Rekomendasi 10 Museum Terbaik yang Wajib Anda Kunjungi di China
Hanifam
10/2/202518 min read


Mengulik Sejarah China Melalui Museum
Waktu terus berjalan, sejarah pun bergerak maju dari hari ke hari, dan bersama itu dunia ikut berubah. Tanpa bukti yang jelas, tidak seorang pun bisa benar-benar tahu seperti apa kehidupan dan masyarakat di Tiongkok lima ribu tahun yang lalu. Untungnya, meski kita tidak hidup langsung pada masa itu, kita masih bisa menyingkap jawabannya lewat museum-museum besar yang menyimpan warisan sejarah. Dengan menelusuri jejak sejarah di sana, kita seolah diajak menyaksikan kembali kehidupan kuno yang nyata: bagaimana orang bekerja, berdagang, dan membangun peradaban. Dari situlah kita bisa memahami lebih dalam betapa indah dan kayanya sejarah serta budaya yang kita warisi.
Setiap peninggalan budaya dari masa lampau ibarat kode genetik yang menyimpan jantung dari bangsa Tiongkok. Sementara itu, museum adalah “brankas genetik” yang menjaga warisan peradaban agar tidak hilang ditelan waktu. Di sana, benda-benda berusia ribuan tahun bukan sekadar pajangan, melainkan saksi bisu yang menghubungkan masa lalu dengan hari ini. Dengan melihatnya, kita tidak hanya belajar sejarah dari buku, tapi juga merasakan napas kehidupan nyata yang pernah ada.
Museum juga memainkan peran penting sebagai jembatan yang menyatukan tiga dimensi waktu: masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tanpa mereka, kita mungkin kehilangan pijakan untuk memahami identitas dan arah perjalanan budaya manusia. Relik dan artefak yang dipamerkan bercerita dengan caranya sendiri: mereka tidak berbohong, tidak dilebih-lebihkan, dan justru menyimpan keaslian yang tidak tergantikan. Melalui koleksi itu, kita diajak membuka tabir misteri Tiongkok kuno, dari tradisi spiritual hingga dinamika ekonominya.
Dan kini, kami ingin mengajak Anda menelusuri sepuluh museum terbesar dan terbaik di Tiongkok. Masing-masing bukan hanya destinasi wisata, tapi juga ruang pembelajaran yang menjanjikan pengalaman budaya mendalam sekaligus pencerahan yang tak ternilai. Siapa pun yang berkunjung ke sana tidak akan pulang dengan tangan kosong, karena setiap langkah di lorong-lorongnya akan meninggalkan kesan dan pengetahuan baru yang melekat lama.
1. Sanxingdui Museum
Didirikan pada 18 November 1986, Museum Sanxingdui berdiri megah di Kota Guanghan, Provinsi Sichuan. Luasnya lebih dari 60 ribu meter persegi dengan koleksi sekitar 7.000 artefak, menjadikannya salah satu situs budaya paling berharga di Tiongkok. Tiket masuknya relatif terjangkau, hanya 50 RMB per orang, dengan jam operasional dari Selasa hingga Minggu, pukul 09.00 hingga 17.00. Jika Anda berkunjung, sebaiknya sediakan waktu minimal dua jam hingga setengah hari agar bisa benar-benar menikmati setiap sudutnya.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat yang Wajib Dikunjungi di Shangri-La
Yang membuat Sanxingdui Museum begitu memikat adalah koleksi masterpiece yang jarang ditemukan di tempat lain: topeng-topeng perunggu berwajah misterius, ukiran gading yang detail dan indah, perhiasan emas yang memancarkan kejayaan, hingga bejana upacara yang penuh simbolisme spiritual. Setiap benda bukan hanya hasil karya seni, tapi juga jendela yang membuka cerita tentang kepercayaan, kebiasaan, dan imajinasi masyarakat Shu ribuan tahun lalu. Melihatnya, kita seperti diajak menembus waktu ke sebuah peradaban yang penuh misteri.
Tidak berhenti pada koleksi statis, museum ini juga memanfaatkan teknologi modern untuk memperkaya pengalaman pengunjung. Ada pameran interaktif yang membuat artefak terasa hidup, mulai dari simulasi penggalian arkeologi hingga tur virtual ke situs ekskavasi. Pendekatan ini membuat sejarah terasa dekat, bahkan bagi mereka yang sebelumnya mungkin tidak terlalu akrab dengan dunia arkeologi. Museum juga aktif berkolaborasi dengan sekolah dan komunitas setempat, memastikan warisan budaya Sanxingdui tetap dipahami dan diapresiasi oleh generasi muda.
