketika kaisar berkuasa, budaya berkembang pesat, dan ilmu pengetahuan mulai menorehkan sejarahnya sendiri. Melihat langsung peninggalan ini bukan sekadar wisata; ini seperti membuka halaman hidup dari buku sejarah China yang tak ternilai.

Banyak yang bilang, belum benar-benar memahami sejarah China jika belum mengunjungi salah satu ibu kota kunonya. Kami sendiri sudah membantu banyak penjelajah dari berbagai negara menjelajahi warisan luar biasa ini. Salah satu kisah yang berkesan datang dari pasangan asal Amerika, Tuan William dan istrinya, yang menikmati perjalanan 11 hari bertema “China Culture & History Exploration”. Mereka menyusuri jalur budaya dari Taiyuan hingga Kaifeng, mengunjungi Luoyang, Dengfeng, Zhengzhou, Qufu, dan Gunung Tai—setiap tempat menyuguhkan cerita berbeda yang menambah kekaguman mereka pada sejarah panjang negeri ini.

Kalau Anda juga ingin merasakan pengalaman serupa, menjelajahi kota-kota kuno dan menyelami kebesaran peradaban Tiongkok, perjalanan seperti itu bisa menjadi cara terbaik untuk mengenal jantung sejarahnya. Jadi, mari ikuti daftar Tujuh Ibu Kota Kuno Terbaik di China dan temukan sendiri pesonanya yang abadi—tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu dalam harmoni yang menakjubkan.

1. Anyang

Terletak di bagian utara Provinsi Henan, di kawasan tengah timur Tiongkok, Anyang adalah salah satu kota tertua di negeri ini, bahkan termasuk dalam sepuluh kota paling bersejarah di seluruh China. Kota ini pernah menjadi ibu kota bagi tujuh dinasti besar, antara lain Shang, Cao Wei, Later Zhao, Ran Wei, Pre-Yan, Eastern Wei, dan Northern Qi, dengan total masa kejayaan yang mencapai lebih dari 400 tahun. Anyang juga dikenal luas karena menjadi tempat ditemukannya tulisan tulang orakel (Oracle Bone Inscriptions), menjadikannya sebagai bukti tertua penggunaan aksara Tionghoa—dan menjadi tempat lahirnya kitab klasik “Book of Changes” (Yi Jing / 易经) yang sangat berpengaruh dalam filosofi dan kebudayaan Tiongkok. Dua situs peninggalannya, Yin Ruins dan Kanal Yongji yang merupakan bagian dari Grand Canal of China, bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

Baca juga: Rekomendasi 10 Museum Terbaik yang Wajib Anda Kunjungi di China

Perjalanan sejarah Anyang bermula pada masa Dinasti Shang, ketika kota ini dikenal dengan nama Yin (殷) dan menjadi pusat pemerintahan selama sekitar 273 tahun. Kemudian, pada masa Dinasti Northern Qi, peran itu berpindah ke Ye (邺) yang berfungsi sebagai ibu kota selama 28 tahun. Dalam masa kejayaannya, Anyang berkembang menjadi kota megah dengan istana megah, kompleks pemakaman kaisar, serta peninggalan arkeologis yang tak ternilai. Yin Ruins, situs paling terkenal di Anyang, merupakan saksi bisu dari masa keemasan itu. Di sinilah pertama kali ditemukan bukti sejarah yang tertulis tentang kota kuno yang dapat dikonfirmasi secara arkeologis, yaitu sebuah pencapaian luar biasa dalam studi sejarah Tiongkok kuno.

Selain itu, Gua Kuil Lingquan (Lingquan Temple Grottoes) yang berasal dari masa Dinasti Eastern Wei menjadi salah satu kompleks gua bersejarah yang menarik, dihiasi dengan pahatan kuno dan dikelilingi oleh hutan pagoda yang menambah nuansa spiritual di kawasan tersebut. Tak jauh dari sana, terdapat Kota Youli (羑里城) yang pernah menjadi penjara nasional pertama di China sekaligus tempat lahirnya budaya Zhouyi (周易), yang merupakan akar dari filsafat dan kebijaksanaan Timur yang masih dipelajari hingga kini.

