Rekomendasi Itinerary 17 Hari Menyusuri Keindahan Tibet dan Budayanya
Hanifam
10/16/202518 min read


Berlibur Mengelilingi Jalur Sutra China
Ada sesuatu yang memikat dari perjalanan panjang melintasi tanah yang dulu menjadi jalur perdagangan paling terkenal di dunia, yaitu Jalur Sutra. Di sepanjang rute ini, berbagai budaya, agama, dan tradisi pernah bertemu dan saling memengaruhi, meninggalkan jejak yang masih terasa hingga hari ini. Menyusuri jalur yang sama menuju Tibet bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat bersejarah, tetapi juga tentang memahami bagaimana peradaban tumbuh dari pertemuan manusia yang berbeda latar dan keyakinan.
Perjalanan selama 17 hari ini menghadirkan keseimbangan antara sejarah dan spiritualitas. Dari Xi’an yang menjadi titik awal Jalur Sutra hingga ke Lhasa yang penuh dengan warna religius, setiap pemberhentian memiliki kisahnya sendiri. Di Dunhuang, Anda akan menemukan dinding gua yang dihiasi lukisan ribuan Buddha yang telah bertahan selama berabad-abad. Sementara di Linxia, lantunan azan dari menara masjid menandakan bahwa Jalur Sutra bukan hanya tentang perdagangan sutra dan rempah, tetapi juga tentang pertukaran pemikiran dan kepercayaan yang mendalam.
Tibet menjadi puncak dari perjalanan ini, sebuah wilayah di mana budaya, alam, dan keyakinan berpadu secara harmonis. Potala Palace berdiri megah di atas bukit merah, seperti simbol spiritual yang mengawasi kota Lhasa. Saat Anda duduk di halaman Drepung Monastery dan mendengar para biksu berdebat tentang ajaran Buddha dengan penuh semangat, ada rasa damai yang sulit dijelaskan. Seakan waktu melambat, memberi ruang bagi Anda untuk merenungi perjalanan yang telah dilalui.
Selama 17 hari, Anda akan melintasi gurun, pegunungan, dan kota-kota kuno yang menyimpan kekayaan sejarah luar biasa. Setiap hari akan membawa pengalaman baru, baik dalam bentuk pemandangan, cita rasa kuliner, maupun perjumpaan dengan masyarakat lokal yang ramah dan penuh cerita. Ini bukan sekadar tur budaya, tetapi sebuah perjalanan untuk memahami makna lintas waktu dan lintas keyakinan yang pernah menyatukan dunia Timur dan Barat.
1. Hari ke 1-2: Xi’an – Jejak Awal Jalur Sutra
Perjalanan Anda dimulai di Xi’an, kota yang dulu dikenal sebagai Chang’an, ibu kota lebih dari sepuluh dinasti besar di Tiongkok kuno. Di sinilah Jalur Sutra bermula, dan di sinilah pula sejarah Tiongkok terasa hidup di setiap sudutnya. Udara di kota ini membawa aroma masa lalu, dari tembok kota yang masih kokoh hingga pasar malam yang penuh warna dan suara.
Hari pertama sebaiknya Anda gunakan untuk beristirahat sejenak setelah perjalanan panjang, lalu mulai menjelajahi ikon kota ini, yaitu Terracotta Warriors. Ratusan ribu prajurit tanah liat yang berdiri tegak di bawah tanah ini dibangun untuk menjaga Kaisar Qin Shi Huang di alam baka. Melihat detail wajah mereka yang berbeda satu sama lain akan membuat Anda tertegun, seolah sedang menatap masa lalu yang membeku dalam bentuk patung. Sebaiknya datang pagi hari agar bisa menikmati suasananya dengan lebih tenang sebelum rombongan wisata besar tiba.
Sore hari, Anda bisa menuju Giant Wild Goose Pagoda, yang dulu menjadi pusat belajar dan penerjemahan naskah Buddhis dari India. Kompleks ini dikelilingi taman yang tertata rapi dan kolam air mancur yang indah, tempat yang ideal untuk berjalan santai sambil menikmati suasana kota. Jika Anda menyukai budaya lokal, cobalah ikut pertunjukan musik klasik Tiongkok di sekitar area pagoda menjelang malam.
Untuk menginap, Grand Mercure Xi’an on Renmin Square atau Eastern House Boutique Hotel bisa menjadi pilihan yang nyaman dan strategis. Keduanya berjarak tidak jauh dari pusat kota dan memiliki fasilitas modern yang tetap mempertahankan nuansa klasik. Di malam hari, jangan lewatkan Muslim Quarter, kawasan yang hidup dengan aroma rempah dan suara riuh para pedagang. Di sini Anda bisa mencicipi rou jia mo (roti isi daging khas Xi’an), mie tarik pedas, dan aneka camilan halal yang menjadi kebanggaan komunitas Hui. Tempat makan seperti De Fa Chang Dumpling Restaurant terkenal dengan variasi pangsitnya yang unik dan lezat.