Berjalan di galeri-galeri museum, kita akan menemukan alur yang terkurasi dengan cermat. Setiap ruang menghadirkan bab berbeda dari kisah peradaban Sanxingdui, mulai dari teknologi perunggu yang luar biasa hingga artefak unik hasil penggalian besar. Semua itu bukan sekadar benda tua, melainkan bukti nyata kreativitas dan inovasi manusia ribuan tahun silam. Bagi siapa saja—baik peneliti, wisatawan, maupun pencinta sejarah, kunjungan ke Museum Sanxingdui adalah pengalaman yang bukan hanya mendidik, tapi juga memukau dan tak terlupakan.


2. Henan Museum
Didirikan pada tahun 1927, Henan Museum termasuk salah satu museum tertua di Tiongkok sekaligus museum nasional pertama yang dibangun bersama oleh pemerintah pusat dan daerah. Setelah beberapa kali dipindahkan dari Kaifeng ke Zhengzhou, museum ini akhirnya resmi dibuka kembali pada 1 Mei 1998. Kini, Henan Museum menjadi salah satu museum komprehensif terbesar di negeri ini, dengan koleksi sekitar 140 ribu artefak, termasuk lebih dari 5.000 benda tingkat pertama dan kedua. Luas areanya mencapai 100 ribu meter persegi, dengan tiket masuk gratis, menjadikannya tujuan budaya yang ramah bagi siapa saja yang ingin menyelami sejarah Tiongkok kuno.
Bangunan museum sendiri merupakan karya arsitektur yang memadukan keagungan dan keanggunan, dengan gaya unik yang mencerminkan budaya Dataran Tengah (Central Plain Culture). Paviliun utama berbentuk piramida di bagian tengah menjadi galeri pameran paling penting, sementara gedung-gedung lainnya digunakan sebagai ruang layanan, pusat pelatihan, serta penyimpanan koleksi. Rancangan ini bukan hanya megah secara visual, tapi juga menciptakan suasana yang tepat untuk menghadirkan warisan budaya dalam nuansa yang otentik.
Henan Museum terus berkembang mengikuti zaman. Pada tahun 2009, ruang pameran lamanya direnovasi menjadi ruang pamer permanen bertema Astronomi Kuno, ditambah empat galeri tematik dan pameran khusus. Pameran Astronomi Kuno dibagi dalam delapan ruang yang menelusuri perkembangan sejarah dari masyarakat primitif hingga Dinasti Song dan Yuan. Lantai pertama menampilkan kehidupan pada masa Prasejarah, Dinasti Xia & Shang, serta Dinasti Zhou Barat dan Zhou Timur. Di lantai kedua, pengunjung bisa menjelajah ke masa Dinasti Han Barat dan Han Timur, masa Han & Jin, Sui & Tang, hingga kejayaan Song & Yuan. Dengan alur yang terstruktur, pengunjung seakan menempuh perjalanan panjang menyeberangi ribuan tahun sejarah.
Selain itu, ada empat galeri tematik yang menampilkan khazanah budaya dari berbagai sisi. Di Chu State Bronze Hall, kita bisa melihat harta perunggu dari makam bangsawan Chu di Henan, termasuk Cloud Design Jin yang merupakan artefak tuang tertua dengan teknik cire perdue. Di Ancient Jade Article Hall, koleksi giok memperlihatkan betapa kayanya tradisi perhiasan giok sejak Dinasti Xia, Shang, dan Zhou. Sementara itu, Ming & Qing Treasure Hall menampilkan keramik, bordir, ukiran gading, pernis, serta emas dan perak yang mencerminkan puncak perkembangan seni Tiongkok klasik. Tidak ketinggalan, Ancient Stone Carvings Hall menyimpan relief batu dari Dinasti Han yang ditemukan di Nanyang dan Shangqiu, menghadirkan wajah sejarah dengan detail yang hidup.
Henan Museum bukan sekadar tempat menyimpan benda kuno. Ia adalah ruang yang menghidupkan kembali kisah panjang peradaban Tiongkok, sekaligus membukakan mata kita pada betapa luas dan dalamnya warisan budaya yang membentuk negeri ini. Untuk benar-benar menikmati dan memahami koleksinya, setidaknya sediakan waktu tiga hingga empat jam ketika berkunjung. Di sini, setiap langkah bukan hanya perjalanan fisik, tapi juga perjalanan menembus ribuan tahun sejarah.


3. Hubei Provincial Museum
Didirikan pada tahun 1953, Museum Provinsi Hubei adalah salah satu museum paling penting di Tiongkok, dengan luas area hampir 82 ribu meter persegi. Dari total luas tersebut, sekitar 8.000 meter persegi digunakan untuk ruang pameran, sementara Chime Hall menempati 5.717 meter persegi. Koleksinya mencapai lebih dari 240 ribu artefak, termasuk seribu lebih benda tingkat nasional kelas satu. Beberapa mahakarya yang paling terkenal antara lain Pedang Goujian yang legendaris, Chime-bells dari makam Marquis Yi Negara Zeng, fosil tengkorak manusia dari Yun County, serta vas plum biru-putih “Empat Cinta” dari Dinasti Yuan. Menariknya, tiket masuk ke museum ini gratis (dari gerbang barat), kecuali untuk pameran khusus.