Di pinggiran barat laut Anyang, Yinxu atau reruntuhan Yin menjadi daya tarik utama bagi para peneliti dan pecinta sejarah. Situs ini telah dikonfirmasi melalui penemuan tulang orakel dan penggalian arkeologis sebagai lokasi ibu kota Dinasti Shang yang sesungguhnya. Ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2006, kawasan ini menyimpan peninggalan luar biasa berupa makam kerajaan, sisa-sisa istana, serta model arsitektur Tiongkok awal. Bagi Anda yang mencintai sejarah dan budaya kuno, kunjungan ke Yinxu bukan sekadar wisata, namun ini adalah perjalanan menyelami akar peradaban Tiongkok yang sesungguhnya.

Anyang
Anyang

2. Kaifeng

Terletak di bagian tengah timur Provinsi Henan, Kaifeng adalah salah satu kota kuno paling bersejarah di Tiongkok, yang merupakan sebuah tempat di mana waktu seolah menumpuk dalam lapisan-lapisan dinasti yang saling bertumpuk di bawah tanahnya. Kota ini pernah menjadi ibu kota bagi delapan dinasti besar, termasuk Xia, Wei, Later Liang, Later Jin, Later Han, Later Zhou, Northern Song, dan Jin, dengan total masa kejayaan hampir 600 tahun. Uniknya, Kaifeng adalah satu-satunya ibu kota kuno di China yang tetap mempertahankan poros utama tata kota (city axis) yang sama sejak zaman dahulu hingga kini, menjadikannya sebagai suatu keajaiban arsitektur dan perencanaan kota yang jarang terjadi di dunia.

Sejarah panjang Kaifeng dimulai sejak masa Dinasti Xia, ketika Raja Sizhu memindahkan ibu kota ke Laoqiu (老丘), wilayah yang kini menjadi Kaifeng modern. Selama lebih dari dua abad, kota ini menjadi pusat politik penting sebelum akhirnya Raja Hui dari Dinasti Wei memindahkan ibu kota kembali ke Daliang (大梁) pada tahun 361 SM. Namun masa kejayaan terbesar Kaifeng datang kemudian, dimulai pada tahun 907 M, saat Dinasti Later Liang menjadikannya pusat kekuasaan. Setelah itu, enam dinasti berturut-turut memilih Kaifeng sebagai ibu kota, termasuk Northern Song, ketika kota ini dikenal sebagai Dongjing (东京) dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan paling makmur di dunia pada zamannya. Sayangnya, banyak peninggalan kuno yang rusak akibat perang dan banjir besar, namun jejak kemegahannya masih terasa hingga hari ini.

Salah satu situs paling ikonik di Kaifeng adalah Dragon Pavilion (Longting), yang dulunya merupakan kompleks istana kerajaan bagi enam dinasti berbeda. Dari sinilah para kaisar memerintah dan membentuk kebijakan yang menentukan arah sejarah China. Kemudian ada Iron Pagoda, menara setinggi hampir 56 meter yang dibangun pada masa Dinasti Song Utara. Meski disebut “besi”, struktur ini sebenarnya terbuat dari bata berlapis glasir yang tampak berkilau seperti logam di bawah sinar matahari. Tak jauh dari sana berdiri Daxiangguo Temple, salah satu dari sepuluh kuil Buddha paling terkenal di China, yang pernah menjadi pusat spiritual besar pada masa kejayaannya.

Namun Kaifeng bukan hanya tentang reruntuhan kuno. Kota ini juga hidup dengan budaya dan semangat yang hangat. Anda bisa berjalan santai di sepanjang Sungai Kaifeng, lalu mengunjungi Millennium City Park, taman budaya yang merekonstruksi kehidupan masa Dinasti Song seperti dalam lukisan legendaris “Riverside Scene at Qingming Festival”. Di sana, Anda bisa menyaksikan pertunjukan rakyat, pacuan kuda, hingga adu ayam, sebuah hiburan klasik yang populer di masa lalu. Jangan lewatkan juga Museum Kaifeng, serta Kuil dan Kantor Lord Bao (Kaifeng Fu), tempat mengenang sosok hakim legendaris yang menjadi simbol keadilan di China kuno. Menjelajahi Kaifeng bukan hanya mengenang sejarah, tapi juga memahami nilai-nilai yang membentuk jiwa dan karakter peradaban Tiongkok itu sendiri.