Baca juga: Tour Teknologi Modern: Rekomendasi Itinerary 5 Hari Mengelilingi Pusat Budaya Modern di China
Dua hari di Xi’an akan menjadi awal yang kuat untuk memahami bagaimana budaya dan agama mulai bersilangan di Jalur Sutra. Kota ini bukan sekadar pintu gerbang sejarah, tetapi juga pengingat bahwa perjalanan lintas budaya telah berlangsung jauh sebelum istilah “globalisasi” lahir.


2. Hari ke 3: Lanzhou – Sungai Kuning dan Warisan di Tengah Pegunungan
Dari Xi’an, perjalanan Anda berlanjut menuju Lanzhou, ibu kota provinsi Gansu yang terletak di lembah sempit di antara pegunungan. Kota ini dikenal sebagai satu-satunya ibu kota provinsi yang dilalui langsung oleh Sungai Kuning (Yellow River), sungai yang dianggap sebagai sumber peradaban Tiongkok. Begitu tiba di sini, Anda akan merasakan suasana yang berbeda: lebih tenang, dengan udara pegunungan yang sejuk dan lanskap kota yang berpadu dengan aliran sungai yang megah.
Tempat pertama yang sebaiknya Anda kunjungi adalah Gansu Provincial Museum, salah satu museum terbaik di Tiongkok barat. Koleksinya luar biasa, menampilkan peninggalan arkeologis dari Jalur Sutra, patung Buddha, keramik kuno, hingga artefak dari berbagai etnis yang pernah menetap di kawasan ini. Salah satu koleksi yang paling terkenal adalah patung “Kuda Terbang dari Gangsu”, simbol kebanggaan provinsi ini. Melalui koleksi tersebut, Anda akan memahami bagaimana budaya Han, Tibet, dan Muslim Hui saling memengaruhi selama berabad-abad.
Sore hari, nikmati berjalan santai di tepi Sungai Kuning, terutama di sekitar Zhongshan Bridge yang menjadi ikon kota. Pemandangan di sepanjang sungai sangat indah saat matahari mulai turun, dengan cahaya senja yang memantul di permukaan air dan perahu kecil yang sesekali melintas. Anda juga dapat mencoba naik perahu tradisional atau sekadar duduk menikmati teh di kafe tepi sungai sambil mengamati kehidupan lokal yang berjalan perlahan.
Untuk akomodasi, Crowne Plaza Lanzhou menawarkan pemandangan langsung ke Sungai Kuning dengan kamar yang luas dan nyaman. Jika Anda lebih menyukai suasana lokal, Lanzhou Legend Hotel bisa menjadi pilihan yang lebih sederhana namun tetap strategis. Saat makan malam, jangan lewatkan kesempatan mencicipi Lanzhou Beef Noodles (Lanzhou Lamian) yang terkenal di seluruh negeri. Mi ini disajikan dalam kuah bening dengan irisan daging sapi, ketumbar, dan cabai minyak—sederhana, tetapi sangat autentik. Beberapa tempat populer antara lain Mazilu Beef Noodles dan Jinding Lamian Restaurant.
Lanzhou mungkin tidak sepopuler Xi’an atau Lhasa, namun kota ini memiliki energi tersendiri. Ia menjadi jembatan antara dunia Tiongkok bagian timur yang padat dan barat yang kering serta bergunung. Di sinilah Anda mulai melihat bagaimana agama, seni, dan perdagangan pernah berbaur, menciptakan warna budaya yang kaya dan unik.


3. Hari ke 4–5: Linxia – Persinggahan Damai di Kota Seribu Masjid
Dari Lanzhou, perjalanan berlanjut ke Linxia, sebuah kota kecil yang sering dijuluki “Kota Seribu Masjid”. Wilayah ini adalah salah satu pusat komunitas Muslim Hui terbesar di Tiongkok, tempat di mana Islam dan budaya Tiongkok berpadu dalam harmoni yang indah. Perjalanan ke Linxia dapat ditempuh sekitar dua jam melalui jalan berkelok yang menembus perbukitan. Sepanjang jalan, Anda akan melihat pemandangan lembah subur, rumah-rumah beratap datar, dan kehidupan pedesaan yang berjalan lambat.