Museum ini pertama kali dinamai pada 1960 oleh Wakil Presiden Dong Biwu, dan kini berstatus museum kelas satu nasional serta salah satu dari delapan museum negara yang dibangun bersama pemerintah pusat dan daerah. Tidak hanya menjadi tujuan wisata budaya tingkat AAAAA, museum ini juga merupakan pusat penelitian ilmiah penting, khususnya dalam bidang pelestarian barang-barang pernis kuno. Yang membuatnya unik, banyak koleksi museum berasal langsung dari penggalian arkeologis di wilayah Hubei, sehingga menampilkan kekayaan budaya lokal yang khas. Contohnya, tembikar telur tipis bercorak dari Kebudayaan Qujialing pada Zaman Neolitik, giok berbentuk manusia dan elang dari reruntuhan Tianmen Shijia, serta artefak besar seperti jade Ge dan tripod perunggu dari Kota Panlong.
Hubei Provincial Museum kini memiliki sekitar 10 pameran permanen, dan setiap tahunnya menyelenggarakan pameran temporer serta pameran pertukaran domestik maupun internasional. Salah satu atraksi budaya yang terkenal adalah pertunjukan musik Chime-bells dan tari tradisional, yang berhasil menghadirkan kembali suasana megah istana kuno dengan cara yang segar dan menghibur. Pertunjukan ini menjadi daya tarik tersendiri, karena tidak hanya memamerkan artefak, tapi juga menghidupkan kembali budaya yang dulu benar-benar pernah ada.
Salah satu penemuan arkeologi terbesar di Hubei adalah Makam Marquis Yi dari Negara Zeng, ditemukan pada 1978. Makam yang berusia lebih dari 2.400 tahun ini menghasilkan lebih dari sepuluh ribu artefak yang masih terawat dengan baik, dan membuat geger dunia arkeologi internasional. Selain itu, ada juga Pameran Budaya Chu yang menampilkan kehidupan dan pemikiran orang-orang Chu kuno secara lengkap. Koleksi lain yang tak kalah menarik termasuk emas batangan dari makam Pangeran Liangzhuang yang membuktikan kisah pelayaran Zheng He ke Samudra Barat, koleksi porselen, benda pernis dari Dinasti Qin & Han, hingga pahatan batu dari Jiuliandun dan Panlong City. Semua ini menggambarkan betapa kayanya warisan budaya Hubei.
Mengunjungi Museum Provinsi Hubei sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari pesona daerahnya sendiri. Hubei, yang sering dijuluki atap Tiongkok tengah, berada di sepanjang aliran tengah Sungai Yangtze. Wilayah ini bukan hanya kaya budaya, tapi juga indah secara alamiah. Anda bisa memperkaya perjalanan dengan singgah di Menara Bangau Kuning di Wuhan, menyaksikan Kung Fu Wudang di Gunung Wudang yang masuk warisan dunia, menikmati pesiar di Tiga Ngarai dari Yichang, atau berjalan di atas tembok kuno Jingzhou sambil membayangkan kejayaan budaya Chu di masa lampau. Perpaduan sejarah, seni, dan alam membuat kunjungan ke Hubei terasa lengkap dan tak terlupakan.


4. Hunan Museum
Museum Hunan, yang berdiri sejak 1951 di Kota Changsha, adalah museum sejarah terbesar di Provinsi Hunan sekaligus salah satu dari delapan museum nasional yang dibangun bersama pemerintah pusat dan daerah. Dengan luas mencapai 91 ribu meter persegi dan koleksi lebih dari 180 ribu artefak, museum ini menjadi pusat penting untuk memahami peradaban kuno Hunan. Di antara koleksinya, ada tujuh harta paling berharga, seperti gaun tipis tanpa lapisan dari Dinasti Han Barat, lukisan sutra berbentuk T, lukisan sosok yang menunggang naga, serta perunggu berbentuk babi dan berbagai karya seni lainnya yang merekam estetika dan kehidupan spiritual masa lampau. Museum ini tidak memungut tiket masuk, meskipun jumlah pengunjung dibatasi hingga 15.000 orang per hari.
Pada 29 November 2017, setelah lima tahun renovasi besar-besaran, Museum Hunan resmi dibuka kembali dengan wajah baru. Hasilnya, kini museum ini bukan hanya tempat penyimpanan benda kuno, tetapi juga ruang seni dan budaya modern yang menghadirkan pengalaman lebih interaktif. Bangunan lima lantai dengan satu basement dirancang untuk menampung dua pameran permanen: yaitu Mawangdui dan Hunanese, serta empat pameran tematik yang membahas perunggu, keramik, kaligrafi & lukisan, serta kerajinan. Di lantai paling atas terdapat aula multifungsi, restoran, dan taman atap, sementara lantai-lantai lain dipenuhi galeri tematik yang membuat kunjungan terasa menyeluruh dan nyaman.