Kaifeng
Kaifeng

3. Hangzhou

Terletak di bagian utara Provinsi Zhejiang, di pesisir tenggara Tiongkok, Hangzhou dikenal sebagai salah satu dari tujuh ibu kota kuno paling terkenal di China. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan bagi dua kerajaan besar: Kerajaan Wuyue pada masa Five Dynasties and Ten Kingdoms dan Dinasti Song Selatan (Southern Song). Meskipun masa kejayaannya sebagai ibu kota hanya berlangsung sekitar 210 tahun, pengaruhnya sangat besar. Khususnya pada masa Dinasti Song Selatan, Hangzhou berkembang pesat dalam segala bidang, yaitu: politik, ekonomi, budaya, dan seni. Bahkan, Danau Barat (West Lake) yang kini menjadi ikon kota ini mulai dibangun dan ditata dengan indah pada masa itu. Kombinasi antara kekayaan sejarah, budaya, dan keindahan alam menjadikan Hangzhou layak disebut sebagai salah satu ibu kota kuno paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok.

Pada masa Kerajaan Wuyue, para raja berperan penting dalam memperkuat hubungan maritim dan perdagangan dengan Jepang dan Korea. Mereka juga dikenal sebagai pelindung besar agama Buddha di wilayah timur China. Banyak kuil, pagoda, dan gua Buddha dibangun pada masa ini, termasuk Kuil Lingyin (Lingyin Temple) yang diperluas menjadi kompleks megah dengan sembilan menara, delapan belas paviliun, dan tujuh puluh dua aula lengkap dengan pahatan tebing dan stupa batu. Pagoda terkenal lainnya, Leifeng Pagoda, didirikan di Puncak Lei di tepi Danau Barat sebagai peringatan kelahiran anak dari selir Raja Wuyue. Sementara itu, Makam Raja Qian, pendiri Kerajaan Wuyue, menjadi satu-satunya makam kaisar yang masih terawat baik di Provinsi Zhejiang hingga kini.

Ketika Dinasti Song Selatan menjadikan Hangzhou ibu kota pada tahun 1138, kota ini benar-benar mencapai puncak kemakmurannya. Marco Polo bahkan menggambarkannya sebagai “kota paling indah di dunia” dalam bukunya Travels of Marco Polo. Pada masa inilah Pagoda Liuhe, menara megah dari batu bata dan kayu di tepi Sungai Qiantang, dibangun kembali. Dari periode yang sama pula lahir kisah heroik Yue Fei, seorang jenderal legendaris yang menjadi simbol kesetiaan dan keberanian bangsa Tiongkok. Kehidupan budaya dan perdagangan Hangzhou berkembang sangat pesat, menjadikannya kota yang tidak hanya indah tetapi juga penuh makna historis.

Tak heran jika Hangzhou kemudian dijuluki sebagai “Surga di Bumi”, sebuah sebutan yang diberikan oleh para penyair dan seniman yang terpesona oleh keindahannya. Hingga kini, pesonanya tetap tak pudar. Para wisatawan biasanya menghabiskan 1–3 hari menikmati tempat-tempat paling ikonik seperti Danau Barat, Kuil Lingyin, Pagoda Liuhe, dan Perkebunan Teh Longjing yang menawarkan pengalaman memetik teh langsung dari sumbernya. Banyak pula yang memperpanjang perjalanan ke Wuzhen atau Xitang, kota air klasik yang memancarkan suasana damai khas Delta Sungai Yangtze.

Hangzhou
Hangzhou

4. Nanjing

Terletak di barat daya Provinsi Jiangsu, di kawasan timur Tiongkok, Nanjing adalah kota yang menyatukan pesona masa lalu dan energi masa kini. Sebagai ibu kota Provinsi Jiangsu dan satu-satunya megacity di Delta Sungai Yangtze, Nanjing punya sejarah yang luar biasa panjang, dimana lebih dari 2.600 tahun. Selama hampir 500 tahun, kota ini pernah menjadi ibu kota bagi enam dinasti besar, yaitu Sun Wu, Eastern Jin, Liu Song, Xiao Qi, Xiaoliang, dan Chen. Dalam kurun waktu itu, Nanjing dikenal dengan berbagai nama, seperti Jianye (建业) dan Jiankang (建康), dan masing-masing era meninggalkan jejak budaya, arsitektur, serta peradaban yang mendalam di sepanjang tepian Sungai Qinhuai yang legendaris.