Salah satu daya tarik utama di Linxia adalah Bingling Temple Grottoes, kompleks gua yang diukir di tebing batu di sepanjang Sungai Kuning. Untuk mencapainya, Anda perlu menyeberangi sungai dengan perahu kecil, yang sudah menjadi pengalaman tersendiri. Begitu tiba, Anda akan disambut dengan deretan patung dan lukisan Buddha yang berasal dari lebih dari 1.600 tahun lalu. Gua-gua ini mencerminkan perpaduan gaya seni India, Persia, dan Tiongkok yang berkembang melalui Jalur Sutra. Suasananya hening dan sakral, terutama jika Anda datang pagi hari saat sinar matahari menembus lembut di antara tebing.
Keesokan harinya, Anda dapat menjelajahi pusat kota Linxia untuk melihat sisi lain kehidupan masyarakat Hui. Banyak masjid dengan arsitektur unik yang menggabungkan gaya Timur Tengah dan Tiongkok, seperti Da Gongbei Mosque dan Hua Si Mosque. Warga setempat ramah dan terbuka untuk bercerita, terutama tentang tradisi Islam yang mereka pertahankan selama berabad-abad di tengah mayoritas budaya Han. Di pasar tradisional, Anda bisa menemukan kain bordir, rempah-rempah, dan makanan khas yang jarang ditemui di tempat lain.
Untuk tempat menginap, Linxia Hotel atau Tiansheng Hotel menawarkan fasilitas yang nyaman dan dekat dengan pusat kota. Jika Anda ingin pengalaman yang lebih lokal, beberapa penginapan kecil yang dikelola keluarga Hui bisa menjadi pilihan menarik. Dari jendela kamar, Anda mungkin akan melihat menara masjid berdiri di antara atap rumah-rumah tua, sebuah pemandangan yang menenangkan. Saat makan malam, cobalah hidangan khas Hui seperti sup domba hangat, roti naan, dan mie tangan. Di Linxia, makanan disajikan dengan cita rasa sederhana namun penuh karakter, mencerminkan keseimbangan antara kesederhanaan dan kekayaan budaya.
Linxia memberikan pengalaman yang lebih pribadi dibanding kota besar lain di rute ini. Di sini, Anda tidak hanya melihat sejarah, tetapi juga merasakannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Anda akan menyadari bahwa Jalur Sutra bukan hanya jalur perdagangan barang, tetapi juga jalur yang menautkan kepercayaan dan kemanusiaan.


4. Hari ke 6–7: Zhangye – Warna Alam dan Jejak Spiritualitas Jalur Sutra
Perjalanan dari Linxia menuju Zhangye membawa Anda semakin jauh ke barat, melintasi bentang alam yang mulai berubah dari hijau lembah ke warna tanah kemerahan khas barat laut Tiongkok. Kota ini mungkin tidak setenar Xi’an atau Dunhuang, tetapi Zhangye memiliki keindahan yang sangat khas—perpaduan antara keajaiban geologi dan peninggalan sejarah yang masih hidup hingga kini.
Hari pertama di Zhangye sebaiknya Anda gunakan untuk menjelajahi Zhangye National Geopark, yang dikenal luas karena Danxia Landform, atau lebih populer disebut Gunung Pelangi. Dari kejauhan, formasi batu di sini tampak seperti lukisan alam yang berlapis warna merah, kuning, dan oranye. Waktu terbaik untuk datang adalah menjelang matahari terbenam, ketika cahaya sore memperkuat warna-warna batu hingga tampak seperti ombak warna di atas tanah. Ada beberapa platform pandang di dalam kawasan taman, dan setiap sudut menawarkan pemandangan yang berbeda. Untuk menikmati suasana lebih tenang, datanglah pagi hari sebelum rombongan wisata tiba.
Keesokan harinya, Anda bisa menuju Binggou Danxia Scenic Area, yang letaknya tidak jauh dari taman utama. Di sini formasi batu tampak lebih dramatis dengan tebing-tebing tinggi dan lembah sempit. Banyak fotografer menyebut tempat ini sebagai salah satu lokasi paling fotogenik di barat laut Tiongkok. Jika cuaca cerah, Anda bisa melihat garis-garis warna yang tampak seperti sapuan kuas raksasa di dinding batu. Selain keindahan alamnya, Zhangye juga memiliki nilai sejarah tinggi karena dulunya merupakan pos penting di Jalur Sutra.
Di pusat kota, Anda dapat mengunjungi Giant Buddha Temple (Dafo Temple), yang menyimpan patung Buddha berbaring terbesar di provinsi Gansu. Suasana di dalam kuil terasa damai, dengan aroma dupa dan suara lonceng kecil yang bergema pelan. Banyak peziarah datang ke sini bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk menikmati ketenangan yang sulit ditemukan di kota besar.