Salah satu daya tarik terbesar tentu saja Pameran Makam Dinasti Han Barat di Mawangdui. Dari 1972 hingga 1974, tiga makam megah berhasil digali, memunculkan lebih dari 3.000 benda pemakaman. Koleksinya luar biasa: kain sutra, manuskrip, lukisan sutra, benda pernis, keramik, segel, obat-obatan herbal Tiongkok, hingga struktur kompleks makam yang sangat rumit. Penemuan ini disebut-sebut sebagai salah satu temuan arkeologi paling penting abad ke-20, karena memberikan gambaran yang hampir utuh tentang kehidupan bangsawan Han, dari busana hingga dunia spiritual mereka.
Selain itu, Pameran Hunanese di lantai dua menyoroti sejarah dan budaya lokal Hunan. Pameran ini dibagi menjadi lima bagian, termasuk “Dari Mana Hunan Berasal” yang menampilkan situs prasejarah Huzhua Mountain, “Kekayaan Danau Dongting” yang menyoroti sumber daya alam dan ekonomi, serta “Jejak Kehidupan Sehari-hari” yang menghadirkan artefak seperti Minfang Lei, bejana anggur perunggu yang berhasil dipulangkan ke Tiongkok pada 2014 setelah lama berada di luar negeri. Ada juga bagian “Semangat Hunan” yang menampilkan kecapi tujuh senar milik reformis Tan Sitong. Di lantai pertama, pengunjung bisa menemukan galeri pameran temporer, auditorium akademik, toko buku, toko suvenir, hingga area pengalaman VR yang membuat sejarah terasa hidup.
Mengunjungi Museum Hunan adalah perjalanan lengkap: dari menyusuri harta karun Mawangdui yang penuh misteri hingga menelusuri budaya lokal Hunan yang dinamis. Bagi pencinta sejarah, dua hingga tiga jam di museum ini akan terasa padat dan berharga, seolah menembus waktu untuk memahami warisan besar yang ditinggalkan ribuan tahun lalu.


5. Nanjing Museum
Museum Nanjing, yang berdiri pada tahun 1933 sebagai National Central Museum, adalah salah satu museum tertua di Tiongkok sekaligus museum nasional komprehensif pertama berskala besar. Kini, museum ini termasuk dalam tiga museum teratas di Tiongkok, bersama dengan Forbidden City di Beijing dan Museum Shaanxi di Xi’an. Koleksinya sangat luar biasa: lebih dari 430 ribu artefak, termasuk 1.062 benda tingkat nasional kelas satu. Dari peninggalan Zaman Paleolitik hingga karya seni kontemporer, koleksi ini mencakup batu, keramik, giok, perunggu, porselen, lukisan, kaligrafi, bordir, hingga benda-benda seni rakyat yang semuanya bernilai tinggi secara sejarah dan budaya.
Dengan luas 84.800 meter persegi, museum ini menjadi rumah bagi 18 pusaka nasional yang langka. Beberapa di antaranya adalah ornamen giok beruntai dari zaman Neolitik, bejana perunggu berongga nan indah, koin Chu dari periode Negara Perang, segel giok Pangeran Guangling dari Dinasti Han Timur, hingga vas merah berglasir bergambar bambu, pinus, dan plum dari Dinasti Ming. Setiap benda bukan hanya artefak, melainkan juga kisah nyata tentang keindahan, kepercayaan, dan pencapaian teknologi masyarakat Tiongkok kuno.
Dalam perkembangannya lebih dari 80 tahun, Nanjing Museum kini terdiri atas enam galeri besar dengan karakteristik berbeda: Galeri Sejarah, Galeri Seni, Galeri Pameran Temporer, Galeri Periode Republik, Galeri Warisan Takbenda, dan Galeri Digital. Galeri Sejarah, misalnya, menampilkan lebih dari 3.000 artefak arkeologis dan etnologis yang mengisahkan perjalanan politik, ekonomi, dan budaya Provinsi Jiangsu dari masa ke masa. Galeri Seni menyuguhkan lukisan, kaligrafi, patung, serta ruang khusus untuk para maestro, seperti Fu Baoshi, Chen Zhifo, hingga pelukis minyak Su Tianchi.
Baca juga: 10 Rekomendasi Tempat yang Wajib Dikunjungi di China pada Bulan Oktober 2025
Sementara itu, Galeri Periode Republik menghadirkan nuansa nostalgia dengan arsitektur tematik berupa restoran tua, rumah teh, kantor surat kabar, kantor pos, teater, hingga stasiun kereta. Pengunjung seakan diajak menembus waktu untuk menyaksikan langsung kehidupan masyarakat di masa Republik Tiongkok awal. Galeri Warisan Takbenda juga tidak kalah menarik, karena di sana kita bisa melihat pertunjukan budaya rakyat, kerajinan tangan tradisional, hingga seni pertunjukan lisan yang masih dijaga hingga kini.