Sejarah Nanjing sebagai ibu kota dimulai pada tahun 229 M, ketika Sun Quan, raja dari Kerajaan Wu di masa Three Kingdoms, menetapkan Jianye sebagai pusat pemerintahannya. Di bawah kepemimpinannya, sistem irigasi dibangun, industri logam berkembang, dan ajaran Buddha mulai tumbuh pesat di wilayah selatan Sungai Yangtze. Pada masa itu pula berdiri Kuil Dabao’en (Dabaoen Temple), yang dikenal sebagai kuil Buddha tertua di wilayah Jiangnan dan yang kedua tertua di seluruh Tiongkok setelah Kuil Kuda Putih (White Horse Temple) di Luoyang. Memasuki masa Enam Dinasti (Six Dynasties), Nanjing berkembang menjadi salah satu kota terbesar di dunia kuno dengan jumlah penduduk mencapai satu juta orang, dimana merupakan angka yang luar biasa untuk zamannya. Tata kota dengan pola simetris yang diterapkan saat itu bahkan menjadi model arsitektur penting bagi kota-kota besar di China dan Asia Timur pada masa berikutnya.

Baca juga: 10 Rekomendasi Kuil Buddha Terbaik di China yang Wajib Anda Kunjungi

Jejak kejayaan masa itu masih bisa kita lihat hingga kini. Banyak peninggalan dari Dinasti Ming yang masih berdiri kokoh, seperti Makam Xiaoling (Xiaoling Tomb), yaitu tempat peristirahatan Zhu Yuanzhang, pendiri Dinasti Ming, serta Tembok Kota Kuno Nanjing (Ancient City Wall), yang dikenal sebagai tembok kota terpanjang dan paling terawat di dunia. Di sisi lain, Perpustakaan Nanjing dan Museum Metropolitan Oriental menyimpan koleksi artefak dan peninggalan arkeologis dari masa Enam Dinasti yang menjadi saksi perjalanan panjang kota ini sebagai pusat peradaban.

Kini, Nanjing adalah kota yang berhasil memadukan warisan sejarah dengan kehidupan modern. Anda bisa berjalan di sepanjang Sungai Qinhuai, menikmati pemandangan Danau Xuanwu, atau menjelajahi Kuil Konfusius, salah satu kuil terpenting untuk menghormati sang filsuf besar. Jika Anda tertarik dengan sejarah Buddha, tambahkan kunjungan ke Niushoushan Forest Park, yang memadukan keindahan alam dan spiritualitas. Bagi pencinta sejarah, Museum Nanjing dan situs-situs seperti Kuil Dabao’en menawarkan pengalaman mendalam tentang bagaimana budaya dan pengetahuan berkembang di selatan China. Dua atau tiga hari di Nanjing akan memberi Anda kesempatan untuk melihat bukan hanya sisa-sisa masa lalu, tapi juga semangat modern yang membuat kota ini terus hidup dan relevan hingga kini.

Nanjing
Nanjing

5. Luoyang

Terletak di bagian barat Provinsi Henan, di wilayah tengah Tiongkok yang dialiri Sungai Kuning, Luoyang dikenal sebagai salah satu pusat lahirnya peradaban Tiongkok. Kota ini memiliki sejarah yang luar biasa panjang, dimana selama lebih dari 1.300 tahun, Luoyang pernah menjadi ibu kota bagi 13 dinasti besar, sama seperti Xi’an. Letaknya yang strategis di jalur tengah Sungai Kuning dan menjadi simpul penting dari Grand Canal Dinasti Sui dan Tang membuat Luoyang berkembang menjadi pusat politik, ekonomi, dan budaya yang penting di masa lampau. Kini, kota ini menjadi rumah bagi lima Situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk Gua Longmen (Longmen Grottoes), Reruntuhan Kota Kuno Han-Wei, Gerbang Dingding, Kabinnya Huiluo, serta Lumbung Hanjia yang merupakan bagian dari Grand Canal Tiongkok.