Untuk akomodasi, Zhangye International Hotel menawarkan fasilitas modern dan lokasi strategis di pusat kota. Jika Anda lebih suka suasana yang lebih tenang, Yuehe Manor Boutique Hotel memiliki desain tradisional dengan sentuhan arsitektur lokal. Saat makan malam, cobalah hidangan khas Gansu seperti mie tangan Zhangye, sup daging kambing, atau roti panggang dengan saus wijen. Ada juga pasar malam kecil di kota ini, tempat Anda bisa menikmati makanan ringan lokal sambil berinteraksi dengan penduduk yang ramah.
Zhangye adalah perhentian yang menenangkan sebelum perjalanan kembali menantang di bagian barat Jalur Sutra. Alamnya yang luar biasa dan suasana spiritual yang lembut memberi ruang bagi Anda untuk berhenti sejenak dan menikmati kebesaran alam serta waktu. Di sini, langit terasa lebih luas, warna tanah lebih hangat, dan perjalanan Anda semakin terasa bermakna.


5. Hari ke 8–9: Dunhuang – Pintu Gerbang Gurun dan Cahaya Abadi di Dinding Batu
Dari Zhangye, perjalanan menuju Dunhuang membawa Anda semakin dekat ke jantung Jalur Sutra yang legendaris. Begitu memasuki wilayah ini, lanskap berubah drastis: pegunungan perlahan menghilang, digantikan oleh hamparan gurun yang luas dan langit yang seolah tak berujung. Udara terasa kering, namun hangat dengan aroma pasir dan angin gurun. Dunhuang dulu adalah oase penting bagi para kafilah yang melintasi padang pasir Taklamakan, dan hingga kini, pesonanya tetap sama—misterius, tenang, dan sarat makna spiritual.
Hari pertama di Dunhuang sebaiknya Anda habiskan di Mogao Caves, kompleks gua suci yang mungkin menjadi salah satu peninggalan Buddhis terpenting di dunia. Gua-gua ini menyimpan lebih dari 45.000 meter persegi lukisan dinding dan ribuan patung Buddha, sebagian besar berasal dari abad ke-4 hingga ke-14. Saat Anda melangkah masuk ke dalamnya, cahaya redup dan aroma lembap dari dinding batu membawa suasana khusyuk. Pemandu lokal akan membantu menjelaskan makna simbol-simbol di setiap lukisan, yang bercerita tentang ajaran, perjalanan spiritual, serta pengaruh budaya dari India, Persia, hingga Tiongkok. Untuk menjaga kelestarian, jumlah pengunjung per hari dibatasi, jadi sebaiknya tiket dipesan jauh-jauh hari.
Sore menjelang malam, arahkan langkah Anda ke Echo Sand Mountain (Mingsha Shan) dan Crescent Lake (Yueyaquan), dua ikon alam yang membuat Dunhuang semakin terkenal. Dari puncak bukit pasir, Anda dapat menyaksikan matahari perlahan tenggelam di balik ombak pasir keemasan. Angin di sini membawa suara unik yang terdengar seperti dengung lembut—itulah sebabnya gunung pasir ini disebut “echoing”. Jika ingin pengalaman yang lebih berkesan, Anda dapat mencoba naik unta melintasi bukit pasir, seperti para pedagang Jalur Sutra dahulu.
Malam hari di Dunhuang memiliki suasana yang hangat dan bersahabat. Shazhou Night Market menjadi tempat yang sempurna untuk bersantai setelah seharian menjelajah. Di sini Anda bisa mencicipi berbagai hidangan lokal, mulai dari mie domba pedas, kebab panggang, hingga buah kering dan kacang manis yang terkenal di kawasan ini. Untuk makan malam yang lebih tenang, restoran seperti Oasis Café atau Dunhuang Delicacy House menawarkan menu lokal dengan suasana yang nyaman.
Untuk tempat menginap, Silk Road Dunhuang Hotel adalah pilihan populer karena pemandangannya langsung menghadap ke bukit pasir. Desainnya memadukan arsitektur klasik dan kenyamanan modern. Alternatif lain adalah Dunhuang Grand Sun Hotel, yang berlokasi di pusat kota dan memudahkan akses ke pasar malam.
Dunhuang bukan sekadar persinggahan di tengah perjalanan panjang. Ia adalah tempat di mana seni, agama, dan alam berpadu menjadi satu. Di sini, Anda akan menyadari bahwa setiap goresan di dinding gua Mogao bukan hanya karya seni, tetapi juga doa yang diukir untuk menembus waktu.