Bagi yang ingin menjelajah Nanjing Museum kapan saja, Galeri Digital adalah jawabannya. Dengan pameran virtual yang dirancang menyerupai galeri nyata, museum ini menghadirkan warisan kuno Jiangsu ke layar Anda tanpa mengenal waktu tutup. Tentu, pengalaman langsung tetap tak tergantikan, terutama jika Anda menyempatkan waktu 2 hingga 4 jam untuk mengunjungi museum ini secara fisik. Perpaduan koleksi langka, arsitektur megah, dan cara penyajian yang inovatif membuat Nanjing Museum benar-benar layak disebut sebagai salah satu permata budaya terbesar di Tiongkok.


6. Shaanxi History Museum
Museum Sejarah Shaanxi, yang dibuka pada Juni 1991, berdiri megah di sebelah barat Pagoda Angsa Liar Besar (Giant Wild Goose Pagoda) di Xi’an. Dengan area seluas 650 ribu meter persegi, museum ini dianggap sebagai museum nasional modern pertama di Tiongkok, sekaligus salah satu yang terbesar. Koleksinya mencapai 370 ribu artefak, dengan 762 di antaranya dikategorikan sebagai benda kelas A. Tak heran jika museum ini disebut sebagai “mutiara terang di Tiongkok” sekaligus istana seni yang menghadirkan kembali kejayaan 13 dinasti besar yang pernah beribu kota di Xi’an.
Koleksi museum ini membentang lebih dari satu juta tahun perjalanan sejarah manusia. Dari perkakas batu sederhana para leluhur kuno hingga perhiasan emas dan perak yang menakjubkan dari Dinasti Tang, semuanya bisa ditemukan di sini. Beberapa pusaka nasional yang terkenal antara lain Segel Giok Permaisuri, Cawan Akik dengan Kepala Hewan Berlapis Emas, Tripod Yu, Censer Bambu Emas dan Perak dari Dinasti Han Barat, hingga lukisan dinding indah dari Dinasti Tang. Setiap artefak bukan sekadar benda, melainkan jejak nyata kreativitas, spiritualitas, dan kecanggihan teknologi di masa lalu.
Museum ini terbagi menjadi lima bagian utama: Aula Pendahuluan, Pameran Permanen, Pameran Topik, Pameran Temporer, dan Galeri Internasional. Dari berbagai pameran tersebut, ada tiga yang wajib dilihat: Peradaban Kuno Shaanxi, Lukisan Makam Tang, dan Harta Karun Dinasti Tang Besar. Pameran Peradaban Kuno Shaanxi, yang dibuka sejak 2008, menempati area 4.600 meter persegi dan menampilkan lebih dari 2.000 artefak berharga. Di sana, pengunjung bisa menyusuri tujuh tahap sejarah mulai dari prasejarah, Zhou, Qin, Han, Wei-Jin, Dinasti Selatan & Utara, Sui-Tang, hingga Song-Yuan-Ming-Qing. Koleksinya mencakup tembikar bercat, perunggu Zhou, senjata kuno, hingga komponen arsitektur Qin yang monumental.
Salah satu galeri paling memukau adalah Tang Tombs Murals Hall, yang berada di lantai bawah timur museum. Dengan luas 4.200 meter persegi, galeri ini menampilkan sekitar 600 lukisan dinding dari makam-makam Dinasti Tang, dengan 18 di antaranya berstatus harta nasional. Lukisan-lukisan ini menggambarkan bangunan bergaya unik, tokoh-tokoh bangsawan yang hidup, pemandangan alam, serta peralatan khas Tang yang sangat detail. Bagi para peneliti maupun pecinta seni, mural ini adalah dokumen visual tak ternilai tentang kehidupan mewah para bangsawan Tang.
Tak kalah menarik, pameran Harta Karun Dinasti Tang Besar memamerkan lebih dari 30 set perhiasan giok dan emas yang ditemukan di Desa Hejia pada 1970. Koleksinya juga mencakup 466 koin kuno dari berbagai logam, termasuk emas, perak, tembaga, bahkan koin impor dari Jepang dan Romawi Timur. Di antara koleksi itu, salah satu yang paling menakjubkan adalah Cawan Akik dengan Kepala Hewan Berlapis Emas, pusaka yang memadukan keanggunan seni dengan kejayaan budaya kosmopolitan Tang.