Sejarah Luoyang bermula jauh pada Dinasti Xia, sekitar abad ke-21 SM, yang menjadikannya salah satu kota tertua di dunia. Peninggalan dari masa ini, seperti Situs Erlitou, masih bisa ditemukan hingga kini dan dianggap sebagai salah satu warisan arkeologis paling penting di Tiongkok. Pada masa Dinasti Shang, berdirilah Kota Kuno Luoyang Shang, dibangun sekitar tahun 1600 SM, yang menyimpan banyak artefak berharga dari tembikar, perunggu, hingga batu giok. Ketika ibu kota dipindahkan ke bagian timur Luoyang pada masa Dinasti Zhou Timur, kota ini berkembang pesat dan menjadi pusat politik utama selama lebih dari 500 tahun, yang menandai masa panjang kejayaan dan kemakmuran.

Memasuki masa Dinasti Tang, Luoyang berperan sebagai ibu kota timur (Dongjing) yang sejajar kedudukannya dengan Chang’an (Xi’an) di barat. Kaisar Gaozong menjadikannya pusat penting pemerintahan, sementara Kaisar Xuanzong memperindah kota dengan memperluas Kuil Zhongyue di Gunung Songshan dan menamai Menara Tizu di Kuil Fengxue. Pada masa pemerintahan Permaisuri Wu Zetian (satu-satunya penguasa wanita dalam sejarah Tiongkok) Luoyang bahkan diubah menjadi “Shendu” (Kota Dewa). Di bawah kepemimpinannya, Gua Longmen diperluas menjadi kompleks pahatan batu yang luar biasa megah, sementara Kuil Kuda Putih (White Horse Temple) dipugar kembali dan menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Tiongkok.

Kini, Luoyang dikenal sebagai kota yang menyimpan jejak peradaban dan keindahan dalam satu tempat. Gua Longmen menjadi daya tarik utama dengan ribuan pahatan batu Buddha yang menggambarkan kehalusan seni dan spiritualitas kuno. Kuil Kuda Putih, kuil Buddha pertama di Tiongkok, menjadi simbol awal penyebaran ajaran Buddha dari India ke Timur. Bagi pecinta sejarah, Museum Luoyang dan Museum Situs Erlitou menawarkan perjalanan waktu yang mendalam ke masa ribuan tahun lalu. Selain warisan sejarah, Luoyang juga terkenal dengan julukan “Kota Peony”. Setiap musim semi, saat Festival Peony Luoyang berlangsung, lebih dari sepuluh taman kota berubah menjadi lautan bunga berwarna-warni, menciptakan pemandangan yang indah dan penuh makna, seolah merayakan kemegahan panjang kota ini dari masa ke masa.

Luoyang
Luoyang

6. Xian

Terletak di Provinsi Shaanxi, di jantung Tiongkok, Xi’an (dulu dikenal sebagai Chang’an) adalah salah satu tempat kelahiran utama peradaban Tiongkok sekaligus salah satu kota tertua dan paling berpengaruh di dunia. Selama lebih dari 1.200 tahun, Xi’an pernah menjadi ibu kota bagi 13 dinasti besar, termasuk Zhou Barat, Qin, Han Barat, Sui, dan Tang. Karena peran historisnya yang begitu penting, Xi’an diakui oleh UNESCO pada tahun 1981 sebagai Kota Budaya dan Sejarah Dunia, sejajar dengan kota legendaris seperti Roma, Athena, dan Babilonia. Selain menjadi pusat politik dan budaya selama berabad-abad, Xi’an juga merupakan titik awal Jalur Sutra (Silk Road), sebuah jalur perdagangan yang menghubungkan Timur dan Barat serta menyebarkan kebudayaan, agama, dan ide ke seluruh dunia.

Sejarah panjang Xi’an dimulai pada masa Dinasti Zhou Barat, ketika Raja Wu menaklukkan Dinasti Shang dan menjadikan kawasan Fenghao di sekitar Xi’an sebagai pusat pemerintahannya. Sejak itu, kota ini terus mempertahankan status pentingnya di berbagai era berikutnya. Pada masa Dinasti Qin, Xi’an menjadi pusat dari kekaisaran pertama yang menyatukan seluruh Tiongkok di bawah Kaisar Qin Shi Huang. Dari sinilah lahir mahakarya terkenal dunia, Prajurit dan Kuda Terakota (Terracotta Warriors and Horses), yaitu pasukan batu yang mengawal sang kaisar di alam baka. Kejayaan Xi’an mencapai puncaknya pada masa Dinasti Tang, ketika kota ini menjadi salah satu kota terbesar dan terkaya di dunia, pusat perdagangan internasional, serta tempat berkembangnya filsafat, seni, dan agama seperti Taoisme dan Buddhisme.