6. Hari ke 10: Turpan – Kehangatan Oasis di Tengah Gurun
Dari Dunhuang, Anda melanjutkan perjalanan menuju Turpan, sebuah kota oasis yang dikelilingi gurun dan pegunungan tandus. Begitu tiba, Anda akan langsung merasakan udara yang lebih hangat dan kering, khas wilayah Xinjiang. Meski berada di salah satu tempat terpanas di Tiongkok, Turpan adalah simbol kehidupan yang bertahan di tengah keterbatasan. Kota ini menjadi bukti bagaimana manusia mampu beradaptasi dan memanfaatkan alam, terutama melalui sistem irigasi kuno yang luar biasa, yaitu Karez.
Mulailah hari Anda dengan mengunjungi Jiaohe Ruins, sisa-sisa kota kuno yang berdiri di atas dataran tinggi di antara dua lembah kering. Kota ini pernah menjadi pusat penting di Jalur Sutra, dan kini hanya menyisakan reruntuhan tembok, menara, dan kuil yang seolah membisikkan cerita masa lalu. Saat berjalan di antara dinding tanah liat yang lapuk, bayangkan kehidupan ribuan tahun lalu, ketika para pedagang, biksu, dan penduduk lokal berlalu-lalang membawa rempah dan sutra melintasi padang pasir.
Setelah itu, perjalanan berlanjut ke Flaming Mountains, rangkaian bukit batu berwarna merah yang berkilau di bawah sinar matahari. Pemandangan di sini sangat dramatis, terutama di siang hari ketika suhu meningkat dan batu tampak seolah menyala. Tempat ini juga sering disebut dalam legenda klasik Tiongkok Journey to the West, sehingga memiliki nilai mitologis tersendiri bagi masyarakat setempat.
Sore hari, Anda dapat mengunjungi Tuyugou Village, desa tua yang masih mempertahankan tradisi Uighur dengan sangat kuat. Rumah-rumah di sini dibangun dari tanah liat, dengan jalan sempit yang berliku dan kebun anggur di halaman belakang. Warga desa ramah dan sering mengundang wisatawan untuk mencicipi teh serta buah segar hasil kebun mereka. Ini adalah salah satu tempat terbaik untuk merasakan kehidupan oasis yang sebenarnya, di mana waktu berjalan lebih lambat dan ketenangan terasa begitu alami.
Untuk penginapan, Turpan Huozhou Hotel atau Jiaohe Manor Boutique Hotel menawarkan suasana yang nyaman dan lokasi strategis. Jika Anda menginginkan pengalaman yang lebih autentik, beberapa penginapan keluarga di Tuyugou Village juga tersedia, lengkap dengan makanan rumahan khas Uighur. Di malam hari, cobalah makan di restoran lokal seperti Eden Café atau Mubarak Restaurant, yang menyajikan hidangan tradisional seperti pilaf (nasi berbumbu daging dan wortel), kebab domba panggang, dan yoghurt segar.
Turpan adalah tempat yang memberi Anda jeda dari hiruk-pikuk kota besar. Di sini, sejarah, budaya, dan kehidupan sehari-hari berpadu dalam kesederhanaan yang tulus. Ketika matahari tenggelam di balik pegunungan berwarna merah, dan udara mulai sejuk, Anda akan memahami mengapa oasis seperti Turpan menjadi titik kehidupan yang vital di tengah kerasnya jalur gurun Jalur Sutra.


7. Hari ke 11: Urumqi – Harmoni Alam dan Budaya di Gerbang Pegunungan Tianshan
Perjalanan dari Turpan menuju Urumqi membawa Anda keluar dari dataran kering oasis menuju lanskap yang lebih hijau dan sejuk. Urumqi adalah ibu kota Xinjiang Uighur Autonomous Region, dan sekaligus salah satu kota besar paling terpencil di dunia—berjarak ribuan kilometer dari laut mana pun. Namun, justru karena keterpencilannya, kota ini menjadi titik pertemuan yang menakjubkan antara budaya Han, Uighur, Kazakh, dan Mongolia.
Pagi hari, Anda dapat memulai petualangan menuju Pegunungan Tianshan dan Heavenly Lake (Tianchi), dan ini akan menjadi salah satu hari paling menenangkan selama perjalanan. Danau ini terletak sekitar dua jam dari pusat kota, di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Airnya biru kehijauan, dikelilingi hutan pinus dan puncak gunung bersalju yang menjulang di kejauhan. Udara di sini terasa bersih dan segar, jauh dari hiruk pikuk kota. Anda bisa berjalan di sepanjang tepi danau, menyewa perahu kecil, atau sekadar duduk menikmati pemandangan dengan segelas teh hangat dari kafe tepi danau.