Dengan tiket gratis untuk pameran permanen (meski terbatas hanya 4.000 tiket per hari), Museum Sejarah Shaanxi menjadi destinasi yang sayang dilewatkan jika Anda berkunjung ke Xi’an. Untuk benar-benar menikmati koleksi dan memahami kisah di baliknya, setidaknya sediakan waktu 3 hingga 4 jam. Di sini, setiap langkah serasa membawa kita lebih dekat pada denyut kehidupan peradaban kuno yang pernah menjadikan Shaanxi pusat budaya Tiongkok.


7. Shanghai Museum
Museum Shanghai, yang resmi dibuka pada 12 Oktober 1996, adalah salah satu museum seni kuno Tiongkok paling terkenal, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Berdiri di People’s Square, pusat kota Shanghai, museum ini memiliki luas sekitar 39.200 meter persegi dan menyimpan lebih dari 120 ribu koleksi, termasuk 717 artefak kelas satu nasional. Bangunannya sendiri menjadi daya tarik tersendiri: berbentuk kubah bundar di atas dasar persegi, sebuah rancangan yang indah memadukan simbol budaya tradisional dengan gaya arsitektur modern. Dengan empat lantai di atas tanah dan dua lantai bawah tanah, museum ini menampung tiga aula pameran utama dan dua belas galeri khusus.
Di lantai pertama, pengunjung bisa menemukan Galeri Perunggu Kuno dan Galeri Patung. Lebih dari 400 artefak perunggu dipamerkan dalam kabinet kayu elegan dengan pencahayaan hijau lembut yang menciptakan suasana sakral. Sementara itu, lebih dari 120 patung dari kayu, keramik, emas, hingga perunggu, termasuk patung Buddha dari Dinasti Wei Utara, Sui, dan Tang, menghiasi ruang pamer. Salah satu artefak paling berkesan adalah patung Buddha batu dari Dinasti Tang, meskipun kehilangan satu lengannya, keindahannya tetap memikat dan bahkan dijuluki “Venus dari Timur”.
Naik ke lantai dua, pengunjung akan menemukan Galeri Keramik Kuno yang menampilkan lebih dari 500 karya keramik dari berbagai periode, mulai dari tembikar berwarna-warni Neolitik, seladon Dinasti Han Timur, keramik triwarna Tang, hingga keramik istana Dinasti Song, Jin, dan Liao. Bagian yang paling menonjol adalah koleksi keramik biru kuno dari zaman Shang, Zhou, hingga Periode Negara Perang, yang menunjukkan evolusi teknologi dan estetika porselen Tiongkok.
Lantai tiga dikhususkan untuk lukisan, kaligrafi, dan cap kuno. Lebih dari 120 karya kaligrafi dipamerkan, termasuk karya Wang Xianzhi, Tang Gaoxian, dan Huai Su. Galeri lukisan menampilkan karya langka seniman besar seperti Tang Sunwei dan Song Liangkai. Tak kalah menarik, Galeri Cap Kuno Tiongkok menjadi pelopor di bidangnya, dengan koleksi lebih dari 10 ribu cap yang tak hanya berfungsi administratif, tapi juga bernilai seni tinggi.
Di lantai empat, pengunjung bisa menjelajah ke galeri kerajinan nasional, jade kuno, furnitur Dinasti Ming & Qing, serta mata uang kuno. Di sini, museum menampilkan sekitar 600 kerajinan tangan etnis seperti bordir sutra, pernis, ukiran bambu, anyaman, hingga topeng tradisional. Ruang Mata Uang Jalur Sutra memamerkan lebih dari 7.000 koin dari berbagai bahan dan dinasti, bahkan termasuk koin asing, yang memperlihatkan sejarah panjang perdagangan dan pertukaran budaya antara Tiongkok dan dunia. Sementara itu, Galeri Furnitur Ming & Qing menghadirkan lebih dari 100 set perabot antik dari keluarga bangsawan Wang Shixiang dan Chen Mengjia, menunjukkan standar tertinggi keindahan, selera, dan keahlian dalam dekorasi rumah kuno Tiongkok.
Dengan tiket masuk gratis, Museum Shanghai adalah tempat sempurna untuk menghabiskan 3 hingga 4 jam menikmati perjalanan seni Tiongkok dari zaman kuno hingga akhir kekaisaran. Bukan hanya koleksinya yang kaya, tetapi juga tata ruang dan cara penyajian yang membuat museum ini layak disebut sebagai salah satu pusat seni dan budaya paling penting di Asia.


8. National Museum of China
Museum Nasional Tiongkok (National Museum of China, NMC) berdiri megah di sisi timur Lapangan Tiananmen, Beijing. Resmi dibuka pada Agustus 1959 dan hasil penggabungan Museum Sejarah Tiongkok serta Museum Revolusi Tiongkok pada tahun 2003, NMC kini diakui sebagai museum dengan area bangunan tunggal terbesar di dunia. Dengan luas hampir 200 ribu meter persegi, lebih dari 1,3 juta koleksi, dan 48 ruang pameran, museum ini benar-benar menjadi “aula leluhur peradaban Tiongkok”, tempat yang merangkum 5.000 tahun sejarah bangsa sekaligus menjalin dialog budaya dengan dunia.