Kini, jejak kejayaan masa lalu Xi’an masih dapat dirasakan di setiap sudut kotanya. Tembok Kota Kuno Xi’an (Ancient City Wall) yang masih berdiri megah hingga kini merupakan salah satu tembok kota paling utuh dan terpelihara di Tiongkok. Pagoda Angsa Liar Raksasa (Giant Wild Goose Pagoda), yang dibangun pada masa Tang, menjadi simbol penting dalam sejarah arsitektur dan penyebaran ajaran Buddha. Di sisi lain, Kolam Huaqing (Huaqing Pool) dan Museum Hanyangling memperlihatkan keanggunan budaya istana serta kehidupan bangsawan di masa lampau. Setiap lokasi di Xi’an seperti membawa kita berjalan menelusuri halaman hidup dari sejarah Tiongkok selama ribuan tahun.

Menjelajahi Xi’an adalah seperti membuka buku sejarah raksasa yang masih hidup. Selain situs-situs bersejarah utama seperti Prajurit Terakota, Pagoda Angsa Liar, dan Tembok Kota Kuno, kota ini juga menawarkan pesona modern yang berpadu dengan nuansa klasik. Anda bisa mengunjungi Menara Lonceng (Bell Tower) dan Menara Genderang (Drum Tower) di pusat kota, atau menikmati suasana malam penuh warna di Grand Tang Dynasty Ever Bright City, yang menampilkan pertunjukan budaya gratis bergaya Tang dan pemandangan kota yang memesona. Di Xi’an, masa lalu dan masa kini tidak sekadar berdampingan, tapi keduanya berpadu menjadi satu, menciptakan pengalaman yang tak hanya indah, tapi juga mendalam bagi siapa pun yang mencintai sejarah dan kebudayaan Tiongkok.

Xian
Xian

7. Beijing

Terletak di bagian timur laut Tiongkok, Beijing (dahulu dikenal sebagai Peking) adalah kota yang memadukan kekuatan sejarah, budaya, dan modernitas dalam satu napas. Dengan usia lebih dari 3.000 tahun dan lebih dari 850 tahun sebagai ibu kota kuno bagi enam dinasti besar, seperti: Later Yan, Liao, Jin, Yuan, Ming, dan Qing, Beijing telah menjadi saksi utama perjalanan panjang bangsa Tiongkok. Selama berabad-abad, kota ini berfungsi sebagai pusat politik, ekonomi, dan budaya nasional, melahirkan warisan sejarah yang luar biasa seperti Kota Terlarang (Forbidden City), Kuil Surga (Temple of Heaven), Tembok Besar (Great Wall), Istana Musim Panas (Summer Palace), serta Makam Dinasti Ming. Tak heran jika Beijing diakui sebagai salah satu dari tujuh ibu kota kuno paling bersejarah di China sekaligus kota bersejarah kelas dunia.

Catatan tertua tentang Beijing dapat ditelusuri hingga masa Dinasti Later Yan sekitar tahun 1045 SM, ketika wilayah ini dikenal dengan nama Ji (蓟) dan kemudian Yanjing (燕京). Pada masa Dinasti Liao sekitar tahun 938 M, Beijing berfungsi sebagai salah satu ibu kota tambahan dan disebut Nanjing (南京). Puncak status politiknya dimulai pada masa Dinasti Jin, ketika kota ini resmi menjadi pusat pemerintahan nasional. Posisi tersebut kemudian diteruskan dan diperkuat oleh Dinasti Yuan, Ming, dan Qing, menjadikan Beijing jantung kekaisaran selama berabad-abad. Pada era modern, tonggak baru dimulai tahun 1949, ketika Republik Rakyat Tiongkok didirikan dan Beijing ditetapkan sebagai ibu kota negara.