Di kawasan ini juga hidup masyarakat Kazakh yang masih mempertahankan gaya hidup nomaden. Jika beruntung, Anda bisa berkunjung ke salah satu tenda tradisional mereka (yurt) untuk mencicipi teh susu asin dan roti panggang khas mereka. Pengalaman seperti ini memberi perspektif lain tentang bagaimana beragam suku dan budaya hidup berdampingan di wilayah barat Tiongkok yang luas ini.
Sore hari, saat kembali ke kota, Anda bisa mengunjungi Xinjiang International Grand Bazaar, pasar terbesar di Urumqi yang penuh warna dan aroma. Di sini, musik tradisional Uighur sering terdengar dari toko-toko, dan Anda akan menemukan segala hal mulai dari permadani tangan, batu giok, hingga buah-buahan kering khas Xinjiang seperti anggur, aprikot, dan melon. Ini juga tempat yang menyenangkan untuk berbincang dengan penduduk lokal sambil menikmati segelas teh hitam manis.
Untuk akomodasi, Sheraton Urumqi Hotel menawarkan kenyamanan modern dengan pemandangan kota yang menawan, sementara Jinjiang Inn Urumqi Hongqi Road bisa menjadi pilihan yang lebih sederhana namun tetap strategis. Saat malam tiba, jangan lewatkan makan malam di restoran khas Uighur seperti Altay Restaurant atau Dolans Uyghur Cuisine, yang menyajikan kebab domba, laghman (mi tangan Uighur), dan roti naan hangat langsung dari tungku tanah liat.
Urumqi menjadi titik transisi penting sebelum Anda melanjutkan perjalanan ke selatan. Di sini, Anda bisa merasakan bagaimana Tiongkok bagian barat bukan hanya sekadar wilayah geografis, tetapi juga jembatan budaya yang mempertemukan dunia Asia Tengah dengan Timur. Pemandangan gunung bersalju di kejauhan dan aroma rempah di udara mengingatkan Anda bahwa Jalur Sutra bukan hanya masa lalu, tetapi masih hidup di sini, dalam bentuk yang berbeda.


8. Hari ke 12–13: Chengdu – Kota Santai, Rumah Panda, dan Jiwa Budaya Sichuan
Setelah perjalanan panjang melintasi barat laut Tiongkok yang gersang, Anda akhirnya tiba di Chengdu, ibu kota provinsi Sichuan. Kota ini terasa seperti napas baru—udara lebih lembap, pepohonan rindang, dan suasananya tenang. Warga Chengdu dikenal santai, pencinta teh, dan ahli menikmati hidup dengan cara sederhana: duduk berjam-jam di taman sambil bermain mahjong atau sekadar berbincang. Tidak heran jika kota ini sering disebut sebagai tempat terbaik untuk beristirahat sebelum menuntaskan perjalanan menuju Tibet.
Hari pertama di Chengdu sebaiknya Anda awali dengan kunjungan ke Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding, tempat perlindungan panda terbesar dan paling terkenal di Tiongkok. Datanglah pagi hari, sekitar pukul delapan, ketika panda-panda sedang aktif bermain dan makan bambu. Melihat hewan langka ini dari dekat akan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menyentuh, terutama saat melihat anak panda berguling-guling dengan polos di taman. Pusat konservasi ini juga memiliki area edukasi kecil yang menjelaskan usaha pelestarian spesies ini secara mendalam.
Setelah puas menikmati waktu bersama panda, lanjutkan perjalanan menuju Chengdu People’s Park, taman publik yang menjadi jantung kehidupan sosial warga kota. Di sini, Anda akan melihat orang tua bernyanyi, bermain musik tradisional, atau menulis kaligrafi air di trotoar. Duduklah di salah satu kedai teh tua seperti Heming Teahouse, pesan secangkir teh melati, dan nikmati suasana yang terasa seperti melambat. Jika ingin pengalaman lokal yang lebih autentik, Anda juga bisa mencoba layanan “pembersihan telinga tradisional” yang unik dan populer di taman ini.
Pada malam hari, sempatkan diri untuk menjelajahi Jinli Ancient Street atau Kuanzhai Alley, dua kawasan pejalan kaki yang penuh dengan toko suvenir, pertunjukan budaya, dan aroma masakan Sichuan yang menggoda. Anda bisa menikmati hot pot Sichuan di restoran seperti Shu DaXia Hot Pot atau Huangcheng Laoma, yang terkenal dengan rasa pedasnya yang khas. Jika Anda menyukai sesuatu yang lebih lembut, cobalah mapo tofu, dan dan noodles, atau makanan vegetarian di Lotus Palace Restaurant, yang banyak menggunakan bahan lokal segar.