Koleksinya begitu luar biasa, mulai dari peninggalan Zaman Batu hingga artefak modern. Beberapa mahakarya nasional yang wajib dilihat antara lain Houmuwu Ding (bejana perunggu terbesar di dunia dari Dinasti Shang), Da Yu Ding, Naga giok, kapak giok berbentuk bangau dan ikan, serta Basin dengan pola ikan dan wajah manusia yang unik. Dengan lebih dari 700 artefak tingkat nasional kelas satu, NMC tidak hanya pamer benda, tapi juga menceritakan perjalanan panjang budaya, politik, dan masyarakat Tiongkok.
Museum ini memiliki lima lantai setinggi 42,5 meter, dilengkapi dengan ruang kuliah, teater, perpustakaan, hingga area publik. Selain itu, ada banyak pameran tematik jangka panjang: Seni Patung Buddha Tiongkok Kuno, Seni Perunggu Kuno, Seni Giok, Uang Kuno, hingga koleksi lukisan kipas Dinasti Ming dan Qing. Setiap ruang galeri diatur dengan desain modern namun tetap menonjolkan aura historis, sehingga pengalaman kunjungan terasa imersif.
Dengan tiket masuk gratis (kecuali pameran khusus), 3–4 jam biasanya cukup untuk menjelajah bagian utama museum, meskipun banyak orang merasa perlu datang lebih dari sekali untuk benar-benar menyerap semuanya. Bagi siapa pun yang ingin memahami Tiongkok, Museum Nasional ini adalah tempat yang tak boleh dilewatkan.


9. Emperor Qinshihuang's Mausoleum Site Museum
Museum Mausoleum Qin Shi Huang di Xi’an, Provinsi Shaanxi, adalah salah satu destinasi budaya paling mendunia di Tiongkok. Resmi dibuka pada 1 Oktober 1979, museum ini berdiri di atas area seluas 56 ribu meter persegi dan menyimpan lebih dari 3.000 artefak berharga. Namun, yang membuatnya terkenal ke seluruh dunia tentu adalah Prajurit dan Kuda Terracotta – barisan patung tanah liat berukuran manusia dan kuda yang menjadi penjaga abadi Kaisar Pertama Tiongkok di alam baka. Selain itu, museum ini juga menyimpan kereta dan kuda perunggu, artefak giok, hingga berbagai senjata perunggu yang mencerminkan kekuatan serta kehebatan Dinasti Qin.
Berjalan di antara aula pameran terasa seperti melangkah mundur ke masa lebih dari dua ribu tahun lalu, ketika Kaisar Qin Shi Huang berkuasa. Pengunjung dapat melihat dari dekat detail tiap prajurit terracotta yang unik, karena tidak ada dua wajah yang sama. Lebih dari 8.000 patung, lengkap dengan kuda dan kereta tempur, tertata rapi sebagai simbol kesiapan sang kaisar menjaga kekaisarannya bahkan setelah wafat. Penemuan spektakuler ini bukan hanya mengungkap misteri arkeologi, tetapi juga menjadi bukti nyata kecanggihan teknologi dan seni pada masa Qin.
Museum ini tidak sekadar ruang pajang benda kuno, tapi juga menawarkan pengalaman edukatif yang interaktif. Melalui teknologi multimedia modern, pengunjung bisa menyaksikan rekonstruksi visual tentang momen-momen penting, seperti penyatuan Tiongkok oleh Kaisar Qin dan pembangunan Tembok Besar. Pameran tematik, program edukasi, hingga acara budaya yang rutin diadakan membuat museum ini menjadi pusat pertukaran pengetahuan dan budaya, sekaligus menjembatani masa lalu dengan masa kini.
Tak heran jika banyak orang menganggap kunjungan ke Museum Mausoleum Qin Shi Huang sebagai perjalanan seumur hidup. Di sinilah sejarah benar-benar terasa hidup: dari ukiran halus artefak giok, dentingan perunggu, hingga tatapan dingin prajurit tanah liat yang seolah menembus ribuan tahun. Disarankan untuk meluangkan setidaknya setengah hari hingga satu hari penuh agar bisa menikmati setiap detailnya. Bagi sejarawan, pelancong, atau siapa saja yang ingin merasakan kebesaran warisan budaya Tiongkok, museum ini adalah salah satu destinasi yang wajib ada dalam daftar.