Sebagian besar warisan sejarah besar di Beijing yang kita kenal sekarang berasal dari masa Dinasti Ming dan Qing. Di pusat kota berdiri megah Kota Terlarang, kompleks istana kerajaan terbesar di dunia yang menjadi tempat tinggal 24 kaisar selama dua dinasti tersebut. Tak jauh dari sana, terdapat Lapangan Tiananmen, yang pertama kali dibangun pada masa Ming dan diperluas pada masa Qing, kini menjadi simbol nasional Tiongkok. Di utara kota, Istana Musim Panas (Summer Palace) menawarkan pemandangan taman kerajaan yang menakjubkan, sementara di pinggiran kota, Tembok Besar bagian Badaling dan Mutianyu berdiri sebagai saksi bisu kekuatan dan ketekunan bangsa Tiongkok. Lebih jauh ke barat daya, Situs Manusia Peking (Peking Man Site) di Zhoukoudian menyingkap sejarah manusia purba dengan ditemukannya fosil tengkorak lengkap pertama dari Sinanthropus pekinensis—temuan yang mengubah pemahaman dunia tentang evolusi manusia.

Baca juga: Rekomendasi 10 Jalanan Tua nan Indah di China

Menjelajahi Beijing berarti menyelami inti sejarah dan budaya Tiongkok itu sendiri. Untuk merasakan esensinya, Anda perlu setidaknya tiga hari penuh untuk mengunjungi situs-situs utama seperti Kota Terlarang, Kuil Surga, Tembok Besar Mutianyu, dan Istana Musim Panas. Jika ingin menjelajah lebih dalam, tambahkan satu atau dua hari lagi untuk mendaki bagian liar Tembok Besar seperti Simatai, Jinshanling, atau Gubeikou, tempat yang menawarkan pemandangan spektakuler sekaligus keheningan yang bersejarah. Anda juga bisa menelusuri gang-gang tradisional Hutong, menikmati suasana lokal yang khas, atau berkunjung ke Museum Nasional Tiongkok di Lapangan Tiananmen. Bagi siapa pun yang ingin memahami Tiongkok dari akarnya, memulai perjalanan dari Beijing bukan hanya pilihan yang tepat, tapi juga cara terbaik untuk menyelami jiwa dan sejarah panjang negeri ini.

Beijing
Beijing

Menyatu dengan Alam: Menyusuri Jejak Ibu Kota Kuno Tiongkok

Dari Luoyang yang menjadi tempat lahirnya peradaban Tiongkok, hingga Beijing yang kini berdiri sebagai pusat politik dan budaya modern, setiap ibu kota kuno menyimpan bab penting dalam kisah panjang negeri ini. Masing-masing kota bukan sekadar titik di peta, tetapi saksi hidup dari pergantian dinasti, kemajuan ilmu dan seni, serta semangat bangsa yang tak pernah padam.

Xi’an menampilkan kebesaran masa lalu melalui Prajurit Terakota, Luoyang memamerkan keagungan Gua Longmen dan Kuil Kuda Putih, Nanjing memantulkan kejayaan Enam Dinasti di balik tembok kunonya, sementara Hangzhou memikat hati lewat pesona Danau Barat dan budaya teh yang mendunia. Di puncak semuanya, Beijing menyatukan seluruh perjalanan sejarah itu menjadi satu narasi besar tentang transformasi dan ketahanan.

Menjelajahi kota-kota kuno ini bukan hanya soal menikmati pemandangan megah dan arsitektur klasik, tapi juga tentang memahami bagaimana masa lalu membentuk wajah Tiongkok hari ini. Setiap istana, pagoda, kanal, dan tembok batu adalah lembaran terbuka dari sejarah ribuan tahun yang masih terasa hidup.

Jika Anda ingin mengenal Tiongkok lebih dari sekadar modernitas Shanghai atau kemajuan teknologi Shenzhen, maka perjalanan ke “Tujuh Ibu Kota Kuno Tiongkok” adalah pengalaman yang tak ternilai. Di sanalah masa lalu dan masa kini berpadu indah—menawarkan bukan hanya keindahan, tapi juga pemahaman mendalam tentang akar budaya, filosofi, dan jiwa bangsa Tiongkok itu sendiri.

Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!

Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!