Untuk tempat menginap, The Temple House menawarkan perpaduan antara arsitektur tradisional dan kenyamanan modern yang elegan. Jika Anda mencari sesuatu yang lebih tenang, Chengdu Tibet Hotel menjadi pilihan menarik karena desainnya mencerminkan budaya Tibet, cocok untuk menyambut etape terakhir perjalanan Anda.
Hari kedua di Chengdu bisa digunakan dengan lebih santai. Kunjungi Wenshu Monastery, salah satu biara Buddha tertua di kota ini, lalu makan siang di restoran vegetarian dalam kompleks biara yang terkenal di kalangan peziarah. Anda juga bisa menutup sore dengan mengunjungi Sichuan Opera Theater untuk menyaksikan pertunjukan “face-changing”, seni klasik di mana aktor mengganti topeng dalam sekejap mata. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga simbol kelincahan dan misteri budaya Sichuan.
Dua hari di Chengdu memberi Anda kesempatan untuk menyeimbangkan perjalanan. Setelah melewati padang pasir dan pegunungan yang sunyi, kota ini mengingatkan bahwa bagian dari perjalanan spiritual juga bisa ditemukan dalam ketenangan sehari-hari, secangkir teh hangat, dan tawa ringan di antara penduduk lokal yang ramah.


9. Hari ke 14–17: Lhasa – Atap Dunia dan Jantung Spiritual Tibet
Tibetan Plateau menyambut Anda dengan langit biru tak berujung dan udara tipis yang sejuk. Setelah penerbangan singkat dari Chengdu, Anda tiba di Lhasa, ibu kota spiritual Tibet dan salah satu kota paling memukau di dunia. Di ketinggian lebih dari 3.600 meter, setiap napas terasa lebih lambat, setiap langkah terasa lebih berarti. Ini bukan sekadar destinasi terakhir dalam perjalanan Anda, tetapi puncak dari seluruh pengalaman lintas budaya yang dimulai sejak Xi’an.
Hari pertama di Lhasa sebaiknya digunakan untuk beristirahat dan menyesuaikan diri dengan ketinggian. Minum banyak air, berjalan perlahan, dan biarkan tubuh beradaptasi sebelum mulai menjelajahi kota. Begitu siap, tujuan pertama yang wajib dikunjungi adalah Potala Palace, istana megah yang menjulang di atas bukit merah dan menjadi simbol tertinggi spiritualitas Tibet. Dibangun pada abad ke-7, Potala bukan hanya tempat tinggal para Dalai Lama, tetapi juga perpaduan antara sejarah, seni, dan keyakinan. Di dalamnya tersimpan ribuan patung, manuskrip, dan mural yang bercerita tentang perjalanan panjang ajaran Buddha di dataran tinggi ini. Panduan lokal akan membantu Anda memahami maknanya, karena setiap ruang dan tangga di dalam istana ini punya arti tersendiri.
Hari berikutnya, kunjungan berlanjut ke Drepung Monastery dan Sera Monastery, dua biara besar yang masih aktif hingga kini. Di Drepung, Anda akan melihat para biksu berbaris sambil melantunkan doa di bawah cahaya matahari pagi. Sementara di Sera, sore hari menjadi waktu terbaik untuk menyaksikan tradisi debat ajaran Buddha yang dilakukan dengan ekspresi penuh semangat dan tepukan tangan khas para biksu muda. Suasananya hidup dan hangat, jauh dari kesan kaku yang sering diasosiasikan dengan tempat suci.
Jangan lewatkan Norbulingka, taman musim panas para Dalai Lama yang dipenuhi bunga dan paviliun indah. Di sini, Anda bisa berjalan santai di antara pepohonan sambil menikmati kesejukan udara pegunungan. Jika waktu memungkinkan, kunjungi juga Jokhang Temple, jantung spiritual Lhasa yang selalu ramai dengan peziarah. Di depan kuil ini, Anda akan melihat ratusan umat Buddha yang melakukan sujud penuh di jalanan batu, sebuah pemandangan yang menyentuh hati dan menunjukkan kedalaman keyakinan yang tulus.
Untuk tempat menginap, beberapa pilihan nyaman dan otentik antara lain Shangri-La Hotel Lhasa dengan pemandangan Potala Palace dari kejauhan, atau House of Shambhala, hotel butik bergaya Tibet tradisional di kawasan kota tua. Jika Anda mencari lokasi yang lebih dekat ke pusat spiritual, Lhasa Gang Gyan Hotel berada hanya beberapa langkah dari Barkhor Street. Sore hari, berjalanlah di sekitar kawasan Barkhor sambil menikmati aroma dupa, bunyi lonceng doa, dan senyum lembut para biksu yang melintas.