10. The Palace Museum
Palace Museum atau yang lebih kita kenal sebagai Istana Kekaisaran di Kota Terlarang (Forbidden City), adalah permata budaya Tiongkok yang berdiri megah di pusat Beijing. Resmi dibuka pada 10 Oktober 1925, museum ini tidak hanya menjadi rumah bagi istana kayu terbesar dan paling terawat di dunia, tetapi juga menyimpan koleksi artefak kuno yang luar biasa. Dengan luas lebih dari 723 ribu meter persegi dan koleksi mencapai 1,86 juta artefak, termasuk hampir 8.000 benda kelas satu nasional, Palace Museum dianggap sebagai puncak dari sejarah seni dan budaya Tiongkok, sekaligus warisan dunia yang dijaga bersama oleh umat manusia.
Di balik gerbang megahnya, pengunjung bisa menemukan harta karun budaya dari Dinasti Ming dan Qing, mulai dari lukisan klasik seperti Riverside Scene at Qingming Festival hingga peta, kaligrafi, dan karya seni unik dari berbagai periode sejarah. Istana ini bukan hanya museum, tetapi juga fosil hidup sejarah kekaisaran Tiongkok, yang menghadirkan gambaran nyata tentang kehidupan politik, budaya, dan estetika istana selama lebih dari lima abad. Menyusuri koridor-koridor panjangnya, kita bisa membayangkan bagaimana para kaisar dan bangsawan menjalani kehidupan mereka, lengkap dengan ritual, kemegahan, dan simbol-simbol kekuasaan yang begitu detail.
Rute kunjungan yang paling direkomendasikan adalah menyusuri sumbu tengah istana dan singgah ke berbagai aula megah di kedua sisinya. Beberapa titik penting antara lain Hall of Supreme Harmony (Taihe Dian), Palace of Heavenly Purity (Qianqing Gong), serta Taman Cining yang menghadirkan suasana tenang dan harmonis. Selain bangunan bersejarahnya, museum ini juga memiliki sepuluh galeri permanen dengan koleksi luar biasa, mulai dari keramik, perunggu, lukisan, kaligrafi, hingga jam kuno yang menakjubkan. Ada juga pameran temporer bertema khusus yang rutin digelar, serta pameran keliling ke luar kota sebagai bentuk pertukaran budaya.
Baca juga: 7 Festival Tradisional di China yang Menarik untuk Anda Ketahui!
Mengunjungi Palace Museum bagaikan berjalan di antara dua dunia: masa lalu yang penuh kejayaan dan masa kini yang terbuka bagi semua orang. Dari istana yang dulu tertutup rapat hanya untuk kaisar, kini masyarakat dunia bisa masuk dan menyaksikan sendiri kemegahannya. Disarankan meluangkan waktu antara 2 jam hingga satu hari penuh, karena setiap sudut istana menyimpan cerita yang layak direnungkan. Palace Museum bukan sekadar tempat wisata, tetapi simbol identitas bangsa Tiongkok, sebuah panggung sejarah yang memungkinkan kita untuk lebih memahami peradaban besar yang telah bertahan dan berkembang selama ribuan tahun.


Penutup: Jejak Sejarah yang Tak Pernah Padam
Setelah menelusuri sepuluh museum terbesar dan paling berpengaruh di Tiongkok, kita bisa melihat betapa kayanya negeri ini dengan warisan budaya dan sejarah. Dari prajurit Terracotta di Xi’an, artefak perunggu Sanxingdui, lukisan klasik di Forbidden City, hingga koleksi jade dan keramik yang menakjubkan di Shanghai dan Nanjing, semuanya menyimpan kisah tentang peradaban yang berkembang selama ribuan tahun. Setiap museum bukan sekadar tempat menyimpan benda kuno, melainkan ruang yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Bagi kita yang berkunjung, museum-museum ini bukan hanya memberikan informasi, tapi juga pengalaman emosional: rasa takjub, kagum, bahkan haru ketika menyadari bagaimana sebuah bangsa menjaga identitasnya lewat benda-benda peninggalan. Koleksi-koleksi itu adalah “kode genetik” budaya Tiongkok, yang merekam perjalanan panjang bangsa dari masa prasejarah, zaman dinasti, hingga menuju modernitas.
Kunjungan ke museum juga mengingatkan kita bahwa sejarah bukan sekadar catatan di buku, tapi sesuatu yang hidup, yang bisa disentuh dan dipelajari dari dekat. Dengan cara itu, kita bisa memahami lebih dalam makna peradaban, dan bagaimana nilai-nilai lama bisa memberi inspirasi bagi masa depan. Jadi, apakah Anda seorang peneliti, pelajar, atau sekadar wisatawan yang penasaran, mengunjungi museum-museum besar di Tiongkok adalah perjalanan budaya yang akan memperkaya pikiran dan hati.
Pada akhirnya, museum bukan hanya ruang pamer, melainkan jembatan memori manusia. Mereka menjaga warisan agar tidak terlupakan, sekaligus mengajarkan kita satu hal penting: bahwa sejarah selalu punya cara untuk tetap hidup, selama kita bersedia mendengarkan ceritanya.
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