Kuliner di Lhasa mencerminkan kehidupan di dataran tinggi yang keras namun penuh rasa. Cobalah momos (pangsit isi daging atau sayur), thukpa (mi sup ala Tibet), dan tentu saja yak butter tea, minuman tradisional yang memberi kehangatan di udara dingin. Restoran seperti Tibetan Family Kitchen dan Dunya Restaurant menyajikan menu lokal dengan suasana hangat dan pelayanan ramah, cocok untuk makan malam penutup perjalanan Anda.
Baca juga: Tour Kung Fu China: Rekomendasi Itinerary 10 Hari ke Kuil Shaolin
Empat hari di Lhasa akan mengubah cara Anda memandang perjalanan. Di sini, langit seolah lebih dekat, dan waktu terasa lebih lambat. Tibet bukan tempat yang hanya dilihat, melainkan dirasakan—dalam doa, dalam senyuman penduduknya, dan dalam keheningan yang sulit dijelaskan. Saat Anda berdiri di depan Potala Palace untuk terakhir kalinya, Anda mungkin akan menyadari bahwa perjalanan 17 hari ini bukan sekadar lintasan geografis, melainkan perjalanan batin. Dari Xi’an yang sibuk hingga ketenangan Lhasa, Anda telah mengikuti jejak ribuan peziarah dan pedagang kuno yang mencari hal yang sama: makna di antara langkah dan waktu.


Penutup: Jejak Waktu dan Jiwa di Jalur Sutra Menuju Atap Dunia
Perjalanan selama 17 hari ini bukan hanya rangkaian tempat wisata, tetapi sebuah kisah tentang waktu dan pertemuan manusia dengan budayanya sendiri. Dari dataran kuno Xi’an hingga langit tinggi Lhasa, setiap kota menghadirkan bab yang berbeda dalam sejarah panjang Jalur Sutra. Anda menyaksikan bagaimana kebudayaan, keyakinan, dan perdagangan saling berjalin selama berabad-abad, meninggalkan jejak yang masih terasa hingga kini.
Di Xi’an, Anda memulai langkah dengan kisah kejayaan Dinasti Qin dan keheningan para prajurit tanah liat. Di Linxia, Anda merasakan kedamaian Islam yang tumbuh berdampingan dengan warisan Buddha di Bingling Grottoes. Di Dunhuang, warna pasir dan gua suci berbicara tentang perjalanan iman yang menembus gurun. Lalu di Turpan dan Urumqi, Anda melihat kehidupan yang bertahan di tengah kerasnya alam, tempat manusia menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan tanah dan langit.
Chengdu menjadi ruang untuk bernapas dan merenung, mengingatkan bahwa keseimbangan hidup sering kali ditemukan dalam kesederhanaan. Dan akhirnya, Lhasa mengikat seluruh perjalanan dengan kedalaman spiritual yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kota ini membuat Anda melihat bahwa kekuatan sejati bukan pada kecepatan atau pencapaian, tetapi pada keheningan, doa, dan rasa syukur.
Ketika perjalanan berakhir, yang tersisa bukan hanya foto atau catatan di paspor, tetapi pemahaman baru tentang makna perjalanan itu sendiri. Menyusuri Tibet dan Jalur Sutra berarti berjalan di antara masa lalu dan masa kini, menemukan bahwa meskipun dunia terus berubah, nilai kemanusiaan, keyakinan, dan rasa ingin tahu tetap sama.
Bagi para pencinta budaya dan pencari makna, perjalanan ini bukan sekadar liburan panjang. Ini adalah perjalanan yang menuntun Anda ke dalam hati Asia—dan mungkin juga ke dalam hati Anda sendiri.
Nah! Setelah melihat itinerary di atas, apakah Anda sudah siap untuk mengunjungi Negeri Tirai Bambu ini? Tourchina.co.id punya pilihan paket terbaik untuk Anda yang ingin mengunjungi China yang telah kami siapkan dengan baik, mulai dari rencana perjalanan hingga akomodasi Anda selama berliburan ke sana. Tertarik untuk memakai jasa kami? Anda dapat mengunjungi link berikut untuk mendapatkan paket-paket unggulan dari kami!
Paket Open Trip Tour China 8D New Super Sale Bejing and Shanghai (Start Jakarta) 2025
Paket Open Trip Tour China 8D Wonderful China Zhangjiajie and Fenghuang Plus Shanghai 2025
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti kami untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke China dengan harga terbaik dan terjangkau!
